Share

6. Amarah dan Gairah

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-18 16:49:45

Lila merasakan napas panas Sean yang mengalir di telinganya, membuat tubuhnya semakin tegang. Posisinya yang terjepit di antara dinding dan tubuh Sean membuatnya merasa tidak berdaya. Segala ketakutan dan kekhawatiran yang selama ini ia coba pendam kini muncul ke permukaan.

Di tengah segala kepedihan dan rasa terhina, ada dorongan kuat dalam hatinya untuk melawan. Ini bukan hanya tentang keinginan untuk bebas, tapi tentang menjaga sisa-sisa harga dirinya yang hampir terkikis habis oleh pernikahan yang hambar dan tidak memiliki masa depan.

“Aku tidak mencari pria lain, Sean,” jawab Lila dengan suara yang hampir tidak terdengar, tetapi ada ketegasan di balik kata-katanya. “Aku hanya ingin keluar dari hubungan yang sudah tidak sehat ini. Kita berdua tahu bahwa ini tidak bisa dilanjutkan. Kau tidak mencintaiku, dan aku membebaskanmu mencari cinta dan kebahagiaan dengan wanita lain.”

Sean menyipitkan matanya, tatapan mata yang merendahkan Lila, mencoba mencari celah untuk menyerang. “Kau tahu, Lila? Kau tidak punya hak untuk memutuskan atau mengatur apa pun dalam pernikahan ini. Kau milikku, sejak aku menyebut namamu dalam akad, dan hanya aku yang berhak menentukan nasib pernikahan kita.”

Lila menelan ludah, matanya mulai kabur oleh air mata yang semakin deras. Namun, ia tidak ingin terlihat lemah di depan Sean. Dengan sisa-sisa kekuatan yang dimilikinya, Lila memberanikan diri menatap mata Sean, berusaha menunjukkan ketegasan yang selama ini sulit ia tampilkan.

“Tidak, Sean. Aku bukan milikmu. Aku adalah seorang merdeka yang punya hak atas kebahagiaan dan kehidupanku sendiri. Dan aku memilih untuk bercerai denganmu dan lepas dari keluarga Wismoyojati.”

Sean terkekeh, dengan nada dingin dan penuh cemoohan. “Apa yang sudah Ryan lakukan kepadamu, hingga membuatmu begitu ngotot ingin bercerai denganku?” teriak keras Sean terdengar begitu memekakkan telinga.

Sean menggertakkan gigi, menunjukkan amarahnya yang semakin memuncak.

Lila menggelengkan kepala lemah. “Tidak ada,” jawab Lila dengan suara yang bergetar. Kilat amarah di mata Sean membuat Lila semakin takut.

“Ini yang dia lakukan kepadamu?” Dengan kasar Sean meremas kasar bagian tubuh atas Lila yang sensitive, hingga terdengar suara pekik kesakitan.

“Atau ini?” Sean menarik rambut Lila, lalu meraup rakus bibirnya dengan pagutan kasar.

Sentuhan Sean bukan hanya menyakiti raga Lila saja, batinnya meronta saat Sean mulai menyentuh secara kasar. Air mata yang mengenang di pelupuk mata Lila, akhirnya luruh juga. Perlakuan kasar yang Lila terima membuat merasa tubuhnya tidak berharga di hadapan pria yang dua tahun lalu menikahinya.

“Sean!” Lila berusaha memberontak sekuat tenaga saat Sean menyeretnya menuju sofa.

Namun sekuat apa pun perlawanan yang diberikan oleh Lila, Sean tetap lebih kuat. Tubuh Sean yang besar dan terbiasa dengan berbagai latihan fisik membuat semua bentuk perlawanan dari Lila menjadi percuma.

Semakin Lila melawan, justru semakin membuat Sean kesetanan. Bahkan tak segan dia mendaratkan telapak tangannya untuk menyakiti Lila. Seolah menulikan telinganya, suara jerit tangis Lila tidak Sean hiraukan lagi.

“Apa yang kau inginkan sebenarnya Lila?” tanya Sean dengan penuh kegeraman. “Kau pikir kau bisa seenaknya mengaturku? Menerima lamaran mama, menikmati semua fasilitas dari kami, dan saat kau bosan, lalu kau teriak-teriak minta cerai seolah-olah kau adalah korban di sini.”

“Lepaskan aku, Sean!” Suara lemah Lila yang sedang mengiba, terdengar begitu menyayat hati.

