Devondion menatap sejenak keponakan kecilnya sebelum berbalik.
Tap..Tap..Tap..Kalista memastikan suara langkah kaki milik pamanya menjauh sebelum beranjak dari kursi miliknya. Lelaki itu masih bersikap seperti dulu. Mengawasi dan memastikan keselamatanya setiap saat. Setelah dirasa tak ada ancaman, barulah Ia pergi guna memberi waktu bagi dirinya untuk menyendiri.Perhatian dan pengertian yang dimiliki sungguh mengharukan. Pamanya selalu memiliki pertimbangan khusus untuk dirinya. Terlebih jika ada ular berbisa yang muncul di sekitarnya.Sayangnya, di masa lalu dia sangatlah bodoh. Perilaku sang paman justru dianggap sebagai ancaman. Mereka yang dekat memberitahu, jika pamanya memiliki keinginan kuat untuk merebut gelar dan kekayaan yang seharusnya menjadi warisanya.Perhatian dianggap pengawasan. Perlindungan dicap sandiwara. Segala sesuatu yang diberi harus dimusnahkan. Ada saat ketika Ia memerintahkan adik laki-laki ibunya itu untuk menjalankan sebuah misi. Tak ada bantahan, tak ada keraguan dan tak ada sedikitpun rasa curiga jika misi itu ditujukan untuk membunuh paman yang mencintainya sepenuh hati.Itulah Devondion Stalin Ruliazer. Satu-satunya kerabat yang benar-benar mencintainya. Orang bodoh yang tanpa ragu maju ke garis depan jika Ia memintanya. Dan adik ibunya yang selalu mengharapkan kebahagiaan keponakanya yang tak tahu diri.Satu fakta lagi yang cukup mengejutkan baginya. Ia sama sekali tidak menduga jika pamanya tak makan ataupun beristirahat selama dirinya demam. Lelaki bodoh itu memilih untuk terus menjaganya dibanding merawat dirinya sendiri.Itu adalah sesuatu yang Ia dengar tanpa sengaja. Saat pelayan yang sering berbicara tentang tuanya itu bergosip, kebetulan dia juga tengah berada di sekitar sana.Dikatakan jika selama dirinya tak sadarkan diri karena demam, pamannya selalu menjaga nya sepanjang waktu.Sungguh, ini adalah hal baru yang Ia ketahui. Dengan bagian luar yang sangat kaku seperti itu, bagaimana mungkin di dalamnya begitu lembut. Jika itu adalah dirinya di masa lalu, Ia pasti tidak akan pernah perduli pada hal seperti itu.Dia yang hanya perduli akan rasa sakitnya sendiri, terlalu malas untuk memperhatikan orang lain. Terlebih sejak awal dirinya tidak tahu perihal pengorbanan yang orang lain lakukan untuknya.Saat itu dia terlalu muda untuk tahu jika orang yang terus menggembor-gemborkan kerja kerasnya adalah seseorang yang memiliki niat tersembunyi di dalamnya.Terlebih mereka yang selalu menyebut kebaikan yang mereka lakukan untuknya. Semua itu semata-mata dilakukan supaya dia selalu mengingat dan membalas kebaikan mereka dengan sesuatu yang lebih.Namun sekarang akan berbeda. Ia sudah belajar pelajarannya.Bagaimana orang-orang memanfaatkan dirinya untuk kepentingan mereka sendiri. Bagaimana mereka menggunakan kepolosan anak-anak untuk menipu dan mengambil sumber daya dari mereka yang masih awam tentang dunia.Dan dia, juga telah belajar bagaimana menghargai niat baik seseorang yang memiliki ketulusan hati. Seperti yang dilakukan oleh adik laki-laki dari ibunya.Kini, dia tahu jika pamanya akan memendam semua penderitaan seorang diri. Lelaki itu bukanlah tipe orang yang mengungkit perihal kebaikan yang telah dilakukan. Dia lebih suka kebaikan yang dilakukan secara diam-diam.Hanya saja terkadang, kita harus memberitahu orang lain perihal bantuan yang telah kita berikan. Seperti yang orang-orang penuh tipu muslihat itu lakukan.Bukanya menyamakan, namun kita juga perlu membuat komunikasi yang