Share

Rencana Sore

Aku menghampiri beliau dengan langsung meraih punggung tangannya untuk aku cium dengan tawadlu'.

"Terus adik e samean ngaji gak engkok?"

"Nggih, kulo sing nganter, Mbah."

"Jauh bukane, Nduk? Nang Anyar."

Mbah Putri hafal karena pernah ngantar adikku mengaji. Tetapi itu sudah lama.

Anyar memang agak jauh kalau dari rumah. Sekitar lima belas menitan baru bisa sampai, itupun harus pakai sepeda motor.

Anyar juga jalanannya ramai, terkadang aku tidak berani untuk ke sana meski cuma nganter adikku ngaji. Kondisi seperti hari ini yang harus membuat aku nekat untuk tetap ke Anyar.

"Nggih, Mbah."

"Hati-hati Nduk, nanti waktu ngantar adikmu. Anyar itu ruame jalane."

"Nggih, Mbah."

"Wes maem?"

"Nanti, Mbah. Rancananya mau masak nasi goreng."

"Orah usah masak, Mbah tadi masak jangan asem lauk tempe. Nanti ambilen."

"Nggih, Mbah."

***

Gus Iqbal

Ini Ruai?

Motor aku parkirkan ke sebelah kanan sisi garansi. Lalu kucabut kunci, sambil memandangi sapu yang berserak di depan pelataran Ruai yang tanp
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status