Dengan tenaga yang ada Lila berusaha melepaskan diri dari Sean, tetapi tampaknya hanya kesia-siaan belaka karena kekuatan mereka tidak berimbang. Sean justru semakin kalap, dia mendorong dengan kasar tubuh Lila hingga terjerembab di sofa. Tidak memberi kesempatan kepada Lila untuk melepaskan diri, Sean segera menindih tubuh istrinya.

Dengan kasar Sean menyingkap dress yang dikenakan Lila hingga batas pinggang. Tanpa pemanasan dan awalan yang lembut, Sean langsung menerjang dan memaksa Lila untuk memuaskan nafsunya.

“Kau menyakitiku Sean.” Air mata Lila jatuh berderaian, tetapi tidak mampu membuat hati Sean luluh dan mengakhiri perbuatannya. Kini Lila benar-benar merasakan tubuhnya sangat tidak berharga di hadapan suaminya.

“Bukankah ini yang kau inginkan,” ucap Sean terdengar patah-patah, karena dia sedang menekan tubuh Lila dengan semakin kencang dan beringas melampiaskan amarah dan gairah yang menjadi satu.

Suara Lila yang memohon penuh iba, dan tangis penuh derita sama sekali tidak dipedulikan oleh Sean. Jika selama ini Sean masih memberi kesempatan kepada Lila untuk menemukan kenikmatannya sendiri, kini Sean benar-benar hanya mencari kenikmatannya sendiri.

Hingga pada akhirnya Sean membenamkan kepala di ceruk leher Lila sambil memeluknya dengan erat. Untuk pertama kalinya, Sean mengosongkan miliknya pada Lila tanpa adanya penghalang dan tidak terbuang di luar seperti yang biasa dia lakukan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Strawberry
Habis ini hamil tapi udah cerai
goodnovel comment avatar
Senja Amelia
cinta tapi kasar🥹
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Sadis sekali Sean...memperkosa* istrinya sendiri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   470. Takdir yang Sempurna

    Setelah memastikan Brilian tidur, Sean melangkah menuju ke kamarnya. Dia harus segera membantu Lila untuk menidurkan Bintang dan Berlian. Semakin hari, bocah kembar itu semakin aktif, bahkan hanya untuk tidur saja akan banyak drama.Lila menatap suaminya yang baru saja masuk ke kamar. Senyum hangatnya masih sama seperti dulu, tetapi ada sesuatu yang membuatnya sedikit gelisah.Sean bertambah usia, tetapi justru semakin menawan di matanya.Lila menelan ludah pelan. Sebagai istri, tentu saja ia bangga memiliki suami seperti Sean, tetapi di sisi lain… ia juga merasa was-was. Sampai sekarang masih banyak perempuan di luar sana yang mengincar suaminya, meskipun mereka tahu jika Sean sudah menikah dan memiliki tiga anak.Sementara itu, Sean berjalan mendekat. Tatapan matanya lembut saat melihat si kembar yang sudah terlelap di dalam boks.“Mereka tidur lebih cepat dari biasanya,” ucap Sean pelan terdengar nyaris seperti bisikan, takut membangunkan bayi-bayi mereka.Lila mengangguk. “Hari ini

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   469. Rama dan Cinta

    Suasana kafe yang semula tenang mendadak ricuh ketika pintu terbuka dengan keras. Seorang perempuan paruh baya melangkah masuk dengan ekspresi penuh amarah, diikuti oleh seorang perempuan muda yang cantik, sama garangnya."Mana Cinta?! Keluar kau sekarang juga!" seru perempuan paruh baya itu, suaranya menggema di seluruh ruangan, menarik perhatian para pengunjung dan pegawai kafe.Beberapa pelanggan yang sedang menikmati kopi mereka langsung menoleh, ada yang membeku di tempat, ada yang berbisik penasaran. Sementara itu, seorang barista yang berdiri di belakang meja kasir tampak panik, ragu-ragu apakah harus menenangkan situasi atau membiarkan saja.Perempuan cantik yang berdiri di sampingnya menyusuri ruangan dengan tatapan tajam, matanya berkilat penuh amarah. Sepertinya dia tahu betul siapa yang sedang mereka cari.Salah satu pegawai kafe memberanikan diri mendekat. "Maaf, Bu. Ada yang bisa kami bantu?" tanyanya dengan suara hati-hati.Perempuan paruh baya itu menoleh tajam. "Panggi

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   468. Hidup yang Lebih Berwarna

