Share

Bab 5

Malam di villa Aster, keluarga besar Khanza sedang mengadakan perjamuan makan malam bersama, tuan Aron Khanza mengundang ketiga anaknya, menantunya, dan cucunya untuk membicarakan hal penting. Usai menyelesaikan makan malam, mereka mulai membahas topik yang telah ditemukan tuan Aron.

" Aku mendengar sebuah berita dari rekanku, katanya anak perusahaan keluarga Hansen sedang mencari CEO baru ?" kata tuan Aron sambil menikmati anggur merah kesukaannya.

" Ya, Ayah. Aku juga mendengar berita itu, tapi belum mendengar sampai detailnya !" ucap Razman Khanza sebagai anak pertama.

" Ya, aku juga mendengar berita itu. Dan juga, ada yang mengatakan kalau keluarga Hansen tidak memiliki penerus baru setelah tuan Hanry Hansen, aku pikir itu adalah satu alasan mereka mencari CEO luar untuk anak perusahaan mereka tersebut !" jelas Rafael Khanza anak kedua.

" Benarkah? Itu berita bagus! Kita sebagai keluarga elit di Flowerly tidak boleh kalah oleh keluarga elit lainnya untuk hal semacam ini. Kita perlu bersaing mulai sekarang, dan mencari lebih detail tentang berita itu !" seru tuan Aron semangat.

" Iya Ayah !"

" Bukankah suatu keuntungan bagi kita, jika diantara kita bisa menjadi kepercayaan keluarga Hansen ?" tanya tuan Aron si licik tua bangka.

" Ya, itu sangat menguntungkan ayah !" jawab Raine Khanza anak ketiga atau si bungsu.

" Apalagi keluarga Hansen adalah keluarga besar dan terkuat negara Land of Flowers ini !" kata tuan Aron penuh kagum.

" Benar, dan mereka juga adalah yang terkaya dengan total harta triliyunan dolar yang tidak habis sampai tujuh turunan !" sambung Rafael.

" Lalu, siapakah yang akan ayah tunjuk sebagai kandidat ?" tanya Raine.

" Raine, kau tenang saja. Ini bukan misi kita lagi, melainkan misi ketiga cucuku, karena CEO yang dicari oleh keluarga Hansen itu adalah anak muda bukan orang tua lagi !" jawab tuan Aron santai.

" Hm, kedengarannya menarik! Ayah aku tahu kau pasti memilih Anders putraku, dia yang terbaik Ayah jangan lupakan itu !" pamer Rafael bangga sambil merangkul putranya Andres. Tuan Aron hanya tersenyum sambil tertawa pelan sebelum ia melanjutkan pembicaraan.

" Ya, aku tahu itu. Ketiga cucuku adalah yang terbaik, aku tidak akan memilih siapa pun sebelum mereka semua lulus kuliah !" 

" Ayah bukankah itu terlalu lama? Bagaimana kalau sudah diambil alih oleh orang lain ?" tanya Raine tidak mau kalah.

" Tenang saja, itu masalah mudah, kau tidak perlu khawatir. Lagian ketiga cucuku juga lulus tahun depan? Dan berita ini masih dicari kebenarannya, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan !" jawab tuan Aron sangat jelas.

" Hmm, Ayah aku pastikan kau tidak melupakan putriku Ellya !" ucap Raine.

" Iya tidak akan! Razman, mengapa kau tidak mencalonkan putrimu ?" tanya tuan Aron yang terdengar tidak senang. Razman diam untuk beberapa saat sebelum menjawab pertanyaan tuan Aron ayahnya.

" Ayah, aku rasa Zayba putriku belum berminat untuk hal seperti itu, jadi aku membiarkannya tetap melanjutkan kuliah lagi setelah lulus tahun depan !" jawab Razman kaku.

" Aku tidak menerima alasan seperti itu, walau bagaimanapun dia tetap bagian keluarga Khanza, jadi dia harus rela mengorbankan apapun untuk keluarganya! Mengerti ?"

" Iya, Ayah aku mengerti !" 

Setelah itu, suasana menjadi hening tidak ada yang berani bicara lagi sebelum tuan Aron yang memulai. Namun dalam keheningan itu, Rafael dan Raine menjadikan suasana itu sebagai kesempatan untuk merendahkan Zayba putri semata wayang Razman dan Scarlett, tampak sekali aura kemenangan dalam raut wajah Rafael dan Raine yang sudah berhasil membanggakan putra dan putri mereka didepan tuan Aron khanza.

