Share

Bab 6

Usai jam kuliah, William segera menuju kantor anak perusahaan keluarganya sesuai alamat yang di berikan oleh eyang Carlos.

Bougenville Company adalah anak perusahaan terbesar kedua di Flowerly milik keluarga Hansen, setelah CEO pertama mereka mengundurkan diri, jabatan CEO di perusahaan itu kosong dan menjadi rebutan banyak keluarga besar di Flowerly. Untung saja Hansen family sudah mengetahuinya dan bertindak cepat. 

Setelah setengah jam berkemudi, tiba juga William dan Leonardo di Bougenville Company. 

" William kita sudah tiba di Bougenville Company !" seru Leonardo.

" Hm, baiklah !"

" Kau mau ditemani ?" tanya Leonardo ragu.

" Tidak perlu! Aku akan menelpon mu jika tidak ada yang tidak beres !"

" Okay! Aku harus ke tempat parkiran mobil dulu !" 

" Ya...," 

William segera menuju ke dalam perusahaan, langkah kakinya yang lebar membuat William tidak perlu lama untuk tiba di dalam perusahaan. Seorang resepsionis wanita langsung menyambut kedatangan William.

" Selamat siang Tuan! Selamat datang di Bougenville Company! Ada yang bisa saya bantu ?" sapa resepsionis itu ramah seraya bertanya dengan nada bingung karena tidak pernah ia melihat seseorang yang berpenampilan menarik seperti William datang ke perusahaan besar seperti Bougenville Company ini. ' Apakah pemuda ini seorang pengacau ' pikirnya dalam hati.

" Ya, bisakah antarkan aku menuju kantor kepala manager ?" 

" Maaf, apakah anda telah membuat janji dengan manager kami ?" tanya resepsionis itu ragu, dari penampilan William yang sekarang resepsionis itu beranggapan bahwa William hanyalah pengacau semata yang iseng ingin menemui kepala manager mereka.

" Ya, tentu !" 

" Tapi, kami mohon maaf, Tuan. Manager kami sedang sibuk dan tidak dapat diganggu !"

" Benarkah? Aku rasa kau berbohong !"

" Tuan kami tidak berbohong! Memang benar manager kami sedang rapat !" jelas resepsionis itu yang mulai geram. " Orang seperti anda ada perlu apa dengan manager kami ?" tanya resepsionis seraya menatap tajam ke arah William.

" Aku ?" William menaikkan sebelah alisnya. Ia tahu bahwa pakaian yang dikenakannya sekarang membuat resepsionis itu berani padanya, ' lihat saja nanti, kau pasti menyesal ' ancam William dalam benaknya.

" Ya, jika anda tidak ada perlu, maka boleh pergi sekarang !" seru resepsionis seraya menunjuk pintu keluar. Keributan kecil itu ternyata sudah menarik perhatian para pekerja lainnnya.

" Siapa itu ?" " Siapa dia ?" tanya mereka berbisik bisik kepada pekerja satu sama lainnya.

" Memangnya kau siapa, berani mengusirku ?"

" Aku tidak mengusirmu! Aku hanya menyuruh mu pergi karena tidak ada keperluan dengan manager !"

" Aku mencari manager kalian, berarti aku ada perlu! Kau ini resepsionis seperti apa, hanya mengantarkan bertemu manager saja repot !"

" Tuan tolong jaga ucapan anda! Perusahaan kami adalah perusahaan besar yang tidak dengan mudah menerima tamu seperti anda, apalagi bertemu kepada manager! Tuan pikir anda siapa, orang penting? Melihat penampilan mu saja jelas kau bukan orang penting melainkan hanya penyanyi band jalanan yang minta sumbangan !" seru resepsionis itu dengan kasarnya.

" Justru kau yang perlu menjaga sikap dan ucapanmu !"

" Lebih baik anda segera keluar dari sini atau perlu aku panggilkan satpam untuk mengusir pengacau sepertimu ?"

" Aku tidak akan pergi sebelum aku bertemu dengan kepala manager !"

" Untuk pengacau sepertimu, perlukah aku mengulangi perkataan ku ?"

" So, perlukah aku mengulangi perkataan ku ?" tanya William balik.

" Kau..." Resepsionis wanita itu mengumpat sebelum ia mengangkat tangannya untuk menampar William.

" Tunggu !" Seru sebuah suara berat yang muncul tepat dibelakang resepsionis itu. Dalam sekejap mereka sudah dikelilingi empat bodyguard gagah.

" Ada keributan apa ini ?" tanya kepala manager tajam kearah resepsionis wanita itu.

" Maaf, tuan. Ada seorang pengacau ingin bertemu anda. Dia mengatakan telah membuat janji dengan anda !" jelas resepsionis itu sengaja dengan suara agak keras. Kepala manager Luis Robbins melihat kearah pengacau yang dimaksud oleh resepsionis wanita itu, seketika sekujur tubuh Luis Robbins dipenuhi keringat dingin, kedua kaki kokohnya gemetar hebat. Dia berbalik menatap resepsionis kurang ajar itu.

" Bodoh !" teriak Luis dengan kasar, " kau pikir dia seorang pengacau? Kau tidak tahu siapa dia ?" tanya Luis penuh kemarahan, resepsionis yang dimarahi itu tampak bingung melihat manager mereka yang berubah sikapnya dalam sekejap saja.

" Tuan Robbins! Apa yang salah pada saya? Tidakkah anda melihat penampilan tuan ini seperti penyanyi jalanan ?" tanya resepsionis itu kembali membela diri.

