Share

Bab 6

Author: Meminger
Laura

Aku menangis tidak seperti sebelum-sebelumnya. Aku sangat patah hati dan hancur. Melihat Jason bersama istri barunya di restoran itu menghancurkan aku sepenuhnya. Dia sedang menjalani kehidupan impiannya di samping wanita itu, sementara aku tenggelam makin dalam di rasa sakitku.

Aku diam di kamar kecil karyawan restoran, memuntahkan semua yang sudah aku makan hari itu karena mengingat Jason dan istri barunya. Hal-hal yang mereka katakan padaku dan cara mereka memperlakukanku membuatku merasa sangat jijik. Mengingatnya membuatku muntah makin banyak. Semua hal dalam hidupku tidak ada yang berjalan dengan benar. Ditambah, aku sedang mengandung bayi ini. Seorang anak.

Aku ingin memberi tahu Jason bahwa aku sedang mengandung anaknya ketika dia memancarkan kebahagiaan bersama Kinan, tapi apa gunanya itu? Aku tidak bisa menggunakan anak ini untuk balas dendam pada pria itu yang sudah memperlakukanku dengan sangat buruk. Aku harus mengembalikan kekuatanku, bangkit, dan terus berjuang sampai akhir.

Aku beranjak ke depan cermin kamar kecil dan melihat penampilanku. Aku terlihat buruk, rambutku berantakan dan basah, anggur dan air mata melumuri wajahku, dan bajuku ternodai anggur. Setelah itu, aku menghela nafas dan mencuci wajahku dengan air keran. Aku mencoba membersihkan bajuku dari anggur yang lengket yang Kinan tumpahkan padaku, tapi itu hanya bisa dihilangkan dengan mesin cuci, jadi aku menyerah dan meninggalkan kamar kecil.

Setelah aku keluar, aku melihat bos restoran menungguku di luar kamar kecil. Raut wajahnya terlihat buruk. “Kamu mengganggu klien paling pentingku dan istrinya, Laura? Apakah kamu sudah kehilangan akalmu?” teriaknya padaku.

“Apa? Tidak, aku tidak melakukan itu. Merekalah yang mempermalukanku dan memperlakukanku seperti binatang. Lihat apa yang wanita itu lakukan padaku!” kataku sambil menunjukkan rambut dan bajuku yang kotor oleh anggur.

“Lalu kenapa, Laura? Kamu pikir aku peduli apa yang mereka lakukan padamu? Tuan Santoso dan istrinya keluar dari sana, berkata mereka tidak akan kembali ke tempat ini lagi. Aku baru saja kehilangan pelanggan paling penting dari semua klien naratamaku. Apakah kamu tahu dampaknya bagi tempat ini? Jika orang-orang mengetahui bahwa miliarder Jason Santoso tidak menyukai tempat ini, tidak akan ada yang datang ke sini lagi. Tempat ini akan bangkrut karena kamu! Kamu tetap ingin aku memedulikan penampilan burukmu itu?” Pria itu sangat murka.

Aku tahu kalau mantan suamiku memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap media lokal, tapi itu bukan salahku juga. “Pak, aku…” Aku mencoba bicara, tapi pria itu membungkamku dengan kasar.

“Keluar dari sini, kamu dipecat!”

“Apa? Namun, aku membutuhkan pekerjaan ini!” Aku panik. Apa yang akan aku lakukan untuk menghidupi diriku?

“Satpam! Kemari dan bawa wanita ini keluar dari sini!” teriaknya pada para satpam yang segera menghampiriku untuk membawaku keluar.

“Tidak, tidak perlu. Aku tahu di mana pintu keluarnya,” kataku kemudian menghela nafas. Jika seseorang memberitahuku kalau hari itu akan berakhir seperti itu, aku akan menertawainya dengan skeptis. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan, jadi aku mengumpulkan harga diriku dan meninggalkan restoran itu.

Karena Jason sangat ingin aku menghilang dari hidupnya, aku yakin dia sudah memberikan restoran itu ulasan yang negatif hanya untuk membuat pemilik restoran memecatku. Dia tidak peduli apakah dia akan menghancurkan reputasi tempat itu dengan opini negatifnya terhadap tempat itu.

Jason Santoso, pria yang kucintai selama lima tahun, sekarang merupakan musuh terburukku. Aku sangat mencintainya, tapi tidak ada yang bisa kulakukan. Tidak ada tempat bagiku di Jakarta karena Jason Santoso merupakan pemilik kota ini. Aku harus pergi dari tempat itu ke tempat yang sepi untuk mengumpulkan kekuatanku, melahirkan anakku, dan memulai kembali semuanya dari awal, jauh dari pria itu dan dunia yang dia dominasi.

*****

Beberapa hari kemudian, aku mengemas tas-tasku untuk pindah. Beberapa menit kemudian, bel rumah berbunyi, menandakan bahwa Fia sedang di luar. Aku membukakan pintu. Setelah kami berpelukan singkat, dia tersenyum padaku dan bertanya.

“Apakah semuanya sudah siap?” Aku mengangguk sambil tersenyum kecil.

