Share

Bab 3

Leonardo keluar dari rumah penitipan anak sambil menggendong seseorang dalam pelukan nya. Ia berlari kecil menuju mobil, cuaca panas itu membuatnya enggan berlama lama diluar. Leonardo mendudukkan putra kecilnya di bangku belakang tak lupa juga memasang sabuk pengaman pada putranya, Cedric.

" Daddy, siapa itu ?" tanya Cedric kecil penasaran sambil menunjuk ke arah William. Leonardo menghela nafas pelan, ia menoleh pada Cedric sembari tersenyum.

" Dia Bos muda, Daddy !" jawab Leonardo. " Sapalah, dia dengan sopan dan jaga sikapmu !" titah Leonardo, Cedric tak banyak membantah ia menuruti apa perintah Leonardo. William yang merasa sedikit geli tadi, sekarang mengukir senyuman di wajahnya. Setelah mendengar suara kanak-kanak Cedric dia jadi tersipu. 

" Leonard, anakmu sangat penurut !" puji William berbisik di sebelah Leonardo.

" Ya, begitulah," ucap Leonardo terkekeh.

Mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke restoran, di perjalanan Cedric berceloteh banyak tentang kegiatannya tadi di rumah penitipan anak, sehingga suasana menjadi sedikit ribut. 

Sepertinya William salah perkiraan tentang Cedric putra kecil Leonardo. Awalnya yang ia kira sangat penurut dan sopan ternyata tidak. Cedric adalah anak yang aktif dengan mulut cerewetnya. 

Baru saja bertemu dengan William, Cedric sudah berani berkomentar tentang William.

" Daddy, Bos mu ini memiliki mata biru indah, aku takjub. Dia terlihat seperti hantu !" komen Cedric. Leonardo bungkam ingin sekali ia menyompol mulut Cedric jika ia bukan anak kecil lagi. " Kurang ajar !" di sisi lain William sangat jengkel dengan komentar Cedric, dalam hati ia memakinya dengan geram, " apa salahnya jika bermata biru," pikir William geram.

" Cedric !" tegur Leonardo.

" Sudahlah, Leonard. Bisakah kau pesan makanannya lebih cepat lagi ?"

" Maaf, William. Aku akan segera memesannya!" jawab Leonardo menurut, tanpa menunggu lama lagi, Leonardo segera memilih beberapa menu makanan yang mahal. 

Setelah itu pesanan mereka tiba, William melahap makanannya dalam diam, suasana canggung itu membuat Leonardo sedikit tidak nyaman, ia melirik Cedric yang memasang tampang tak berdosa itu dengan tatapan kesal.

✷✷

Usai menghabiskan waktu makan siang, William kembali mengajak Leonardo pergi mengunjungi campus baru nya.

" Leonard, aku sangat penasaran dengan campus baruku! Bisakah kau antarkan aku kesana ?"

" Baik, William. Seperti yang anda minta, kita memang akan kesana !"

" Daddy, kita akan kemana ?" tanya Cedric yang ketinggalan topik.

" Cedric! Diamlah, bukankah aku sudah katakan untuk menjaga sikapmu?"

" Yes, Daddy !" jawab Cedric menunduk takut.

" Okay, let's go now !"

Kembali ke suasana hening lagi, tampaknya William sangat menikmati perjalanan menuju campus baru nya itu. 

Mobil mewah edisi baru itu sudah terparkir rapi di parkiran khusus tamu VIP, William langsung dipandu oleh Leonardo untuk menuju kantor kepala campus. Kedatangan William disambut baik oleh kepala campus yang bernama James Arthur, beliau memberi hormatnya dengan tulus. James Arthur adalah seorang yang terkenal ramah dan baik hati kepada siapapun tidak pernah peduli latarbelakang kehidupan mereka.

" Selamat datang, Tuan muda Hansen !" sapa James setelah William berada di dalam kantornya. William membalas sapaannya dengan senyuman, ternyata eyang Carlos sudah menyiapkan yang terbaik pikir William.

" Boleh berikan aku sedikit penjelasan tentang campus ini ?" tanya William langsung tanpa basa-basi lagi.

