Share

Kembali ke Pelukan Tuan Hansen
Kembali ke Pelukan Tuan Hansen
Author: Yangadabadaknya

Bab 1

Tampak gemerlap cahaya lampu yang memancar dari kediaman keluarga Hansen itu. Malam ini keluarga besar Hansen sedang merayakan hari bahagia mereka. Namun, dalam sedetik saja kebahagiaan itu menjadi buyar.

PRANK !!!

Sebuah vas bunga tidak sengaja ditabrak oleh seorang pemuda yang berjalan sempoyongan dengan mata masih setengah terbuka dan gaya yang acak-acakan. Ia pun terbelalak saat mendengar suara pecahan kaca itu. 

" WILLIAM...!" bentak sang ayah dengan raut wajah seramnya.

Ya, dialah William. William Hansen, generasi penerus muda dari keluarga besar Hansen.

" Ayah aku tidak bermaksud,,,,,, Aku tidak sengaja melakukannya," jelas William membela diri.

Tak ada satu pun diantara mereka yang berniat membela William bahkan ibunya sendiri, karena ini bukan hal yang asing lagi bagi mereka. William terlalu sering membuat kesalahan dalam keluarga nya. Walaupun dia telah dinobatkan sebagai penerus keluarga, namun ia masih belum bisa menjaga sikap dan perilaku, banyak kebiasaan buruk yang masih terpelihara dalam dirinya.

" Sudah berkali-kali aku katakan untuk menjaga sikapmu, ingat posisi mu William !" seru sang ayah dengan nada serius.

" Ayah, aku...."

" Kau tahu, itu adalah vas bunga kesayangan eyang mu, mengapa kau malah memecahkannya? Vas bunga antik itu hanya satu satunya di negara kita, eyang mu sudah bersusah payah untuk mendapatkannya, tapi usahanya menjadi sia-sia karena ulah konyol mu itu! Aku tidak ingin mendengar penjelasan mu lagi, hari ini kau mendapat hukuman dari ku!"

" Hanry! Biarkan aku bicara!" pinta eyang Carlos, dengan cepat Hanry pun mengangguk.  " William " panggil eyang Carlos dengan tatapan mata setajam silet. William tak berani menatap wajah eyang nya, ia menunduk karena merasa bersalah.

" Soal vas bunga, aku tidak ambil peduli. Tapi, ada satu hal yang harus kau pertanggung jawabkan!"

Seluruh anggota keluarga membisu, tidak tahu apa yang akan dilakukan eyang Carlos dan mereka tak berani berkomentar. 

" Menghadapi sikap mu itu bukan dengan kekerasan, tapi ada hal yang lebih baik dari itu, setelah ini temui aku di ruangan ku!" seru eyang Carlos.

" Baik,,,," jawab William dengan takut.

✷✷

TOK TOK TOK !!!

" Eyang ini William!" kata William dari luar. Dengan segala keberanian yang telah terkumpul, William pun akhirnya berhasil mengetok pintu ruangan eyang Carlos.

" Masuk..!" pinta eyang Carlos segera.

" Sebelumnya aku ingin minta maaf soal vas bunga tadi, sekiranya eyang mengasihani dan mau memaafkan aku !" tutur William dengan menunduk sopan, walaupun masih terlintas dalam benaknya pikiran yang konyol.

" Iya, itu bukan masalah bagiku William !"

" Terimakasih eyang !" ucap William senang.

" Tapi kau masih ingat dengan perkataan ku tadi kan ?"

" Ya, tentu saja !"

Eyang Carlos tersenyum senang, tanpa basa-basi yang lama ia pun segera mengatakan maksudnya kepada William.

" Mulai besok kau akan aku kirimkan ke kota Flowerly !" 

" Apa? Eyang tidak salah mengirim ku kesana? Bukankah kota itu terlalu kejam untuk orang seperti ku ?"

" Tidak. Itu konsekuensi yang harus kau terima akibat ulahmu sendiri ?"

" Tapi, eyang,,," William memohon dengan sedikit nada memelas. " Aku masih ingin kuliah di campus ku yang sekarang," jelas William berharap eyang Carlos memahaminya.

" Tidak ada tapi-tapian dan negoisasi, aku hanya tidak mau kau tak mandiri. Sebagai penerus keluarga Hansen kau harus turuti ini !"

William terdiam setelah mendengar perkataan eyang Carlos, ia bukanlah seorang yang mudah ditaklukkan dengan kata-kata, ia tidak seperti Lewis Hansen kakek William.

" Apa yang kau pikirkan? Kau menolak ?"

" Tidak! Jika sudah keputusan eyang aku akan menurutinya !" jawab William pasrah.

" Bagus! Itu baru cicit ku! Kalau begitu akan ku beritahu  alasanku mengirim mu ke Flowerly !" eyang Carlos berhenti sebentar dan menarik nafasnya, " Flowerly adalah kota yang rumit, orang kaya yang ada disana sombong dan angkuh terhadap harta mereka, tapi mereka tidak pernah menyadari kalau saja Blue Crystal mencabut semua investasi mereka akan jatuh bangkrut !" 

William mendengar dengan seksama tidak paham kemana alurnya alasan ini, walaupun besar di kalangan keluarga pembisnis William tidak pernah tahu bisnis apa yang dikerjakan oleh keluarganya dan tak pernah ambil pusing soal itu.