PLAK! 

Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri resepsionis itu, pekerja lainnnya yang melihat kejadian itu bergidik ngeri tidak ada yang berani berkata semua diam menunduk melihat manager mereka begitu marah. William yang sedari tadi diam, mulai bertanya dengan santai.

" Halo, tuan! Bisakah anda mengantarku bertemu kepala manager ?" 

" Ya, t-tentu saja Tuan! Saya sendiri adalah kepala manager disini Luis Robbins, maafkan saya tidak mengetahui kedatangan anda dan telah membuat anda merasa tidak nyaman karena perlakuan pekerja disini, apapun akan saya lakukan untuk menghukum mereka !" jelas Luis sambil membungkuk hormat.

" Oke! Bisakah menuju kantormu sekarang ?"

" I-iya Tuan !" jawab Luis masih gugup.

William segera dikawal oleh Luis dan keempat bodyguard tadi untuk menuju kantor kepala manager. Kedatangannya semakin membuat kebingungan para pekerja terutama resepsionis wanita tadi. Jika pengacau tadi adalah orang penting maka tamatlah aku hari ini, begitulah pikir si wanita resepsionis menyesal.

" Selamat datang di Bougenville Company, Tuan muda Hansen. Ijinkan saya untuk mengenalkan diri kembali !" seru Luis dengan penuh keberanian yang ragu.

" Hmm! Silahkan !" 

" Perkenalkan saya Luis Robbins, menjabat sebagai kepala manager, Tuan muda dapat memanggil saya dengan panggilan yang membuat anda nyaman saja !"

" Oke! Terimakasih perkenalkan mu tuan Robbins !"

" Ya, sama-sama Tuan muda. Saya selaku kepala manager meminta maaf sebesar-besarnya atas perlakuan yang kurang berkenan kepada anda !" ucap Luis dengan tulus.

" Iya, aku maafkan! Omong-omong kau terlihat mengenalkan ku dengan baik ?"

" Tentu saja Tuan muda! Aku juga sudah mengetahui maksud kedatangan anda kemari. Sehari yang lalu tuan Carlos sudah menghubungi saya bahwa anda akan kemari, untuk menandatangani surat pernyataan sebagai CEO baru di Bougenville Company !"

" Oh, seperti itu! Baiklah, aku tidak ingin berlama-lama, tunjukkan dimana surat dan dokumen yang harus aku tanda tangani !"

" Sebentar saya ambilkan dulu, Tuan muda !"

" Hmm, "

" Ini, silahkan Tuan muda !" ucap Luis setelah menyerahkan surat dan dokumen tersebut. William mencermati semua dengan baik kemudian baru ia tanda tangani. 

" Apalagi yang harus aku lakukan setelah ini ?"

" Sebelumnya, selamat anda telah menjadi CEO baru kami di Bougenville Company! Pekerjaan anda selanjutnya adalah sebagai CEO yang mengatur dan mengurus bisnis di perusahaan ini !"

" Ya, kalau begitu aku harus segera pulang. Aku akan kesini lagi besok untuk melihat kantorku !"

" Baik, Tuan muda. Kantor anda telah kami siapkan dengan baik, jadi besok anda dapat memulai hari kerja pertama anda dengan nyaman !" 

" Oh, baik! Sampai bertemu besok !" 

" Ya, Tuan muda. Mari saya antar, Tuan !"

" Hmm.."

William kembali dikawal oleh Luis dan keempat bodyguardnya. Namun, sebelum William meninggalkan kantor Luis meminta kepadanya untuk diperkenalkan sebagai CEO baru. William tidak keberatan untuk itu dan menuruti kemauan Luis.

" Perhatian semuanya! Hari ini perusahaan kita Bougenville Company telah datang CEO baru, namun aku sangat kecewa dengan perlakuan kalian terhadapnya, orang yang telah kalian anggap pengacau itu adalah CEO baru kita !" seru Luis antusias ia bicara dengan nyaring.

" Tuan muda ini adalah CEO baru kita, Tuan William Hansen! Tunjukkan rasa hormat kalian kepadanya !" seru Luis tajam. Seluruh pekerja buru-buru memberikan hormat dan meminta maaf kepada CEO baru mereka William.

" Dan kau !" tunjuk Luis kearah resepsionis tadi, " minta maaflah pada CEO dengan benar dan setelah ini temui aku di ruangan ku !"

" B-baik, tuan Robbins! Tuan William, maafkan aku, aku salah dan bodoh tidak tahu jika kau adalah CEO baru. Maafkan aku Tuan, aku akn melakukan apapun untuk mu, tolong maafkan aku Tuan !" ujar resepsionis dengan membungkuk seratus delapan puluh derajat. " Maafkan aku Tuan !" ucapnya sekali lagi dan hampir menangis.

William tidak merespon setiap tindakan yang telah dilakukan resepsionis itu setelah mendengar permintaan maafnya, William segera meninggalkan perusahaan.

" Tuan muda! Mari saya antar anda pulang !" tawar Luis.

" Tidak perlu! Aku mengendarai mobil sendiri !"

" B-baiklah kalau begitu Tuan muda! Hati-hati dijalan !" seru Luis tidak membantah.

" Ya, tentu !" balas William singkat seraya melangkah pergi. Luis dan seluruh yang ada di tempat itu langsung membungkuk hormat, tidak ada satupun yang berani mengangkat kepalanya sebelum punggung William benar-benar lenyap dari pandangan mereka.

✷✷

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status