Share

Bab 4

" Leonard !" seru William gugup.

" Ya, ada apa William? Kau melupakan sesuatu ?" tanya Leonardo keheranan.

-_-;

Hari ini adalah hari pertama William menginjakkan kakinya di Saffron Crocus University. Seperti halnya sebagai orang penting William masuk melalui ruang VIP. James Arthur menyambut kedatangan William dengan senang hati. 

" Selamat pagi, Tuan muda !" sapa James ramah.

" Pagi !" 

" Karena anda sudah siap untuk kuliah hari ini, mari saya antar anda ke kelas !" tawar James.

" Tidak paman! Cukup tunjukkan darimana jalan menuju kelasku !" 

" Baiklah, jika itu mau Tuan muda! Setelah keluar dari ruang saya, Tuan muda hanya perlu melewati dua gedung, gedung ketiga dari ruangan saya itu adalah gedung dimana kelas anda, berada di lantai empat dan letaknya di tengah-tengah antara kanan dan kiri !" jelas James.

" Ok, terimakasih !" ucap William setelahnya. 

" Ya, sama-sama Tuan muda !" balas James sambil membungkuk hormat.

" William, mari aku temani mencari kelasmu !" tawar Leonardo setelah mereka keluar dari ruangan James.

" Tidak perlu Leonard! Biarkan aku sendiri !"

" Tapi ini masih terlalu baru untukmu !"

" Tidak apa-apa !"

" Bagaimana kalau ada yang mengganggumu, karena kau mahasiswa baru disini ?"

" Aku sudah mahasiswa, tidak perlu khawatir! Pulanglah Cedric menunggumu !"

" Baiklah, jika ini maumu !" Leonardo pasrah, ia segera pulang sesuai perintah William bos mudanya.

William melangkah menuju kelasnya sesuai penjelasan James. Sedikit membingungkan bagi William karena kelas di campus ini sangat banyak, ditambah lagi mahasiswa/siswi yang berlalu lalang membuat pandangan William sedikit terganggu untuk mencari kelasnya. Ia baru sampai di lantai tiga perlu satu lantai lagi untuk sampai ke kelasnya, namun ia masih tetap semangat. Saking semangatnya, William tanpa sadar telah menabrak bahu seseorang hal itu membuat semua yang dipegang oleh seorang itu jatuh berserakan di lantai.

" Oh My God !" pekik seorang wanita yang telah di tabrak William tanpa sengaja.

" Sorry !" seru William, ia tidak menyangka ketidak sengajaannya itu malah menjadi pusat perhatian yang lainnya. Tanpa perlu banyak bicara lagi, William segera membantu wanita itu mengemaskan buku-bukunya yang telah jatuh.

" Kau harus lebih berhati-hati, jalanlah dengan kakimu dan lihat dengan mata yang benar !" kesalnya. Wanita itu meninggalkan William setelah mengucapkan kata-kata tersebut. William terpaku, semua orang memperhatikannya sekarang. Mereka memandang William dengan tatapan ancaman, sayup-sayup terdengar suara mereka mengatakan,

" anak itu berani sekali, ia tidak tahu apa? Siapa wanita yang telah di tabrak nya ?" Mereka menatap William sambil bergidik ngeri, ada juga yang mencuri pandang untuk melihat sisi ketampanan wajah William, siapa wanita itu mengapa sangat ditakuti? Pikir William dalam benaknya. Ia tidak menggubris perkataan dan tatapan mereka, langkahnya yang begitu semangat akhirnya membawa William ketempat tujuan awalnya yaitu kelasnya. 

" Wow! Sepertinya ini adalah mahasiswa baru dikelas kita yang dikatakan dosen waktu lalu !" seru seseorang kepada teman sekelasnya. William menjadi pusat perhatian lagi.

" Dilihat dari penampilannya, sepertinya anak ini adalah kelinci yang dilempar ke kandang serigala !" ejek seseorang yang bernama Sam itu. Ia adalah ketua dalam kelas ini.

" Hahahaha..... " seisi kelas langsung menumpahkan tawa merendahkan mereka. 

" Hei! Kau tuli ?" tanya Sam. " Seharusnya kau memperkenalkan diri sebagai mahasiswa baru, bukannya langsung duduk manis! Kau pikir ini campus milik keluarga mu ?" bentak Sam.

" Iya, kami harus tahu latar belakang mu! Agar mudah bagi kami untuk mengenal mu !" tambah seseorang yang sengaja mengompori. William tidak bergeming, ia diam kedua daun telinganya memanas tanda emosi matanya menatap tajam dari balik kacamata hitamnya kearah Sam yang membentaknya tadi, namun ia dapat mengontrol semua itu hingga dirinya tetap tenang, percuma aku menantang lagian aku masih mahasiswa baru disini, pikir William yang membuat dirinya semakin tenang.

" Wow... wow! Lihatlah seberapa tenang anak baru ini ?" 

" Sam, percuma saja kau bicara padanya, toh anak ini tuli dan bisu !" timpal Rooney selaku teman dekatnya. Semuanya membenarkan ucapan Rooney, Sam kemudian mengangguk setuju dan bicara dengan angkuh lagi.