" Ada sesuatu yang harus kau selesaikan disana !" ucapan eyang Carlos itupun berhasil membuyarkan lamunannya.

" Apa itu ?" tanya William ragu.

" Kau harus segera kesana untuk mengetahuinya !" seru sang eyang. William tidak merespon sampai eyang Carlos memulai topik kembali.

" Besok pagi bersiaplah untuk pergi, malam ini aku beri waktu untuk berkemas barang-barangmu !"

" Baik, aku menurut perintahmu! Tapi bagaimana dengan kuliah ku?" 

" Bukan masalah, surat pindah sudah selesai dibereskan, besok atau lusa kau akan kuliah di campus baru !"

" Baiklah, aku pamit untuk berkemas !" ucapnya lagi lagi pasrah dan menurut.

" Jangan salah paham, aku bukan mengusirmu dari kediaman keluarga Hansen! Tapi aku memberi mu misi!" jelas eyang Carlos dengan tegas tatapannya memberikan isyarat meyakinkan. " Silahkan berkemas !" titahnya sebelum William sempat berbicara lagi.

" Baiklah !" jawab William sambil membungkuk sopan. Ia segera meninggalkan ruangan tersebut dan kembali ke kamarnya. 

Didalam kamarnya William sibuk membereskan barang-barangnya di bantu oleh seorang pembantu paruh baya yang bekerja sebagai pengasuhnya sejak kecil. William tidak memulai percakapan apapun karena masih mencerna kata-kata eyang Carlos tadi, si pengasuh merasa tidak nyaman dengan suasana ini dan mencoba membuka percakapan.

" Tuan muda benda kesayangan anda ini ingin disimpan dimana?" tanyanya dengan berani.

" Aku tidak membawanya, letakkan saja di lemari !" jawab William datar.

" Baik, Tuan muda! Perlengkapan dan barang-barang anda sudah selesai di kemas ke dalam koper !" ucap pengasuh itu dengan hormat dan segan.

" Ok.... Segeralah kembali !" titah William singkat. Si pengasuh pun menurut dan segera meninggalkan kamar dengan membungkuk sopan, ia sangat paham situasi hati Tuan muda nya saat ini.

Tidak lama setelah pembantu itu keluar, seseorang masuk ke dalam kamar William. Dialah Lewis Hansen kakek William, beliau mendekati William yang sepertinya tidak menyadari kedatangannya.

" Halo, cucuku William !" sapa kakek Lewis dengan suara beratnya.

" Kakek..!" kaget William langsung berbalik arah menghadap kakeknya.

Kakek Lewis adalah satu-satunya orang dalam keluarga Hansen yang sangat menyayangi dan memanjakan William, karena dia cucu sematawayang yang dimiliki kakek Lewis. Tidak heran apapun yang William mau dan inginkan pasti tercapai hanya dengan sekali ucap saja, perlakuan yang beda itu selalu William rasakan daripada orang tuanya yang selalu mendidiknya untuk mandiri sama seperti eyang Carlos. Tapi kakek Lewis tetap tidak berani membantah eyang Carlos walaupun menyangkut tentang William.

" Kakek mengapa tidak membelaku ?" tanya William sedikit cemberut. Kakek Lewis yang sudah terbiasa dengan sikapnya itupun menjawab apa adanya.

" Karena ini titah eyang Carlos !" jawabnya santai.

" Huh! Aku tidak mau jauh dari kakek !" jelas William. Hampir menginjak usia 19 tahun di bulan depan, tapi William tetap bersikap manja jika berhadapan dengan kakeknya ini. Tidak bisa ia menolak untuk tidak manja seperti ini.

" Oh, kau masih saja merengek seperti bayi. Bagaimana bisa mendapat pacar jika begini ?" tanya Kakek Lewis merayu senyuman manis William untuk keluar dari persembunyiannya. Kulit wajah William menampilkan rona merah dan senyuman manis yang terukir diwajahnya, ia tersipu dengan kata-kata itu.

" Kakek aku serius !" seru William mencoba mengalihkan topik.

" Oh, cucuku sudah dewasa. Sudah bisa menanggapi percakapan dengan serius !" 

" Huuh! Kakek ada apa dengan mu ?"

" Sebenarnya Kakek sedih jika kau benar-benar pergi, tidak  ada lagi yang menemani kakek di sini." curhat Kakek Lewis pada William, ia tidak pernah kepikiran kalau kakeknya akan sesedih ini.

" Aku juga !" tambah William.

" Kakek menghampiri mu untuk mengucapkan salam perpisahan, kakek tidak bisa membantumu banyak kali ini, Kakek berharap kau tetap yang terbaik !" 

" Kakek aku tidak pergi lama, mengapa sampai repot untuk  salam perpisahan ?"

" Kau akan mengerti setelah ini! Tidurlah sebelum pagi menjemput lelapmu !"

" Baiklah ," tanpa membantah lagi William segera membenamkan wajahnya di balik selimut yang tebal itu. Sedangkan kakek Lewis setia menunggu sampai William benar-benar terlelap, ia mengelus pelan puncak kepala William. Setelahnya ia pun segera meninggalkan kamar dan membiarkan William beristirahat.

✷✷

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status