jelas. Karena terkadang, ada orang tak tahu malu yang tanpa ragu mengklaim jasa yang telah kita lakukan. Itu adalah salah satu pengalaman yang dapat dipetik dari kisah masa lalunya.Dia sebenarnya cukup khawatir. Apakah pamanya bersikap selembut itu kepada orang lain. Bahkan ketika sekarang Ia bersikap mencurigakan, pamanya tidak bertanya apapun. Dia selalu mempercayainya. Mempercayai gadis tak berguna yang hanya bisa menyusahkan orang lain. Bagaimana jika kebaikan pamanya itu dimanfaatkan oleh orang lain. Seperti dirinya di masa lalu.Sebenarnya, dia ingin bermanja-manja kepada lelaki itu. Hal tersebut adalah keinginan egoisnya sendiri. Di masa lalu, Ia telah menyia-nyiakan setiap kebaikan hati pamanya. Namun sekarang, dia tanpa malu menginginkan itu semua.Itu sebabnya terkadang, sikapnya tak menentu ketika menghadapi adik dari ibunya tersebut. Dia ingin dimanja, namun Ia juga meragu. Bagai koin yang memiliki dua sisi. Keinginan dan keraguan.Keinginan untuk bersikap kekanakan guna mendapat perhatian tulus yang selama ini dia dambakan. Dan keraguan akan keegoisanya ketika mengingat apa yang telah Ia lakukan di masa lalu kepada adik dari pihak ibunya. Apapun itu, yang jelas saat ini dia telah menetapkan tujunya dengan benar.'Paman..''Dalam hidup ini, aku berjanji akan melindungi Paman dan semua orang yang menyayangiku. Aku tidak akan membiarkan para serigala berbulu domba itu untuk menebarkan perselisihan di antara kami lagi.' tangan kanan terkepal. Bersamaan dengan itu, sumpah yang ditujukan kepada diri sendiri terucap."Tapi sebelum itu, ada yang harus Ia lakukan." gumam Kalista lirih.Dia sudah bersumpah untuk melindungi orang-orangnya. Membuat mereka hidup nyaman dan sejahtera. Dan Ia akan bahagia bersama mereka semua.Oleh karenanya, dia membutuhkan uang dan kekuasaan. Bukan itu saja, namun reputasi luar biasa juga diperlukan. Dengan begitu, tak akan ada orang yang bisa meremehkan dirinya dan orang-orang terdekatnya."Mari kita lihat." Kalista mengambil sebuah alat tulis dan selembar kertas kosong."Musim dingin pertama setelah kematian kedua orangtuanya. Itu adalah pertama kali dan terakhir kali dirinya pergi bersama pamanya. Kalau begitu, sekarang adalah tahun 312 sekreti." ucap gadis itu lirih.Ada alasan mengapa Ia tak langsung menanyakan kapan dan dimana dirinya saat ini. Orang-orang pasti akan curiga jika dia bertanya persoalan yang seharusnya diketahui oleh masyarakat luas.Seperti saat kita berlibur ke sebuah penginapan. Setelah bangun tidur, kita menanyakan dimana dan mengapa Ia berada di tempat itu kepada orang-orang sekitar. Bukankah hal tersebut terlihat aneh.Meski pamanya tidak akan curiga perihal Ia yang kembali masa lalu. Namun dia pasti khawatir kalau dirinya mengalami amnesia akibat terlalu tertekan akan kematian kedua orangtuanya.Dan jika kabar tersebut sampai tersebar kepada orang-orang itu, mereka pasti akan lebih menekan pamanya untuk menyerahkan kuasanya sebagai wali. Bagaimanapun juga, pamanya telah lama meninggalkan nama Ruliazer. Dengan kata lain, hubungan keduanya telah terputus sejak lama.Bukan karena keegoisan maupun perseteruan antar keluarga. Namun lelaki itu melakukan semua itu demi sang kakak. Dengan kata lain, ibu kandungnya sendiri.Ayahnya berasal dari rakyat biasa yang tak memiliki gelar. Itu sebabnya pernikahan antara ibu dan ayahnya menemui tentangan dari berbagai pihak. Menikah dengan orang biasa dikatakan sebagai aib oleh para bangsawan.Meski begitu, ibunya tetap bersikeras. Dia