Share

Bab 2

Waktu masih dini hari, William sudah diberangkatkan keluarga nya ke kota Flowerly. Sengaja mengambil jadwal dini hari agar orang-orang tidak melihat William diasingkan dari kediaman keluarga Hansen. Memang, identitas William sangat ditutupi dan dirahasiakan oleh keluarganya tidak tahu mengapa, bahkan orang-orang saja mengira keluarga Hansen tidak memiliki penerus baru setelah Hanry ayah William. 

" Selamat menempuh hidup baru di kota baru !" ucap keluarganya sebelumnya William menaiki kendaraan mewah yang akan mengantarkan nya. Jelas terlihat raut wajah yang tidak rela dari orang-orang rumah, apalagi kakek Lewis dan ibunya Lilian. 

Kendaraan mewah itu semakin hilang dari pandangan dan menjauh dari halaman rumah yang sudah mirip dengan istana megah itu. William merenung dalam diam, masih tak menyangka ia benar-benar diasingkan. Perjalanannya menuju bandara lumayan memakan waktu lama, tetapi tetap terasa dekat bagi William karena ini bukanlah kali pertama ia melakukan perjalanan jauh. 

" Maaf, Tuan muda. Kita telah tiba di bandara !" ucap sang sopir sambil memarkir mobil dengan rapi.

" Oh ya, "

" Iya, Tuan muda. Mari saya bawakan barang-barang anda !" tawar si sopir.

" Tidak perlu! Aku hanya membawa ransel dan 1 koper saja, itu bukan hal yang rumit untuk dibawa sendiri !"

" Tapi, Tuan muda? Saya tetap harus membantu anda !"

" Biarkan aku sendiri paman! Kau pulanglah !"

" Baiklah, jika itu yang Tuan muda inginkan !" pasrah sopir tidak berani membantah.

William segera turun dari mobil dan mengambil barang-barangnya di bagasi. Setelah itu ia segera berjalan menuju ke bandara. Sedangkan si sopir yang setia tetap menunggu sampai punggung Tuan mudanya tak terlihat lagi, barulah ia melaju pergi dari bandara.

✷✷

Tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk tiba di kota Flowerly. William dengan gaya coolnya berjalan sambil menyeret koper hitam miliknya, dia paling mencolok diantara semua orang sehingga menjadi primadona di bandara Flowerly Air. Banyak wanita yang meliriknya dengan tersipu seolah William sedang menatap mereka padahal dibalik kacamata hitam dan masker yang ia gunakan, William melihat mereka dengan ekspresi julidnya yang tidak disadari para wanita genit itu. " Dasar orang tak waras," geram William yang melihat tingkah para wanita genit itu semakin kurang ajar pada dirinya. 

BRAK!!!

Suara tabrakan yang tidak sengaja antara dua orang dalam bandara yang sekarang menjadi pusat perhatian.

" Are you crazy?" tanya wanita dihadapan William dengan kesal.

" Sorry, wasn't this on purpose?" tanya William balik.

" Hei! Apa yang kau lakukan pada Nona muda kami ?" bentak seseorang kasar dari belakang William. Ia sempat bergidik ngeri setelah mendengar suara berat lelaki kekar itu.

William memang tidak tahu kalau wanita yang ada di hadapannya itu adalah Tuan putri keluarga Khanza. Semua orang Flowerly mengenal nya, kecuali William. Orang sempat berpikir bahwa William akan mendapat balasan yang fatal, tapi Tuan putri ini adalah wanita yang baik hati ia menjelaskan pada bodyguard bahwa ini tidak disengaja, karena tidak mau memperpanjang masalah.

" Hei, bocah minta maaflah pada Nona muda kami!" titahnya penuh ancaman. Bukannya minta maaf, William malah melanjutkan langkahnya.

" HEI!! KAU TIDAK MENDENGAR PERKATAAN KU? CEPAT MINTA MAAF SEBELUM KAMI BERTINDAK LEBIH !" seru bodyguard itu berteriak penuh amarah karena tingkah William. 

" Sorry !" ucap William datar tanpa memandang wajah gadis itu. Ia kembali melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan siapapun yang melihatnya dengan tatapan ngeri, yang terlintas dipikiran mereka adalah, " emang dia siapa, berani sekali dengan Tuan putri Khanza?" itulah yang ada dalam pikiran mereka.

" Paman sudahlah, aku tidak ingin memperbesar masalah. Mari kita pulang, aku sudah lelah dan ingin istirahat."

" Baik, Tuan putri !" balas bodyguard tanpa membantah.

William menunggu jemputan nya dengan kesal, sudah 20 menit tapi tidak ada yang datang menjemputnya. Mengingat kejadian tadi, William selalu berpikir ' seandainya mereka tahu siapa aku, mungkin sudah berlutut minta maaf ' pikirnya. Tapi dia bukanlah tipe orang kaya yang sombong, urusan seperti itu tidak terlalu penting baginya. 