" Tapi, aku penasaran sesuatu apa yang ia sembunyikan dari balik kacamata hitam itu? Apa jangan-jangan dia buta ?" Sam melototi kedua matanya tanda terkejut.

" Pfft... Hahahaha...," mereka tidak sanggup lagi menahan tawa lagi, pernyataan Sam cukup membenarkan bagi mereka. Karena sejak tadi William belum membuka kacamata hitam yang dipakainya itu.

" Tunggu, " cegah Rooney, " atau dia seorang tuna netra yang salah masuk tempat ?" timpal Rooney yang kian mengundang tawa mahasiswa/siswi di dalam kelas itu. Lagi-lagi William acuh dengan sikap mereka, sudah terbukti bagi William bahwa orang-orang Flowerly memang angkuh dan sombong. Cukup lama mereka mengganggu dan mengejek William dengan ocehan merendahkan mereka itu, sampai seorang dosen datang barulah mereka berhenti mengganggu William.

Hari pertama kuliah di campus baru itu menyenangkan bagi William, namun sayangnya baru di hari pertama saja William sudah di hujat, ejek, hina, dan bahkan direndahkan oleh mereka yang merasa diri mereka paling hebat. Terutama Sam dan Rooney yang mungkin akan menjadi musuh pertama William di kota Flowerly.

✷✷

" Aku dengar, ada seorang mahasiswa baru yang berani menantang Sam dan mencari masalah dengan Jessie !" tutur seorang mahasiswi yang mulai bergosip. Fakta bahwa masalah kecil William tadi sudah menyebar luas dan menjadi gosip hangat di seluruh campus. 

" Sepertinya dia belum tau siapa Sam dan Jessie, ngeri !" timpal yang lainnya sambil bergidik.

" Tapi, bukankah mahasiswa baru itu, tampak misterius? Dia bahkan belum melepas kacamatanya dari awal masuk tadi ?"

" Apakah dia memiliki wajah yang tampan ?"

" Tidak tahu, tapi aku juga penasaran !" gerutu mahasiswi itu frustasi.

Gosip terus berkelanjutan, mereka tidak henti-hentinya membicarakan gosip hangat itu. Sampai tanpa mereka sadari orang yang sedang dibicarakan telah tiba di kantin campus.

William sedikit kebingungan saat tiba di kantin campus yang sangat ramai, matanya terus melirik dan mencari meja kosong untungnya ia dapat menemukannya dengan cepat. Segera ia hampiri meja tersebut yang berada ditengah-tengah ruangan kantin dengan hati yang terpaksa. Ia mencari cara untuk menghindar dari tatapan mereka, namun nyatanya sekarang ia malah menjadi pusat perhatian lagi, terutama para wanita. "Apa yang mereka lihat?" tanya William pada dirinya sendiri. Disisi lain, seorang wanita cantik terlihat bingung mencari meja kosong. Tetapi, mata indahnya wanita itu dengan cepat langsung tertuju pada meja yang sekarang telah diduduki oleh William. Tanpa pikir panjang lagi, wanita itu segera menghampiri meja tersebut.

" Hai !" sapanya basa-basi agar diperbolehkan duduk di meja itu juga. " Bolehkah aku duduk disini juga ?" tanya wanita itu sambil menahan malu. William mendongak kepalanya ke atas.

Slurr!!

Darah William mengalir cepat di nadinya. Tampangnya sangat terkejut, mengapa harus wanita yang ditabraknya tadi yang mendatanginya pikir William. Wanita itu pun tidak kalah terkejutnya saat tahu kalau itu adalah William pria yang telah menabraknya tadi pagi.

" Oh, ya tentu !" jawab William sangat canggung.

" Terimakasih !" ucap wanita itu sambil tersenyum canggung. Tatapan mata mereka makin bertambah setelah mahasiswa baru pindah dan seorang wanita cantik duduk semeja di tengah-tengah ruangan. William sangat menyesali ini, seumur hidup ini adalah pertama kali bagi William dikucilkan di muka umum. Lebih baik jangan ke kantin saja jika tahu begini, pikir William menyesal. 

" Hei, apakah aku mengganggumu ?" tanya wanita itu setelah melihat tingkah William.

" Oh, tidak !" 

" Tapi, kau terlihat seperti orang yang terganggu ?" 

" Tidak! Biasa saja !"

" Aku bisa pergi jika kau memang merasa terganggu !"

" Samasekali tidak, aku baru disini sangat wajar kalau bertingkah seperti ini !" jelas William.

" Baiklah," kata wanita itu yang mulai melunturkan sikap canggungnya. " Salam kenal, aku Jessie !" serunya tanpa ragu mengulurkan tangannya.

" Hm, a-aku William !" balas William gugup menyambut tangan wanita itu yang tak lain bernama Jessie.

" Kau bisa bertanya padaku, jika tidak tahu tentang sesuatu di campus ini. Kebetulan aku menjabat sebagai presiden mahasiswa !" jelas Jessie.

" Ya, terimakasih !" balas William dengan tersenyum.

" Hmm, sama-sama !" Selanjutnya tidak ada lagi percakapan diantara mereka. 

✷✷

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status