bahkan rela jika harus membuang gelar bangsawan yang dirinya miliki kalau itu adalah satu-satunya cara untuk bisa menikah dengan sang kekasih.Berbeda dengan sifat keras kepala yang dimiliki oleh ibunya, ayahnya adalah orang yang lembut. Meski hati tak ingin berpisah, namun dia tak tega jika wanitanya harus meninggalkan keluarga hanya untuk bersama.Terlebih latar belakang keduanya yang sangat berbeda. Kekhawatiran akan penderitaan yang mungkin dirasa oleh wanitanya membuat lelaki itu ragu untuk melanjutkan hubungan.Pernah suatu kali lelaki lembut yang tampan itu memutuskan untuk menyerah. Mengakhiri hubungan dengan sang kekasih sebelum rasa yang ada semakin mengakar.Namun tentu saja, ibunya tak setuju dengan keputusan ayahnya. Bahkan, ada ancaman terselubung kalau-kalau lelaki itu berani kabur dari Putri Sulung Ruliazer. Sebagai catatan, ibunya adalah orang yang dengan gagah berani mengejar cinta ayahnya.Saat hubungan keduanya benar-benar menemui jalan buntu, pamanya muncul seperti pahlawan yang membawakan sebuah solusi. Dia memutuskan untuk meninggalkan nama keluarga sekaligus hak warisnya sebagai duke berikutnya. Sebagai akibatnya, ibunya menjadi satu-satunya pewaris Keluarga Ruliazer yang tersisa.Itu berarti jika ibunya menikah dengan keluarga bangsawan lain, gelar keluarga akan diberikan kepada seseorang yang bukan berasal dari garis keturunan langsung Ruliazer. Karena seorang wanita, akan mengikuti gelar suaminya.Namun jika ibunya menikah dengan orang biasa yang tak memiliki gelar apapun, Keluarga Duke Ruliazer akan tetap berada di tangan yang seharusnya. Dengan itu, akhirnya ditemukan cara agar keduanya dapat menikah tanpa tentangan dari pihak keluarga.Darimana Ia tahu semua itu, tentu saja dari ibunya tersayang. Wanita yang berasal dari keluarga militer itu tak pandai bercerita perihal romansa tuan putri dan pangeran. Alhasil, kisah cinta kedua orangtuanya menjadi dongeng pengantar tidurnya setiap malam.Namun jika ditelusuri, pamanya memang telah banyak berkorban untuk keluarganya. Ibunya sungguh beruntung memiliki adik yang begitu baik dan bersahaja. Dan dirinya juga sangat beruntung memiliki paman yang mau mencintainya tanpa syarat."Ah..""Aku ingat.""Musim dingin tahun 312 sekreti. Waktu dimana Ia menghabiskan seluruh waktunya dalam kesedihan karena baru saja kehilangan kedua orangtuanya.""Seharusnya peristiwa itu terjadi pada saat ini.."“Lalu, apa alasan yang kau berikan atas penyembunyian luka bekas aura yang tidak stabil?” Kalista bertanya datar. “Itu..” “Sebenarnya itu tidak terlalu sakit. Saya juga selalu mendatangi Nona Muda bukan?” suara Leon terdengar sekecil nyamuk. “Setelah kondisinya sudah parah.” Kalista menatap tajam pada Leon. “Lupakan saja.” pada akhirnya Kalista menghela nafas pelan. “Aku tau apa yang kau khawatirkan. Tapi itu semua tidak akan terjadi. Aku masih lebih kuat darimu. Jadi, kau tidak perlu menahan apapun lagi. Segera datang padaku saat kondisimu tidak stabil. Kau mengerti?” suara Kalista terdengar lebih lembut dari sebelumnya. Sebenarnya, masalah ini juga terkait dengan dirinya. Beberapa bulan sebelum datang ke ibukota, dia menemukan jika tubuh Leon telah menumbuhkan beberapa resistensi terhadap sihir miliknya. Itu sebabnya dia memutuskan mencoba sihir tingkat tinggi untuk melakukan penyegelan. Saat itu dia terlalu meremehkan perbedaan kekuatannya di masa lalu dengan t
