Share

Akad Sederhana

Penulis: Pena Qalbu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-26 14:13:12

Kabar baik untuk Sandra, Arian sudah diperbolehkan pulang, karena kondisinya sudah membaik. "Kamu serius melakukan ini semua, San? Kalau keluarganya tahu, bagaimana? Apa nggak kasihan, kamu?"

"Sudahlah, Ra, aku capek. Iya aku serius melakukan ini semua."

Aku juga salah, Ra. Tapi aku harus melakukannya, lanjutnya dalam hati.

Tiara yang mendengarnya, hanya menghela nafas panjang. Sudah tak tahu lagi, menjelaskan kepada sahabatnya ini. Entah apa yang ada di pikiran Sandra, hingga dia sampai seperti sekarang. Dia bukan Sandra yang Tiara kenal, Sandra tidak seperti itu. Kali ini, Sandra benar-benar berubah.

"Mas, bagaimana jika kita melakukan akad lagi? Kita ulang semuanya, sederhana saja, di KUA. Siapa tahu, dengan seperti itu, Mas akan ingat lagi." Sejujurnya, Sandra takut, jika Arian memang benar mengingat semuanya. Tapi ini harus dia lalukan.

"Emm, boleh Dek. Apa sih yang nggak boleh buat kamu. Tapi nunggu Mas pulih dulu, ya, biar maksimal nanti waktu ijabnya." Sandra mengangguk mantap
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?    Suatu Kabar 2

    Hampir 2 bulan, Alsya terus mencari keberadaan Arkan, tapi masih sama. Dia mencari ke sana, ke mari, tak ada tanda-tanda. "Mas, aku rindu," lirihnya pelan sambil memandang foto Arkan. "Kenapa kamu ninggalin aku seperti ini? Kalau kamu masih hidup, tolong kembalilah, Mas Ar, hari-hariku sepi tanpamu. Apa kamu tak merindukanku?" Air mata kembali mengalir deras, dada bergemuruh hemat, dan sesak. Alsya terkejut saat ada yang mengelus ubun-ubunnya. "Sya, makan yuk, kamu dari tadi pagi belum makan, nanti sakit loh." Syifa sendiri mereka nggak tega dengan Alsya, karena setiap hari keceriaannya berangsur hilang. Alsya yang dulu terkenal ceria, sedikit jahil, sekarang jadi pendiam dan sering melamun. Syifa takut, jika Alsya terlalu larut dalam kesedihan, apalagi sampai tidak semangat seperti kala itu. "Aku belum lapar, Bun. Bunda aja duluan sama yang lain, entar aku nyusul kalau udah lapar.""Bunda bawa ke sini ya, makanannya. Nggak boleh nolak, entar Bunda temenin makan." Mau tak mau, Alsy

  • Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?    Akad Sederhana

    Kabar baik untuk Sandra, Arian sudah diperbolehkan pulang, karena kondisinya sudah membaik. "Kamu serius melakukan ini semua, San? Kalau keluarganya tahu, bagaimana? Apa nggak kasihan, kamu?""Sudahlah, Ra, aku capek. Iya aku serius melakukan ini semua."Aku juga salah, Ra. Tapi aku harus melakukannya, lanjutnya dalam hati.Tiara yang mendengarnya, hanya menghela nafas panjang. Sudah tak tahu lagi, menjelaskan kepada sahabatnya ini. Entah apa yang ada di pikiran Sandra, hingga dia sampai seperti sekarang. Dia bukan Sandra yang Tiara kenal, Sandra tidak seperti itu. Kali ini, Sandra benar-benar berubah."Mas, bagaimana jika kita melakukan akad lagi? Kita ulang semuanya, sederhana saja, di KUA. Siapa tahu, dengan seperti itu, Mas akan ingat lagi." Sejujurnya, Sandra takut, jika Arian memang benar mengingat semuanya. Tapi ini harus dia lalukan."Emm, boleh Dek. Apa sih yang nggak boleh buat kamu. Tapi nunggu Mas pulih dulu, ya, biar maksimal nanti waktu ijabnya." Sandra mengangguk mantap

  • Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?    Menemukanmu

    Seperti rencana akhir pekan lalu, Amelia dan sahabatnya akan melakukan jelajah ke pegunungan, hingga nanti berakhir di pantai. Inilah yang dia rindukan, sudah lama tak menjelajahi pegunungan. "Mel, bagaimana hubunganmu dengan suamimu, itu sekarang?" tanya Tiara saat tahu akan kelakuan suami Amelia yang seenaknya sendiri terhadap istrinya. "Tau, ah, jangan bahas dia lagi, muak aku kalau mendengar namanya. Lagipula aku dan dia juga sudah cerai beberapa bulan yang lalu karena dia telah mengkhianatiku." Tiara memang tidak mengetahui semua tentang sahabatnya ini, terlebih jika Amelia sudah cerai. "Ternyata sekarang aku ketinggalan informasi tentang dirimu, Mel. Sampai kamu sudah cerai pun, aku tak tahu." "Kamu sibuk dengan urusanmu sendiri sih, makanya ketinggalan." "Yaa mau bagaimana lagi!"***Terik mentari begitu menyengat, tapi semua itu tak membuat Amelia dan Tiara menyerah. Sudah separuh perjalanan yang mereka tempuh. "Ra, kita istirahat dulu, yuk, lama nggak jalan kek gini, jadi

  • Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?    Kenyataan

    Sudah 4 hari setelah pencarian yang tak menumbuhkan hasil kalau itu, membuat Alsya semakin hari semakin resah. Apalagi dengan beredarnya kabar, jika pencarian dihentikan. Entah mengapa sampai dihentikan, Alsya pun tak tahu. Berita itu membuatnya semakin jengkel, bagaimana bisa mereka semua tiba-tiba menghentikan pencarian, saat beberapa korban belum ditemukan. "Bun, bagaimana sih itu kok pencarian dihentikan sementara? Mas Arkan belum ketemu, loh, kok main berhenti-berhenti aja?" Alsya tak habis pikir dengan tim SAR. Kalau seperti ini, bagaimana Arkan bisa cepat ketemu nantinya. "Sudah, Nak, kita sambil berdoa aja, semoga Nak Arkan cepat ditemukan. Ayah dan yang lain juga masih berusaha untuk mencarinya. Lebih baik kamu sekarang salat, minta petunjuk-Nya. Biar hati kamu sedikit tenang," tuturnya. Alsya segera pergi ke kamar, benar apa yang dikatakan sang bunda. Dia bertekad akan mencari Arkan sendiri mulai besok, entah ke mana, yang penting Arkan cepat dipertemukan. 'Ya Allah, ban

  • Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?    Mencarimu

    Suara jangkrik dan kicauan burung terdengar begitu nyaring, suasana dingin nan sejuk menerpa kulit seorang perempuan berhijab yang berada di sana. Benar kata orang, suasana pedesaan seperti inilah yang mampu membuat hati gundah, resah menjadi cukup tenang. Apalagi ditemani hembusan angin sepoi-sepoi. Helaan nafas panjang terdengar begitu berat, dari seorang Alsya. Memang, semenjak hari itu, dia memutuskan untuk memenangkan diri ke kampung halaman kakeknya, Malang. Dia berharap, semoga hatinya lekas pulih, dan Arkan segera ditemukan. "Nak Alsya, ngapain di sini sendirian? Makan, yuk! Nenek sudah masakin makanan kesukaan kamu," tukas Ratih membujuk Alsya yang belum makan sadari kemarin sore. "Nanti saja, Nek, aku belum lapar.""Alsya, Nenek tahu kamu sedih karena suamimu belum ditemukan. Tapi kamu nggak boleh seperti ini, kamu harus makan, supaya ada tenaga. Kalau kamu mau mencari Nak Arkan, kamu juga butuh tenaga untuk mencarinya. Kalau kamu seperti ini terus, bagaimana mau mencari d

  • Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?    Suatu Kabar

    Malam ini, ialah malam yang teramat panjang untuk Alsya, bagaimana tidak dia tidak sabar, karena sang suami besok akan pulang dari Mesir. Hal yang dinanti-nantikan Alsya kini tiba juga. 'Mas Ar besok hati-hati ya, pulangnya. Baca sholawat yang banyak' 'Iya, Sayangkuu, kamu tidur dulu gih, besok kita bertemu. Mas bawakan sesuatu buat kamu''Apa tuh? Jadi penasaran kan aku. Kasih tahu lah Mas Ar ...''Kalau dikasih tahu sekarang, bukan surprise dong namanya. Besok aja, ya Dek. Udah yaa, Mas tidur dulu besok berangkat pagi-pagi sekali. Kamu juga tidur habis ini''Iya, Mas, aku tutup teleponnya dulu, ya assalamu'alaikum''Waalaikumsalam, Sayangku' Senyuman terus merekah di bibir Alsya, dia tidak sabar menunggu hari esok. Saking senangnya, matanya pun enggan terpejam. Di negara tetangga, seseorang sedang memegang sebuah kalung liontin bertuliskan inisial A sambil tersenyum simpul. Semoga kamu suka dengan hadiah ini, Dek, batinnya sambil memasukkan kalung ke dalam kotak perhiasan. Wakt

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status