" Tentu, saja Tuan muda !" jawab James ramah. " Campus ini adalah yang terbaik di Flowerly. Bisa dibilang campus terbaik karena mampu bersaing dengan campus-campus yang ada di Land of Flowers! Kakek anda sendiri adalah pemilik campus ini !" jelas James. Ia sangat bersemangat saat menjelaskan tentang campus kepada William.

" Penjelasan mu cukup menarik, aku tidak menolak untuk kuliah disini !" 

" Senang mendengarnya, Tuan muda !"

" Hm, Leonard! Mari berkeliling campus, " ajak William.

" Dengan senang hati menemani, William !"

" Tuan muda, mari! Aku antarkan anda untuk berkeliling, agar lebih mudah untuk anda mengenali seisi gedung campus !" tawar James.

" Baik !" 

Ketiga orang itu langsung mengambil langkah untuk berkeliling campus, sedangkan Cedric sementara dititipkan oleh Leonardo di ruang tunggu agar tidak mengacaukan suasana. Satu persatu seisi gedung berhasil dikenalkan oleh James. 

Saffron Crocus University adalah yang paling mencolok di antara semua campus yang ada di Flowerly, sudah pasti yang berkuliah disini rata-rata anak dari keluarga konglo merat. Namun, campus ini sungguh berbeda dengan campus lama William. Di Saffron Crocus University adalah campus untuk semua gander, sedangkan di Shenzhen Nongke Orchid University atau yang dikenal Shenzhen University campus lama William ini khusus laki-laki.

" Aku rasa sampai disini sudah cukup! Aku ingin pulang! Tuan James terimakasih untuk waktunya !"

" Iya, sama-sama Tuan muda! Anda bisa memanggilku dengan James saja !" seru James merasa tidak enak.

" Itu tidak sopan! Aku akan memanggilmu paman, kau tidak keberatankan ?"

" Iya, Tuan muda! Tidak samasekali, Tuan muda !" jawab James.

" Okay, sampai bertemu besok! Leonard ayo !" ajak William sambil berlalu pergi.

" Baik, William. Tuan James, mari !" pamit Leonardo dengan sopan.

" Ya !" balas James.

✷✷

Ukh!

William menghela nafas berat. Setelah merebahkan tubuhnya di kasur empuk itu, ia melempar pandangannya pada langit-langit kamar tidurnya. " Apa aku akan diperlukan dengan baik setelah hari ini," William bergumam pelan membayangkan bagaimana nasibnya kedepan nanti. Orang-orang di kota Flowerly terkenal dengan keangkuhannya, ia sungguh membenci itu. Sambil memutar bola matanya pelan William akhirnya tertidur pulas.

Sejam penuh William terlelap, akhirnya terbangun oleh sesuatu yang bergerak-gerak dalam pelukannya. Perlahan ia membuka matanya untuk melihat apa yang sudah mengganggu dan membangunkan tidurnya. Cedric! Sungguh anak ini yang sudah membuat ulah. William melompat kaget dari kasurnya, matanya terbelalak setelah melihat Cedric.

" Kau..." William menunjuk dengan telunjuknya. " Apa yang kau lakukan ?"

" Aku tidak melakukan apa-apa! Kaulah yang menarik ku dalam pelukanmu !" jawab Cedric membela diri.

" Jangan mengarang cerita !" seru William dingin.

" Kata siapa aku mengarang cerita? Sudah jelas kau yang salah !" balas Cedric tidak mau kalah.

" Hh! Siapa yang menyuruhmu masuk ke kamar ku ?" tanya William. Cedric diam untuk sesaat, tidak ada kata-kata lagi untuk menjawab. Tapi, karena Cedric anak yang aktif, ia akhirnya menjawab dengan kejadian sebenarnya.

" Aku tadi sedang bermain pesawat control, lalu tidak sengaja menyelinap masuk dalam kamar mu karena pintunya terbuka! Aku hilang kendali lalu mainan itu jatuh di kasur mu, aku hendak mengambilnya lalu kau menarik ku, karena takut kau marah maka aku diam saja, sampai kau bangun sekarang !" jawan Cedric panjang lebar.

" Hhh! Konyol! Seharusnya kau tidak bermain pesawat control di dalam ruangan!" 

" Mau bagaimana lagi? Aku tidak boleh keluar rumah !"

" Alasan! Bilang saja kau mau mengganggu ku ?"

" Hagh! Tidak !" jawab Cedric marah, matanya membulat ia cemberut gemas. William tidak sanggup marah lagi setelah melihat wajah lucu Cedric.

