Share

05. Emosi Salsa

“Ada apa, ada apa ... itu kenapa di kamar kita ada bayi itu, kamu sengaja bawa bayi ke rumah kita lagi?” tanyanya dengan nada emosi.

“Oh kirain ada apa, memang kenapa?”

“Kamu kenapa sih bawa bayi itu lagi,  kasihan Mbak Desi dong, dia itu sangat menginginkan bayi itu, kalau sebentar-sebentar kamu bawa ke sini bagaimana dia lengket sama bayi itu, jangan egois dong?” ucap Sadam membuat telinga Salsa memanas.

Begitu juga dengan Sheila yang ingin bersuara membela ibunya tetapi buru-buru tangannya di pegang.

“Sayang temani dulu dedek ya, biar jemuran ini Mamah yang selesaikan dan sekalian papah kamu.” Tatapan Salsa sendu membuat Sheila sangat mengerti maksud ibunya dia pun mengangguk tanda mengerti dan pergi dari tempat itu.

“Sa, kamu dengar nggak sih apa yang aku omongin?”

“Jangan bawa bayi itu ke rumah ini lagi, kasihan Mbak Desi!” tegasnya lagi.

Salsa membanting jemuran itu ke ember besar dan menatap tajam ke arah suaminya, dengan napas yang memburu ingin sekali menjambak dan merobek mulut suaminya itu yang sangat menyakitkan hatinya.

“Aku ingin bertanya satu hal dengan kamu, Mas!”

“Apakah ini alasan kamu menyuruhku untuk tidak memakai alat KB supaya aku bisa hamil dan melahirkan anak dan kalian mengambil anakku?” tanyanya dengan tegas.

“A—apa maksud kamu, Sa?”

“Ayolah Mas, kamu bukan anak kecil lagi yang tidak mengeri apa maksud perkataanku tadi, sepertinya kamu sudah tahu jawabannya karena memang itu yang kalian inginkan dariku!”

“Mas, Ibumu itu pura-pura menyalahkan aku kalau aku tidak pandai mengurus anak, dekil lah, kusam, pakaian compang  camping lah, kamu sendiri tidak memperhatikan anak-anak kamu!”

“Pakaian anak-anak saja kamu tidak pernah membelikannya, mungkin bisa di hitung jari.”

“Oh ya satu lagi bayi itu adalah anak kita, darah daging kamu, perbuatan kamu yang sudah menghamili aku, jadi itu adalah anak kita.”

“Sa, tetapi dia kan sudah diambil sama Mbak  Desi, kasihan dia, kamu mengerti nggak sih?” tanyanya tanpa ada rasa bersalah.

“Mas, sebelum kamu menyalahkan aku, kenapa kamu tidak tanya saja ke Mbak Desi apa yang dia lakukan sama bayiku!”

“Maksud kamu?” Sadam kemudian ingin pergi dari tempat itu tetapi langkahnya dihentikan oleh Salsa.

“Mau ke mana Mas!”

“Mau ke rumah Mbak Desi, mau ke mana lagi?”

“Nggak usah, dia ada di sini mungkin masih tidur tuh di kamar ibu,” jawabnya ketus.

“Loh kenapa?”

“Makanya kalau tidur jangan seperti orang mati yang tidak mendengar apa pun, Mbak Desi ke rumah tadi malam sekitar jam dua, dedek menangis nggak mau diam makanya aku yang temani.

“Loh bukannya kamu sudah  taruh ASI-mu di botol?”

“Basi katanya, Mbak Desi lupa taruh di kulkas,” jawabnya lagi.

Seketika Sadam terdiam dan bingung untuk melakukan apa. Salsa menghampiri Sadam kembali dan mengatakan sesuatu kepadanya.

“Jika sampai bayiku kenapa-kenapa kalian lah yang harus bertanggung jawab, aku tidak main-main, Mas!”  ancamnya sedikit terkejut saat melihat istrinya menampilkan wajah yang lain yang tidak pernah dilihatnya.

 

***

“Sa, bayi itu sudah tenangkan, kamu sudah beri ASI yang banyak kan, dan kamu sudah mandikan dia kan, aku nggak mau ya dia bau pesing!”

“Oh ya satu lagi, haru ini aku ada janji dengan temanku, biasa ada reuni kecil-kecilan, kamu tahu kan kalau membawa bayi itu sangat merepotkan, jadi aku kasih kamu kesempatan satu hari untuk bersama bayiku,” usapnya sembari dengan asyik menyantap sarapan pagi dengan nikmat.

“Jam berapa kamu pulang Sayang?” tanya Mas Dirga suaminya yang ikut duduk santai di meja makan itu sambil ikut menikmati sarapan pagi yang di buat Salsa.

“Aku nggak tahu Mas, nanti aku kabari deh, kalau mau pulang ya,” jawabnya tersenyum.

“Mas, nanti beliin dong mobil, aku malu Mas, setiap mau kumpul aku selalu diantar kamu, aku kan mau bergaya juga,” ucap Desi bergelayut manja di tangan suaminya.

“Iya Dir, apa salahnya kamu belikan dia mobil baru, uangmu kan  sudah banyak, cukuplah buat beli mobil baru, lagian mau siapa lagi ibu harapkan, Sadam kan gajinya nggak cukup, Cuma bisa buat makan sehari-hari saja, “ celetuknya sambil melirik Salsa.