“Sudah. Aku sudah mengemas semua yang kuperlukan untuk pindah,” jawabku padanya yang sedang menggenggam tanganku.

“Oke, Lau, kamu yakin akan melakukan ini?” Dia khawatir padaku.

Fia adalah satu-satunya yang tahu kalau aku sedang mengandung anak Jason. Dia menyarankan aku untuk memberi tahu Jason. Mungkin dia akan meninggalkan istri barunya untuk kembali padaku jika dia mengetahui bahwa aku akan segera melahirkan anaknya, tapi itu bukan hal yang benar. Dia tidak pernah mencintaiku, jadi aku tidak akan bahagia bersamanya, dan itu hanya akan melukai bayi di perutku. Lagi pula, dari cara dia memperlakukanku di restoran, aku tidak yakin dia ingin memiliki anak ini.

“Aku mengakui aku takut, tapi ini adalah keputusan terbaik yang bisa kuambil,” kataku padanya dengan lemah.

“Namun, Jason bisa membantumu, Laura,” pintanya, dan aku menggeleng kepalaku.

“Tidak, dia tidak bisa. Aku tidak bisa kembali. Aku tidak ingin anak ini menderita seperti aku. Aku tidak ingin anak ini ditolak oleh ayahnya sepertiku.” Ada begitu banyak kesedihan dalam hatiku.

Fia sudah menangis sedih. “Maafkan aku, Laura,” katanya sambil terisak.

“Kamu cukup berjanji padaku kamu tidak akan memberi tahu siapa pun kalau aku hamil, terutama pada Jason,” aku mengingatkannya. Kami sudah membicarakannya. Aku berniat pindah ke Bogor, ke pemukiman yang sepi dan tidak begitu terkenal supaya tidak ada yang bisa menemukanku, dan aku akan memulai kembali hidupku di sana.

“Kamu bisa memercayaiku, rahasiamu akan kusimpan baik-baik,” jawab temanku sambil mengangguk sedih, kemudian kami berpelukan lagi. Aku menangis di pelukannya lagi, lalu kami mengangkat barang-barangku dan pergi ke pangkalan taksi untuk memulai hidupku yang baru.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (14)
goodnovel comment avatar
Cristin
jadi malas bacanya,biarpun bagus ya percuma
goodnovel comment avatar
Cristin
kenapa harus pakai koin
goodnovel comment avatar
Hajjah Ilah M Salleh
kata pembelian failed tapi duit dalam akaun sudah di tolak,apa ni???
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kembalilah Padaku   Bab 515

    AnnaAku sedang bersandar di toilet kamar kecil itu, memuntahkan semua yang telah kumakan hari itu. Aku mual dan seluruh tubuhku gemetar, merasa sangat buruk. Aku seharusnya benar-benar tidak minum alkohol sebanyak itu.Lalu, aku mendengar ketukan di pintu bilik. “An, apakah kamu butuh bantuan?” Itu adalah Panca. Dia berada di sisi lain pintu, mengkhawatirkan aku.“Tunggu sebentar. Aku akan keluar,” kataku dengan suara yang tercekat. Aku menyiram toiletnya dan hampir pingsan di lantai. Saat itu sudah pagi. Panca dan aku sedang berada di dalam klub malam, mencoba bersenang-senang. Aku telah memintanya melakukan itu karena aku ingin melupakan masalah-masalah si*lanku, tapi rupanya aku tidak cukup kuat untuk minum alkohol sebanyak itu dalam sekali minum.“Kalau kamu butuh aku, teriak saja,” kata Panca lagi. Dia mengkhawatirkan aku.Aku menghela napas berat dan meninggalkan bilik, beranjak ke wastafel untuk mencuci wajahku. “Ini adalah kamar kecil wanita. Kamu tidak boleh ada di sini,

  • Kembalilah Padaku   Bab 514

    LauraAku duduk di ranjangku sambil memandang ponsel di tanganku. Aku sedang menelepon Anna lagi, setelah ratusan panggilan yang kucoba lakukan. Dia menolak menjawab semua panggilan teleponku. Ponsel dia di luar jangkauan, tapi aku tetap menelepon karena jika tidak, aku akan merasa benar-benar tidak berguna.Aku belum melakukan apa-apa sejak Anna pergi. Berhari-hari telah berlalu dan Anna belum pulang. Kami bahkan tidak bisa menemukan dia. Meskipun kami memiliki kuasa dan pengaruh yang besar, itu semua terlihat tidak berguna ketika berurusan dengan menemukan seseorang yang tidak ingin ditemukan. Tampaknya, Anna berusaha keras sekali untuk tidak ditemukan.Aku meletakkan ponselku di pojokan ranjangku dan menghela napas dengan bahu yang merosot ke depan, merasa sangat kehilangan arah. Ini tampaknya terlalu kejam. Cara putriku bertingkah tidak normal, setidaknya tidak bagi anak perempuan yang jatuh cinta dan pada umumnya membuat keputusan buruk atas nama cinta. Anna mungkin mencintai a