Leonardo yang baru saja selesai mandi mendengar suara keributan dari arah kamar William. Ia langsung bergegas menuju sumber suara.

" Ada apa ini ?" tanya Leonardo dari ambang pintu.

" Leonard! Daddy !" ujar William dan Cedric bersamaan.

" Cedric! Kau membuat ulah lagi ?" 

" Tidak, Daddy !"

" Cedric! Aku tidak suka kau begini. Cepat minta maaf pada Tuan muda, jangan malukan aku !"

" Tapi, Dad ?"

" Leonard! Sudahlah, ini hanya kesalahpahaman saja, tidak perlu minta maaf !"

" Ya, William. Tapi anakku, sudah mengganggu kenyamanan mu! Cedric minta maaflah !" titah Leonardo dengan lembut.

" Maafkan aku Tuan muda !" ucap Cedric. Tidak tega melihat wajah itu, William memalingkan wajahnya seraya berkata " Ya !"

" Pergilah ke kamar dan bermain di sana !" seru Leonardo. Cedric tidak membantah ia menuruti apa kata Leonardo.

William melepas pandangannya setelah Cedric meninggalkan area kamar, ada perasaan menang namun juga ada kasihannya. Ia melihat Leonardo tanpa berkata-kata dan beranjak pergi dari kamarnya. Leonardo yang merasa canggung dengan suasana ini pun segera pergi ke kamarnya untuk mengenakan pakaian.

Ditengah ruangan makan yang luas itu, William sedang santai di meja makan sambil memainkan ponselnya. 

Drrtt.....drrtt.....

Sebuah panggilan telepon dari Lilian.

" Halo, sayangku William !" sapa Lilian lembut dari sebrang.

" Halo, Ibu !" balas William singkat.

" Hmm, bagaimana kabar mu ?"

" Bu! Aku baru saja setengah hari pergi dari rumah. Bagaimana bisa menanyakan kabar ku secepat itu ?"

" Hm, ini pertanyaan dari kakek mu sayang! Apa kau yakin memberi jawaban itu ?"

" Hh! Aku tidak tahu kalau itu Kakek, aku baik-baik saja !"

" Baguslah, sampai nanti anakku sayang !" ucap Lillian penuh kasih pada anak sematawayang nya itu.

" Ya !" balas William.

Usai menutup telepon, William kembali pada aktivitasnya lagi. Namun, Leonardo tiba-tiba datang sambil membawa 2 botol soft drink ke meja makan.

" Apakah kedatangan saya mengganggu ?" tanya Leonardo hati-hati.

" Tidak !"

" Baiklah! Kedatangan saya ingin mengutarakan permintaan maaf sekali lagi atas perilaku Cedric yang kurang sopan terhadap Tuan muda! Sekiranya anda dapat memaafkan kesalahan putra kecil saya !" ucap Leonardo tulus. William berhenti memainkan ponselnya setelah mendengar permintaan maaf Leonardo yang begitu tulus, ia luluh. Kemudian ia menatap Leonardo dengan tersenyum ramah.

" Tidak masalah Leonard! Aku tidak ambil hati soal itu !" jelas William.

" Terimakasih, Tuan muda !"

" Jangan panggil aku Tuan muda lagi! Kita sekarang adalah keluarga, aku mempercayai mu karena kau adalah pilihan eyang. Kau pasti orang yang baik !"

" Terimakasih William! Anda telah memberi saya kepercayaan itu !"

" Hmm, aku cuma ingin memberi saran saja !"

" Dengan senang hati mendengar saran mu William !"

" Sebaiknya kau membeli boneka saja untuk Cedric, jangan membelikan mainan control !" saran William bercanda.

" Tapi Cedric laki-laki, William !" 

" Haha^_^! Tidak perlu dipermasalahkan !" seru William terkekeh yang langsung disambut tawa renyah Leonardo.

Mereka berdua langsung menikmati suasana yang telah berubah akrab itu. William tidak lagi memasang sikap dingin saat bersama Leonardo, begitu juga sebaliknya. William telah berterus-terang kepada Leonardo bahwa kehadiran Cedric dalam hidupnya sudah membuatnya memiliki teman bicara di rumah, walaupun Cedric masih anak-anak.

✷✷

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status