✷✷

Ditengah-tengah kasur tidurnya itu William rebahan santai dengan ponsel menyala ditangannya. Mengingat kejadian yang menimpanya di campus tadi membuat William sedikit kesal dengan sikap orang-orang Flowerly. Bisa-bisanya mereka berani bersikap tidak sopan kepada Tuan muda Hansen, yang sudah  banyak membantu orang-orang Flowerly sejak ia lahir. 

Drrtt....drrt...drrt....

Ponsel William bergetar ringan di genggaman tangannya. Tertera sebuah nama yang membuat William dengan sigap mengangkat telepon itu.

" H-halo, selamat malam eyang !" sapa William dulu.

" Selamat malam, apa eyang menganggu waktu mu, nak ?" tanya eyang Carlos. 

" Samasekali tidak eyang !" jawab William bohong. Dalam hatinya ia mengumpat,' ya sungguh aku terganggu ' tapi William tidak berani untuk berterus terang kepada eyang Carlos.

" Baguslah kalau begitu! Aku jadi punya banyak kesempatan untuk bicara dengan mu !"

" Hm, apa yang ingin eyang bicarakan ?"

" Di tahun depan bukankah kamu akan lulus kuliah ?"

" Ya, eyang !"

" Apa kau akan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi lagi ?"

" Ya, tentu saja! Setelah sarjana 1 nanti, aku ingin melanjutkan ke sarjana 2 eyang !"

" Terdengar sangat bagus, tapi apa kau tidak tertarik untuk mencoba mengelola bisnis keluarga kita sekarang ini ?"

" Ya, tentu saja aku tertarik! Tapi aku akan melakukan semua itu setelah aku lulus sarjana 2 nanti, untuk sekarang sepertinya belum!"

" Tapi, bukankah kau akan menjalani pelatihan kerja selama menjalani kuliah jenjang sarjana 2! Mengapa kau tidak menggunakan kesempatan itu untuk melakukannya ?"

" Eyang ?" 

" Aku tidak memaksamu William, hanya bertanya! Tapi melihat kegigihan mu di dunia pendidikan membuat aku tertarik untuk membuat mu secepatnya mengelola bisnis keluarga kita, bukankah kau sedang menekuni kuliah jurusan bisnis ?" tanya eyang Carlos antusias.

" Ya, benar sekali eyang !"

" Baiklah, tidak perlu mengkhawatirkan kuliah mu, aku menelpon untuk meminta satu permintaan saja !"

" Apa itu ?"

" Aku ingin kau menjadi CEO !" jawab eyang Carlos singkat, padat, jelas dan pastinya to the point. William terhenyak dari kasur tempat ia rebahan, rasanya jawaban eyang Carlos membuatnya harus menghirup udara segar sambil berdiri.

" CEO? Bukankah terlalu cepat eyang ?"

" Tidak !"

" Aku sudah mengatakan bahwa aku akan melakukan itu setelah menyelesaikan kuliah sarjana 2, eyang !"

" Ya, dan aku mendengarnya baik! Tapi kau perlu tahu bahwa anak perusahaan kita yang kebetulan berada di Flowerly sedang mencari CEO pengganti !"

" CEO pengganti? Bukankah tujuanku ke Flowerly untuk menjalankan misi mu eyang ?"

" Benar, tapi perusahaan itu sangat butuh CEO baru, karena CEO lama sudah mengundurkan diri sebab usianya! Ini tawaran yang bagus untuk mu William! Jika kau berani mengabulkan permintaanku, maka aku tidak akan mengganggumu untuk menempuh pendidikan setinggi tingginya! Aku telah membicarakan ini pada keluarga inti kita, Ayah mu sangat setuju dengan ini, ia mengatakan bahwa ini akan menjadi pengalamanmu jika kau mau. Apa kau yakin akan mengecewakannya ?" 

" Tidak !"

" Kau juga perlu tahu kalau permintaanku ini ada hubungannya dengan misi yang kuberikan padamu !"

" Tapi bukankah ini akan menambah beban ku, bagaimana aku bisa membagi waktu untuk mengurus bisnis dan kuliah? Tugas CEO tidak bisa diremehkan begitu juga dengan mahasiswa eyang !"

" Tenang saja! Aku sudah menyiapkan pendamping profesional untukmu, dia akan membantu mu, di jam kuliah dia akan menggantikan peran mu sementara !"

" Sama saja bukan aku yang menjadi CEO jika seperti itu !"

" Dia hanya menggantikan mu saat kau sibuk kuliah saja, tapi tidak merebut posisi CEO mu !"

" Eyang, aku tidak bisa !" jelas William tegas, berharap penolakannya di terima.