Suara klakson mobil berhasil membuyarkan lamunan William, ternyata hampir 25 menit ia berdiri hanya untuk sebuah jemputan. Seorang pria mengenakan setelan jas hitam keluar dari dalam mobil Ferrari edisi terbatas itu dan berjalan menghampiri William.

" Maaf membuat Tuan muda menunggu lama !" ucapnya sambil membungkuk sopan.

" Tidak masalah !" tukas William santai, padahal hatinya sedang geram.

" Mari saya bantu bawakan barang-barang anda !" tawarnya, William tidak membantah ia membiarkan lelaki itu membawakan barang-barangnya. Sedangkan ia sendiri segera masuk ke dalam mobil. William tidak luput lagi dari tatapan takjub para wanita, tidak menyangka kalau William adalah orang kaya. Ferrari yang menjemputnya adalah edisi terbatas yang menjadi incaran para keluarga konglomerat di kota Flowerly, ketika melihat William menggunakan Ferarri itu hati licik para wanita bergejolak ingin segera menjadi kekasih William. 

Dari dalam mobilnya William terheran-heran melihat mereka yang takjub dengan Ferrari edisi terbatas ini, padahal Ferrari ini sangat biasa bagi William. 

" Tuan muda, apakah anda ingin berkeliling kota Flowerly dulu sebelum kita ke apartemen ?" tanya lelaki yang duduk di bangku setir. " Kau pikir aku badan robot ?" geram William dalam hatinya.

" Tidak! Aku lelah dan ingin istirahat secepat nya !" 

" Baiklah, sepertinya anda akan menjadi primadona Flowerly. Lihatlah para wanita itu sudah menyusun rencana mereka !"

" Menyusun rencana? Apa maksudmu ?"

" Anda akan tahu setelah tinggal di sini !" jawabnya tersenyum tipis. Pria itu berperawakan tinggi dan gagah, jelas sekali dia juga tampan dan terlihat 3 tahun lebih tua dari William. William tidak menggubris perkataan nya ia masih jengkel dengan sikap pria disebelahnya ini. 

Dalam waktu hitungan menit mereka sudah tiba di sebuah hotel bintang lima megah. William membiarkan pria itu membawa ransel dan koper miliknya, ia hanya berjalan dengan tangan kosong sambil mengikuti pelayan yang memimpin jalan menuju kediamannya di lantai paling atas. 

" Tuan muda, selamat datang di Hotel Sky Diamonds, kami telah menyiapkan semua yang anda butuhkan, kami mohon permisi. Jika membutuhkan sesuatu, anda dapat menghubungi kami, selamat beristirahat !" ucap seorang resepsionis wanita dengan membungkuk sopan.

" Hm, terimakasih !" ujarnya datar.

Resepsionis itu segera meninggalkan William dan lelaki yang bersamanya. Melihat dalam hotel ini sebenarnya William cukup takjub, tapi ia akan lebih takjub jika tinggal di rumah sederhana.

" Cukup bagus !" gumam William pelan.

" Hotel ini tidak hanya bagus tapi paling bergengsi diantara semua hotel yang ada di Flowerly !" jelas lelaki berjas hitam itu.

" Hhh! Kau masih disini? Jika tidak ada yang perlu diperkenalkan lagi kau boleh pergi !" 

" Baik, Tuan muda. Tapi saya di utus oleh eyang Carlos untuk menemani anda di hotel ini !"

" Apa ?" shock William setelah mendengarnya, ia segera melepas kacamata hitam yang dipakainya. Netra biru yang bersinar itu tampak sekali memancarkan kekagetan yang luar biasa, ia tidak menyangka akan tinggal satu atap bersama pria ini.

" Did he not give the wrong order ?" mulut William masih ternganga dibalik masker yang belum dilepasnya. Pria yang bernama Leonardo Gervais itu masih terpukau dengan keindahan mata milik William, belum lagi jika ia melepas maskernya Leonardo sangat penasaran dengan ketampanan William Hansen ini.

" Tidak, Tuan muda! Eyang Carlos telah memberi perintah sebelum kau dikirim ke sini !" jelas Leonardo apa adanya.

" Ck," ia berdecak pelan " baiklah aku harap kita bisa berteman baik. Sore nanti antarkan aku melihat campus baruku !"

" Baik Tuan muda. Tapi anda juga dapat melihat gedung campus anda dari jendela itu !" tunjuk Leonardo ke arah jendela kaca yang terletak di belakang William. 

" Wah !" takjub William, " keren juga, tidak kalah saing dengan campusku yang lama !" kata William sambil berjalan menuju jendela kaca itu. Sesekali ia bergumam saat melihat keindahan kota Flowerly walaupun di siang hari. 

" Ya, Tuan muda...!" 

" Aku ingin membersihkan diri! Setelah itu aku mau makan siang di luar, terserah dimana tempatnya !"

" Baik, Tuan muda. Akan saya carikan segera tempat yang cocok untuk anda !"

" Ok, tapi aku harap kau bisa lebih santai saat bicara denganku, panggil aku William jangan Tuan muda !"

