Share

Bab 7

Setelah menyelesaikan urusannya di Bougenville Company, William secepatnya kembali ke kediamannya. 

" Leonard! Apa kesan mu tentang Bougenville Company? Apakah perusahaan itu akan cocok dalam kepemimpinan ku ?" tanya William kepada Leonardo yang berada di sebelahnya.

" Ya, tentu saja cocok! Perusahaan itu cukup menarik banyak perhatian para konglomerat Flowerly! Setahuku Bougenville Company menjalani bisnis industri !" jawab Leonardo.

" Industri ?" 

" Ya, kenapa ?"

" Tidak! Sebenarnya aku tidak terlalu ahli dalam bidang bisnis industri !" 

" Hm, jika kau mau mencoba dan belajar, yakinlah semua akan menjadi keahlian mu !" nasehat Leonardo. William terdiam mendengar nasehat Leonardo yang begitu antusias, ia tahu bahwa Leonardo memang benar peduli padanya. 

Kepulangannya dan Leonardo langsung disambut baik oleh mulut aktif si Cedric kecil. Tampaknya Cedric sangat senang setelah melihat kedua orang berwajah tampan itu berada di hadapannya, ia bercerita banyak tentang kegiatannya di rumah penitipan anak kepada Leonardo tentunya William tidak ketinggalan untuk mendengarkan cerita konyol Cedric.

Waktu berputar terlalu cepat, hingga tidak terasa hari sudah mulai petang, jam menunjukkan pukul enam sore. " Sayang sekali kota indah ini dipenuhi kesombongan dan keangkuhan," gumam William dari balik jendela kaca besar di hotel kediamannya.

" Hei, kakak !" sapa Cedric yang datang tiba-tiba. William menoleh sebentar kemudian fokus lagi memandang luar jendela.

" Kakak !" panggil Cedric.

" Ada apa ?" tanya William geram.

" Daddy, dia memanggilmu !" jawab Cedric jahil.

" Hm..?" 

" Iya, sekarang Daddy ada di dapur !" 

' Ada perlu apa Leonard memanggilku? '. " Baiklah," seru William tanpa curiga sedikitpun. Ia melangkah sedikit cepat untuk menemui Leonardo di dapur. Setibanya di dapur, William terkejut melihat Leonardo yang sedang asyik memasak, ' bukankah dia memanggilku?' pikir William heran.

" Mmh, Leonard! Apa kau memanggilku ?" 

" William? Tidak! Mengapa ?"

" Kata__"

" Siapa ?" 

" Oh! Tidak jadi! Lanjut saja acara memasakmu !" jawab William cepat. ' awas saja kau bocah '.

Belum sempat Leonardo membalas jawaban William, ia sudah melangkah begitu cepat meninggalkan dapur. 

✷✷

Didalam kamar yang lumayan luas itu, William sedang sibuk mengorek informasi terkait perusahaan yang sekarang berada dalam pimpinannya itu. Setelah membaca beberapa artikel, William mulai membuka sedikit hatinya untuk mengatakan bahwa perusahaan itu mengagumkan. Ia, berupaya untuk meningkatkan prestasi lebih dari perusahaan itu selama ia menjabat sebagai CEO di sana. ' Apakah aku benar-benar seorang CEO muda ' kagum William pada dirinya sendiri. Membayangkan dirinya menjadi CEO, membuat William tersenyum-senyum sendiri. 

Selagi asyik pada dunianya, tiba-tiba pintu kamar William diketuk oleh seseorang.

Tok tok tok.

" Pintu tidak dikunci, masuk saja !" seru William dari dalam yang mengira itu adalah Leonardo.

" Daddy, menyuruh untuk makan malam lagi !" ucap Cedric dari ambang pintu kamar William.

" Kau..." umpat William. " Kemari kau bocah !" titah William gemas.

" Ada apa ?" tanya Cedric seraya melangkah tanpa ragu. Senyuman licik terukir di wajah tampan William. 

" Kemari lah, jangan banyak tanya !" titah William.

✷✷

Ulah jahil yang dilakukan Cedric semalam masih membuat William jengkel padanya. Hingga pagi ini tidak ada percakapan diantara mereka. Setelah mengantarkan Cedric ditempat penitipan anak, Leonardo kembali mengantarkan William ke kampus. " Bocah sialan itu masih saja membuatku jengkel," umpat William dalam hatinya. 

" William, soal Cedric__"

" Tidak perlu dibahas! Aku paham anak kecil !" potong William cepat dengan tersenyum masam. 

" Tapi__"

" Aku buru-buru masuk! Sampai nanti !" ujarnya William lagi, enggan sekali memberi Leonardo kesempatan untuk bicara. 

" Baiklah !" pasrah Leonardo.

Dengan langkah kaki yang cepat, William telah tiba di sebuah ruangan yang kini menjadi favoritnya sekaligus musibah baginya. Teman-teman sekelas William masih menganggapnya sebagai orang bodoh karena William seperti tidak layak menjadi mahasiswa di kampus itu. Ia yang selalu berpenampilan kekinian membuat William tampil beda dari mahasiswa lain yang berpenampilan formal. 