    Waktu berlalu dengan tenang, membawa kebahagiaan yang seolah tak pernah habis bagi keluarga Wismoyojati. Kehidupan penuh berbagi dalam keluarga diisi oleh tawa renyah dan kehangatan. Perdebatan tentu tetap ada sebagai bumbu dalam kehidupan, tetapi mereka bisa menyelesaikan dengan bijaksana.Lila menjalani perannya sebagai ibu dengan penuh cinta, merawat Brilian, Bintang, dan Berlian dengan kesabaran dan kasih sayang yang tak terbatas. Ia tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial, menemukan kebahagiaan dalam membantu sesama, sambil tetap menyeimbangkan perannya sebagai istri dan ibu.Setelah Sekar dan Prabu memutuskan untuk pindah ke rumah mereka sendiri, suasana di kediaman Sean dan Lila sedikit berubah. Tidak ada lagi suara teguran tegas Sekar atau candaan ringan Prabu di meja makan, tapi bukan berarti rumah itu kehilangan kehangatan.Sean yang memahami betapa besarnya tanggung jawab Lila dalam mengurus tiga anak mereka, mengambil keputusan besar. Ia mencari pengasuh anak profession

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   467. Paket dari Delisa

    Malika berdiri tak jauh dari ayunan, matanya membulat melihat kejadian yang baru saja terjadi. Ia datang ingin bermain bersama Brilian, tapi malah menyaksikan sesuatu yang menghancurkan dunianya.Brilian, sahabat kecilnya, kakak yang dia banggakan baru saja dicium oleh Almahira.Gadis kecil yang masih duduk di TK itu merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Seperti ada beban besar menekan hatinya. Wajahnya menegang, bibirnya sedikit bergetar.Brilian masih berdiri di tempatnya, memegangi pipinya dengan ekspresi terkejut, sementara Almahira sudah berlari pergi dengan riang.Malika mengepalkan tangannya kecil-kecil. Brilian sudah ternoda.Entah dari mana gadis mungil itu mendapatkan pemikiran seperti itu, tapi itulah yang muncul di kepalanya. Sejak kecil, ia selalu menganggap Brilian adalah miliknya, teman bermain yang paling seru, kakak yang selalu membelanya dan menjaganya. Tapi sekarang?Brilian sudah dicium gadis lain.Matanya mulai berkaca-kaca. Ia ingin berteriak, ingin menangis, t

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   466. Ditandai

    466Lila membuka matanya perlahan saat mendengar suara rengekan bayi. Seketika, nalurinya sebagai ibu membuatnya ingin segera bangkit. Namun, saat menoleh ke samping, tempat tidur Sean kosong.Dia menoleh ke arah boks bayi dan menemukan suaminya sudah lebih dulu terjaga. Sean duduk di kursi di samping boks, memangku salah satu bayi mereka sambil memberikan dot. Dengan satu tangan lainnya, dia berusaha menenangkan si kecil yang masih berada di boks, menyentuhnya dengan lembut agar tidak terus menangis.Lila menggeleng pelan. Kenapa dalam keadaan repot seperti itu Sean tidak membangunkannya?Dia mengamati suaminya yang tampak begitu telaten. Mata Sean terlihat sedikit sayu karena mengantuk, tetapi senyumnya tetap ada saat membisikkan sesuatu pada anak mereka. Lila merasa hangat melihat pemandangan itu.Dia bangkit perlahan, mendekati Sean, lalu bertanya pelan, "Kenapa tidak membangunkanku?"Sean menoleh dan tersenyum kecil. "Kau masih butuh istirahat, sayang. Aku bisa mengurus mereka."

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   465. Kemarahan Ibu Hamil

    Ryan menghela napas panjang, berdiri di samping tempat tidur rumah sakit tempat Rina berbaring. Sejak sadar, istrinya berubah total. Biasanya Rina adalah perempuan yang mandiri, kalem, dan penurut. Tapi sekarang? Manja, gampang marah, dan yang paling membuat Ryan frustasi, diam seribu bahasa setiap kali mereka hanya berdua."Rina, kau mau sesuatu?" tanya Ryan pelan, berharap mendapat jawaban.Rina hanya membuang muka, menatap ke arah jendela.Ryan mengusap wajahnya, mencoba bersabar. Sejak dokter memberi kabar tentang kehamilan Rina, perubahan sikap istrinya semakin menjadi-jadi. Setiap kali ia mencoba membicarakannya, Rina malah menutup diri.Namun, saat Sekar dan Prabu datang bersama Brilian dan Renasya, suasana langsung berubah. Seakan-akan Rina adalah orang yang berbeda."Bunda!" Renasya berlari kecil mendekati ranjang, matanya berbinar.Rina tersenyum hangat, membuka tangannya untuk menyambut putrinya. "Sayang, ke sini, Bunda kangen."Ryan memandangi pemandangan itu dengan kening

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status