“Iya nanti kita lihat dulu ya, Mas janji akan membelikan mobil baru untuk kamu, apa sih yang nggak buat kamu, Sayang ?” Dirga mengecup kening Desi, terlihat sangat bahagia  tetapi dia pun sekilas melirik Salsa yang tampak biasa-biasa saja.

“Duh enaknya punya menantu seperti kamu, sudah tampan, baik, kaya pula nggak pelit, Desi sangat beruntung memilih suami seperti Dirga ini,” puji Bu Citra tersenyum.

Begitu juga dengan Dirga yang dipuji oleh mertuanya secara terang-terangan di hadapan Sadam dan Salsa.

“Ih Ibu  ... Sadam kan masih menitik karier dari bawah lagi,  jadi masih bertahap dong,” kilahnya sedikit cemburu dengan Dirga yang sangat di sanjung oleh ibunya sendiri.

“Makanya Dam, Ibu kan sudah bilang dari awal kalau cari istri itu yang kaya, jadi hidup  kita terjamin, ini kamu menikahi wanita miskin seperti dia,” celetuknya menyindir Salsa.

“Oh ya Dir, nanti transfer uang ke Mamah ya buat perlengkapan acara aqiqahan hari Minggu saja, kita nggak usah capek-capek masalah beli katering saja, kamu sanggupkan? Dan kamu Salsa Ibu izinkan untuk memberi nama bayi itu, karena kalau mereka berdua yang memberi nama asal-asalan,” protesnya.

Ada sedikit kebahagiaan mertuanya memberikan izin untuk memberi nama bayi itu. Dia pun mengucapkan terima kasih kepada mertuanya itu.

“Sudah ah, aku mau pergi dulu, telat nanti ke kantor, Assalamu’alaikum!”

“Wa”laikumsalam!”

“Mah, Sheila dan Sarah pergi ke sekolah dulu ya, dada dedek nanti siang kita main lagi ya, muuach  ...kedua kakak beradik itu mencium  kening  adik  mereka dan bayi itu kembali tersenyum dan tak lupa mencium punggung tangan ibu mereka.

“Ayuk Salim sama Oma juga dong.” Sheila dan Sarah melirik Salsa dan dia pun mengisyaratkan untuk mencium punggung tangan Bu Citra.

“Kalian berangkat sama Papah?”

“Nggak, kami bisa sendiri!” jawabnya serentak.

“Dasar nakal, Sa kasih tahu anakmu kalau ngomong sama orang tua itu yang sopan, ini papahnya loh!” protes Sadam kesal.

“Bukan salah Mamah kami  menjadi  seperti ini, karena Papah  sudah memisahkan dedek bayi dengan kami, Ayuk dek kita berangkat,” celetuknya dan meninggalkan papahnya.

 Salsa  hanya diam setelah selesai sarapan dan membersihkan meja makan, dia sedikit bersantai lalu menggendong bayinya dengan bahagia, Bu Citra  dan Desi pun pergi bersama Dirga.

“Salsa sangat bahagia sekali hati ini setidaknya dia merasa puas seharian bermain dan menatap lekat wajah bayinya.

“Sayang dua hari lagi kamu akan di aqiqah, Mamah sudah menyiapkan nama yang bagus untukmu.”

“Syauqi Azka Putra, Mamah suka dengan nama itu, jadilah anak yang selalu penuh kasih sayang kepada keluarga kamu, tetapi ingat Sayang jika mereka salah jalan , kamu harus menuntunnya ke jalan yang benar.” Salsa berbicara dengan bayinya, seketika  itu juga bayi itu kembali tersenyum.

“Entah kenapa Sayang, perasaan Mamah tidak enak, Mamah ingin sekali memandang wajahmu setiap detik.”

Ya Allah semoga tidak ada masalah dikemudian hari, ini mungkin hanya pikiran aku saja yang terlalu capek,” ucapnya dalam hati.

 

Tepat dua hari kemudian  acara aqiqah pun dilakukan, Mas Dirga membelikan dua ekor kambing untuk acara itu. Salsa juga sudah memberikan nama  itu untuk di sematkan oleh bayinya.

Semua warga di undang dalam acara yang cukup meriah dan bersuka cita. Tinggal menunggu Mas Dirga dan Mbak Desi datang bersama bayinya.

Sudah sepuluh menit berlalu tetapi mereka  tak kunjung datang, Salsa mulai cemas, dia berniat mau datang ke ruang itu tetapi di halangi oleh mertua  dan suaminya.

Namun, Salsa tidak memedulikannya, tetapi saat  ingin pergi ke sana Mas Dirga dan Mbak Desi akhirnya terlihat batang hidungnya, tetapi Salsa tidak melihat kehadiran Syauqi.

Dengan wajah yang sembab, Desi berhambur ke pelukan Salsa membuatnya terkejut sekaligus bingung.

“Mbak , ada apa , kenapa Mbak menangis dan di mana bayiku? Kenapa tidak ada sama Mbak ?” tanyanya mulai gugup dan melepaskan pelukannya.

“Maafkan aku Sa, maafkan keteledoranku, bayimu hilang saat aku membawanya jalan-jalan dan membeli pakaian bayi di mall,” jelasnya sembari dengan  uraian air mata.

“A—apa maksud Mbak Desi? Bayiku hilang?” teriaknya histeris.

“Jawab! Jangan diam saja!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status