Ya memang, di kota Flowerly memiliki aturan yang bisa dibilang aneh. Karena setiap pemuda pemudi disana yang lahir dari keluarga berada harus mengenakan pakaian formal, tujuannya adalah untuk membedakan kalangan antara keluarga berada dengan keluarga menengah ke bawah. Walaupun yang menengah ke bawah juga harus menggunakan pakaian formal. 

Sejak kedatangan William di kota itu, ia pun membawa pengaruh yang cukup besar. Terutama wanita. Para wanita disana sangat terpikat dengan pesonanya yang asing. Di tambah lagi William belum sepenuhnya membuka jati dirinya dan membeberkan wajah tampannya ke publik, maka dari itu para wanita disana sangat penasaran dengan ketampanan William. Namun, berbeda dengan para prianya. 

Di dalam kelas Manajemen Bisnis pagi ini, sedikit terjadi kegaduhan. Sebabnya, si ketua kelas Sam memberi pengumuman rencana akhir pekan kelas mereka. Sam yang terkenal angkuh dan sombong itu berbicara di depan kelasnya dengan penuh semangat, ia menjelaskan beberapa hal tentang rencana mereka diakhir pekan. Dengan ditemani Rooney sahabatnya, Sam semakin angkuh. Ia mencoba pamer di depan William yang sedari tadi tidak merespon tingkahnya.

" Oke! Jadi aku putuskan, rencana akhir pekan ini kita akan kumpul disebuah bar VIP di Hotel Sky Diamonds !" ujar Sam dengan menyunggingkan senyumnya.

" Bar ?" gumam seisi kelas.

" Ya! Bukankah usia kita sudah meyakinkan ?" tanya Sam yakin.

" Benar! Apa kalian shock mendengar nama Bar atau Hotel Sky Diamonds ?" timpal Rooney terkekeh.

" Jangan-jangan kalian tidak mampu untuk ke sana ?" ledek Sam.

" Ya, tentu saja. Disana bukan tempat sembarangan. Bayaran untuk kesana juga cukup mahal, mana mungkin dengan mudahnya kita bisa pergi !" celetuk seorang mahasiswa.

" Tenang saja, bro. Aku punya seorang kenalan di sana !" ucap Sam dengan bangganya.

" Wah, Sam hebat sekali. Pantas saja banyak wanita terpikat olehnya !" puji seisi kelas untuk Sam. Sam tersenyum bangga mendengar pujian teman sekelasnya. Namun, William biasa saja mendengarnya dan tidak memberi pujian apapun, sementara Sam mulai jengkel dengan sikap acuh William. 

" Heh! Anak baru! Kau tidak berminat untuk pergi ke bar ?" tanya Sam.

" Tidak !" jawab William singkat.

" Mengapa? Uang sakumu tidak mencukupi ?" ledek Sam.

" ...."

" Jangan sombong, William. Anggap saja rencana akhir pekan ini adalah acara untuk merayakan kedatangan mu di kelas kami !" ucap Rooney. " Kami akan mentraktir mu untuk bisa pergi ke sana !" yakin Rooney.

" Iya, jika uang sakumu tidak mencukupi! Kami akan mentraktir mu !" imbuh Sam meledek. Lagi-lagi William ditertawakan oleh teman sekelasnya, hanya karena masalah sepele seperti ini. 

✷✷

Dibawah pohon beringin yang rindang itu, William duduk menyendiri sambil melepaskan kekesalannya karena ucapan Sam dan Rooney tadi. Menyendiri sambil menikmati hembusan angin siang itu membuat William sedikit tenang.

Dari kejauhan tampak sosok wanita yang melangkah ke arahnya dengan anggun, ia tidak lain adalah Jessie. Seorang wanita yang sempat dikenali William saat mereka berada di kantin waktu itu. Setelah berada tepat di hadapan William, Jessie melebar senyum sapanya. Aura kecantikan yang terpancar di wajah sempat membuat William terpaku beberapa saat. " Dia cantik," puji William.

" Hai !" sapanya lembut.

"H-hai..." balas William gugup.

" Aku tidak mengganggu waktu mu kan ?" tanya Jessie ragu.

" Oh, tentu saja tidak !" 

" Hmm, aku ingin bertanya sesuatu! Kau tidak keberatankan untuk menjawab ?" 

" Tidak, ingin bertanya apa ?"

" Mengapa kau tidak ingin pergi ke Bar bersama teman sekelas kita ?" 

" Umur belum cukup! Ditambah aku tidak suka bau alkohol dan tidak menyukai suasana Bar !" jawab William terkekeh.

" Oh begitu! Usia mu sekarang berapa ?"

" Bulan depan tepat 19 tahun !"

" Hah? Wah... Kau lebih muda dari ku !" jelas Jessie membelalakkan matanya.

" I-iya, memangnya usiamu berapa ?"

" Beberapa bulan yang akan datang usiaku menginjak 20 tahun !" jawab Jessie terkekeh.

William menahan tawanya saat tahu Jessie lebih tua setahun darinya. Mereka pun berbincang sampai waktunya tiba untuk masuk kelas kembali.

✷✷

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status