" Tidak ada penolakan! Aku tidak memaksa jawabanmu sekarang !" seru eyang Carlos serius. 

" Tapi__"

" Besok pagi aku akan menagih jawabanmu !" ucap eyang Carlos seraya memutuskan sambungan telepon.

Sial! Umpat William kesal, belum selesai memberikan banyak penolakannya eyang Carlos sudah memutuskan sambungan telepon dengan cepat. Sebenarnya William belum terlalu tertarik untuk mencoba mengelola bisnis keluarganya apalagi sampai menjadi CEO seperti ini, tidak pernah samasekali terpikir oleh William. Ia hanya fokus pada masa kuliahnya, alasannya William hanya ingin menjadi sosok yang cerdas, kreatif, kompeten dan profesional dalam menangani segala hal yang bersangkutan dengan bisnis, apapun posisinya nanti dalam keluarga Hansen. Tidak hanya ingin dalam bidang bisnis tapi William juga ingin profesional dalam segala bidang bakat yang dimilikinya.

Selang beberapa menit setelah eyang Carlos menelponnya, pesan WeChat masuk dari ayahnya dan langsung dibaca oleh William.

* William, sebelumnya Ayah minta maaf baru menghubungi dan mengirim mu pesan. Berkaitan dengan permintaan eyang Carlos, Ayah harap kau dapat mengabulkannya. Ayah tidak mau kau mengecewakan Ayah lagi . *

Setelah membaca pesan singkat dari Henry Ayahnya, William merasa ini sudah direncanakan keluarganya. Ia kesal dan sangat kesal mengetahui ini, namun terbesit dalam benak rasa senang karena sang Ayah tidak marah padanya lagi dan masih mau mengiriminya pesan singkat.

* Iya, ayah. Aku tidak akan mengecewakan Ayah lagi. * William membalas pesan singkat dari Henry dengan cepat. Secara tidak langsung William telah membuat jawaban dari permintaan keluarganya.

Usai mendapat kabar yang terlalu mendadak, William rasanya tidak ingin tidur untuk malam ini. Namun, kekuatan matanya yang lemah untuk saat ini belum mampu membuatnya untuk tetap bertahan sampai besok pagi. Alhasil, William pun menyerah dan terlelap dengan beban yang masih dalam pikirannya.

✷✷

Pagi harinya, William sedang menyantap sarapan yang telah disiapkan Leonardo untuknya. Tiba-tiba ponselnya bergetar sedikit keras, William sangat tahu siapa yang menelponnya sepagi ini dengan sabar William mengangkat telepon itu.

" Halo, pagi William! Bagaimana dengan jawabanmu? Aku sudah tidak sabar untuk mendengarkannya !" sapa eyang Carlos di seberang telpon.

" Ya... Aku menyetujuinya dan siap mengabulkan permintaan mu !"

" Sungguh? Baiklah aku akan segera menyuruh mereka menyiapkan dokumen untuk kau tanda tangani sebagai CEO baru disana! Setelah jam 1 siang nanti, jangan lupa untuk segera datang ke kantor !" seru eyang Carlos dengan cepat, karena beliau bukanlah tipe orang yang suka bertele-tele.

" Ya, aku kesana nanti setelah kuliah !"

" Hm, aku harap kau menyelesaikan kuliah dengan cepat dan jangan lupa untuk jaga kesehatan !" Ingat eyang Carlos.

" Ya...." Keduanya saling memutuskan sambungan telepon itu. William menghela nafas berat dan terlihat sangat pasrah. Leonardo sudah mengetahui ini sebelumnya karena eyang Carlos sudah memberitahu Leonardo tentang masalah ini.

" William, kau baik-baik saja ?" 

" Tentu saja !"

" Benarkah? Kalau begitu selamat atas diangkatnya sebagai CEO baru !" ucap Leonardo tulus sambil mengulurkan tangannya.

" Ya, kau sangat tulus..." balas William menyambut uluran tangan Leonardo.

" Tentu, karena kau adalah William Hansen !"

" Huh! Asal kau tahu ini sungguh berat !"

" Santai aja, kau akan lebih tenang dan serius !"

" Hhhh! Tidak Leonard !" William mendengus pelan sambil melanjutkan sarapannya.

Leonardo yang duduk di depan William diam-diam merasa takjub dengan bos mudanya ini. Bagaimana tidak? Keluarganya sangat mempercayai posisi CEO pada William yang masih usia muda dan labil, jiwa bisnis memang sudah tertanam kuat sejak kecil. 

✷✷

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status