  • Kembalilah Padaku   Bab 513

    AnnaPanca dan aku harus meninggalkan hotel itu karena orang-orang yang dikirimkan ayahku sudah hampir sampai di pintu kami dengan niat untuk menangkap kami.“Bagaimana mereka bisa menemukan kita?” tanya Panca, gundah, seraya dia dan aku berlari pergi dari penginapan itu.Aku juga sangat kebingungan. Aku yakin kami tidak meninggalkan apa-apa. Kami berlari dan bersembunyi di balik sebuah gang, melihat bawahan-bawahan ayahku berlari ke arah yang berlawanan tanpa mengetahui bahwa kami ada di balik pojokan itu.“Apakan mereka akan kembali?” tanyaku, melihat orang-orang itu menghilang.“Jika mereka berhasil menemukan kita di sini, aku yakin mereka akan menemukan kita lagi,” ujar Panca. “Sepertinya ada yang kita lewatkan ….” Dia berpikir, lalu dia menoleh ke arahku dan mulai meraba-rabaku.“Hei! Apa yang kamu lakukan?’ tanyaku, terkejut dengan cara dia merogoh-rogoh tubuhku.“Pasti ada GPS pada dirimu. Itu akan menjelaskan segalanya,” katanya, meraih tasku, membuka ritsletingnya, dan

  • Kembalilah Padaku   Bab 512

    AnnaPanca dan aku berakhir harus pergi ke sebuah penginapan karena saat itu sudah larut malam dan orang-orang yang dikerahkan ayahku tersebar ke seluruh penjuru kota. Kami harus tetap bersembunyi dan menunggu orang-orang itu pergi supaya mereka bisa memberikan kami minuman agar kami bisa melanjutkan perjalanan kami.Ruangan itu biasa saja dengan dekor kasar dan dua kasur di tengah. Karena uang kami menipis, kami tidak bisa pergi ke tempat yang lebih baik. Bukan hanya itu, jika kami melakukan itu, kami bisa menarik perhatian. Begitu kami tiba di sana, Panca langsung mengintip melalui gorden jendela.“Bisakah kamu melihat mereka?” tanyaku, masih ketakutan. Ingatan tentang apa yang terjadi di taman masih segar di dalam diriku.“Sayangnya tidak,” jawab Panca sambil masih melihat-lihat. “Kita berhasil melarikan diri dari mereka. Namun, kita sebaiknya pergi dari kota ini sesegera mungkin.”Aku menghela napas sambil mengangguk dan duduk dengan berat di ranjang, merasa lelah dan kehabisa

  • Kembalilah Padaku   Bab 511

    Anna“Namaku tidak penting,” jawabnya, dengan ketenangan yang membuatku curiga. “Ayahmu menyuruhku untuk menjemputmu. Waktunya pulang.”Jantungku berdegup di dalam tulang rusukku. Bagaimana bisa ayahku menemukanku? Panca dan aku telah sangat berhati-hati hingga sekarang, kami tidak meninggalkan banyak petunjuk yang akan membuat dia atau siapa pun menemukan kami dengan mudah, tapi pria yang dikirimkan oleh ayahku ini mengatakan bahwa dia ada di sana untuk menjemputku pulang.“Dengar, pasti kamu salah orang, oke? Aku bukan orang yang kamu cari,” kataku pada pria itu, tetap waspada.“Ayolah, Nona Santoso,” jawab pria itu. “Ikutlah bersamaku. Keluargamu membutuhkanmu.” Dia mengulurkan tangannya dan mencoba menggenggam lenganku, tapi aku dengan cepat menghindarinya, menyembunyikan lenganku di balik tubuhku.“Sudah kubilang kamu salah orang. Aku bukan orang yang kamu cari,” kataku lagi, dengan cepat melihat ke arah Panca pergi. Aku telah meminta minum di waktu yang tidak tepat.“Untung

  • Kembalilah Padaku   Bab 510

    AnnaTamannya terang, disinari oleh ribuan lampu berwarna-warni. Aku melihat-lihat ke sekitar, terkagum oleh tempat itu. Aku tidak pernah pergi ke taman hiburan di malam hari dan suasana yang semarak membuatku seperti sedang berada di dalam film. Panca terlihat sama gembiranya seperti diriku, dengan mata yang berbinar dan senyuman lebar di wajahnya.“Jadi, apa rencananya?” tanyanya, menawarkan lengannya untukku seperti seorang tuan.“Bianglala,” jawabku dengan cepat. “Aku ingin melihat semuanya dari atas!”Panca tertawa dan membuat gestur dramatis dengan tangannya. “Sesuai keinginan Anda, Nona An!” candanya. Kami pun beranjak ke arah bianglala.Di samping kami, taman itu sangat ramai. Anak-anak tertawa dan berlari di mana-mana. Seorang penjual berondong jagung, mengenakan topi yang besar dan penuh warna, berteriak untuk menarik lebih banyak pembeli. “Berondong jagung panas, berondong jagung manis, berondong jagung asin! Ayo, ayo, jangan lewatkan!”Aku menatap Panca dan tertawa. “

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status