" Baik, aku menurut perintahmu !" ucapnya sambil membungkuk memberi hormatnya pada William.

" Satu lagi! Jangan membungkuk kepada ku, aku lebih muda darimu, santai saja itu yang lebih aku suka !" ingat William lagi sambil berjalan menuju kamar mandi.

1 jam setelah William selesai membersihkan diri ia segera mengenakan pakaiannya yang, kaos putih lengan pendek dan celana flanel hitam sedikit longgar di kakinya yang panjang dan ramping. Terlihat sederhana tapi memiliki harga beli berkelas. Lagi-lagi Leonardo terpukau oleh ketampanan bos mudanya ini, bagaimana bisa anak semuda ini sangat tampan apalagi dewasanya pikir Leonardo.

" Hei, apa yang kau pikirkan ?" tanya William setelah berada di hadapan Leonardo.

" Hm, aku sudah mencarikan tempat makan siang sesuai keinginan mu !"

" Baiklah, ayo pergi sekarang !" ajak William semangat.

Leonardo pun menuruti perintah William ia berjalan disampingnya sambil mengenalkan banyak hal tentang Flowerly. William cukup takjub mendengar tentang Flowerly, tapi yang membuat heran Leonardo adalah mengapa anak dari keluarga kaya sejagad raya ini senang berpenampilan sederhana tapi mewah dibaliknya.

" Hei, kau belum memberitahu aku siapa nama mu!" 

" Oh, maaf aku sampai lupa. Namaku Leonardo Gervais anda bisa memanggilku Leonardo atau senyaman anda !"

" Oh, Ok..!" 

✷✷

" William, kita sudah tiba di restoran favorit keluarga besar di Flowerly! Biasanya tempat ini digunakan untuk acara besar tahunan keluarga konglomerat !" jelas Leonardo. Mereka masih berada di dalam mobil, William melihat sekeliling restoran itu, cukup bergengsi tapi ini pasti anak cabang restoran milik ibunya Lilian.

" Oh ya, tapi sepertinya aku kenal induk restoran ini !" 

" Benarkah? Ya, itu sudah pasti kau tahu karena kebanyakan perusahaan disini adalah anak perusahaan keluarga mu, keluarga Hansen !" puji Leonardo.

" Tapi apa kau yakin,  mereka akan menerima kita ?" 

" Ya, manager restoran ini sudah mengenalku dengan baik, "

" Hmmm_" baru saja hendak berbicara, gerakan mulut William terhenti saat ponsel Leonardo berdering, sebuah panggilan telepon masuk, apakah itu dari eyang? pikir William menerka-nerka.

" Selamat siang, pak Leonardo! Jam jemput anak-anak sudah tiba, satu persatu mereka sudah dijemput oleh orang tua mereka, disini tinggal Cedric sendiri, ia menunggumu sampai memaksa untuk menghubungi mu, sekiranya bapak dapat menjemputnya lebih cepat Cedric merengek hampir menangis !" jelas sebuah suara lembut dari sebrang telepon.

" Baik, aku segera kesana. Suruh ia menunggu sebentar !" pinta Leonardo.

" Baik, pak !" 

Leonardo menarik nafasnya sejenak, kemudian melempar pandangannya ke arah William.

" Ada apa ?" tanya William sebelum Leonardo bicara duluan.

" Maaf sebelumnya William! Bolehkah aku meminta satu permintaan ?"

" Ya, tentu saja !"

" Aku diminta untuk menjemput anakku di penitipan anak, bolehkah aku meminta pergi menjemput anakku ?" tanya Leonardo ragu.

William melongo kaget atas pertanyaan Leonardo, anak? Leonardo sudah punya anak? Otak William traveling kemana-mana soal itu.

" Baik, tidak masalah! Tapi, benarkah kau sudah memiliki anak ?" tanya William penasaran.

" Iya," jawab Leonardo. William dibuat melongo lagi, tidak menyangka itu benar. " Jadi, aku didampingi om-om ?" William berkhayal geli.

Dalam perjalanan mereka hanya diam, William sibuk dengan ponselnya tapi pikirannya masih pada Leonardo yang sudah punya anak, apakah ini benar? pikir William ragu. Leonardo sekilas melihat ekspresi penuh tanya si wajah William, ia lalu membuka bicara.

" Terimakasih sudah mengijinkan aku, kau tidak perlu ragu, aku memang memiliki anak! Dia masih anak-anak berusia 5 tahun, namanya Cedric !" jelas Leonardo agar William tidak terlihat penasaran dan ragu pada dirinya lagi.

" Hm, aku pikir kau masih sendiri," ujar William terkekeh.

" Tidak, aku sudah punya anak! Kalau begitu kau tunggulah di mobil, aku akan menjemput nya ke dalam !"

" Ya, tidak masalah !" kata William ramah, ia begitu baik pikir Leonardo. 

" Terimakasih sekali lagi !" ucap Leonardo tulus, tanpa membuang banyak waktu lagi ia segera berlari kecil masuk ke dalam rumah penitipan anak.

✷✷

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status