“Siapa yang Anda lihat dengan tatapan lembut seperti itu, Nona Ruliazer?” suara rendah tiba-tiba menyapa saat Kalista lengah. Sontak, sang nona muda segera menengok ke arah asal suara. Begitu Ia melakukannya, Kalista segera dihadapkan dengan wajah putra mahkota yang tengah duduk di hadapannya. “Ada urusan apa Yang Mulia mendatangi saya seperti ini?” suara Kalista terdengar sangat dingin. Ia masih belum lupa apa yang telah dilakukan oleh pemuda di hadapannya. Jika saat itu seniornya tidak datang dan menyadarkannya dari sihir aneh yang dilakukan oleh putra mahkota, dia pasti sudah masuk ke dalam fraksi putra mahkota tanpa Ia sendiri sadari. “Sebelumnya saya minta maaf karena membuat Anda merasa tidak nyaman, Nona Ruliazer. Saya terus merasa gelisah karena sepertinya Anda menghindari saya setelah kejadian sebelumnya.” Putra mahkota meminta maaf dengan rendah hati. “Itu bukan sepertinya, Yang Mulia. Saya memang sengaja menghindari Anda.” ekspresi Kalista masih sedingin sebe
Hal pertama yang Kalista lakukan setelah sampai di ruang bawah tanah yang rahasia adalah menyetel alarm. Dia tak ingin memancing keributan dengan seseorang yang mengatakan jika dia kehilangan banyak berat badan hanya karena melewatkan satu kali makan siang. Itu sebabnya dia membuat janji dengan orang tersebut untuk makan siang bersama. Seperti biasa, Kalista menghabiskan semua waktunya untuk membaca. Menurut perhitungannya, dia dapat menyelesaikan buku-buku di rak dalam kurun waktu satu tahun. Itupun jika dia tidak melewatkan satu haripun dengan sia-sia. Mengingat seberapa banyak buku yang tersusun pada rak ruang rahasia. Setelah membaca beberapa buku di sana, Kalista dapat memahami bagaimana Profesor Ray membuat seniornya menjadi pemilik menara termuda. Semua buku itu menjelaskan secara rinci bagaimana segala sesuatu tentang sihir berjalan dan cara yang paling efektif untuk penggunaannya. Dan dengan bakat seniornya yang sama-sama memiliki manik lavender seperti dirinya, hanya but
“Jadi, apa ada alasan yang lainya?” Kalista bertanya pada pemuda yang masih terbaring di atas ranjang. “Itu..”“Bisa saja berbahaya, Nona Muda.” suara yang rendah menunjukan ketulusan hati.Kalista yang melihat itu semua merasa hatinya melembut. Kucing hitam yang Ia besarkan ternyata sudah bisa mengkhawatirkan pemiliknya. Pada akhirnya, senyum lembut tak bisa ditahan. Kalista kemudian mengacak helai hitam Leon sebelum berkata, “Istirahatlah.”“Aku akan datang besok pagi.” ucap gadis itu sebelum pergi. Setelah malam itu, Kalista memang menepati janjinya. Keesokan paginya, dia mengunjungi kamar Leon dan mulai memeriksa keadaan pemuda itu. Setelah memberi beberapa perawatan, Kalista akan mulai membaca beberapa buku di samping Leon.Hal tersebut berlangsung selama tiga hari. Tidak seharipun Kalista tak mengunjungi kamar Leon dalam kurun waktu tersebut. Jika itu hari biasa, Leon akan sangat senang karena bisa menghabiskan banyak waktu dengan nona mudanya. Namun saat ini, dia memiliki k
Malam semakin larut. Dengan bulan yang seakan berada di atas kepala. Hal tersebut menunjukan jika saat ini sudah hampir tengah malam. Di sebuah kamar dengan ranjang king size di tengah ruangan. Terlihat seorang pemuda yang sedang berbaring dengan nyaman. Wajahnya yang tampan tampak pucat. Seolah-olah darah telah dikuras dari tubuhnya. Meski begitu, nafas yang terdengar begitu tenang. Di sisi pemuda itu, duduk sosok cantik dengan rambut hitam yang berkilau. Manik lavender nya tak sekalipun teralihkan dari wajah tampan sang pangeran tidur.Kalista yang membawa pulang Leon secara pribadi masih merasa menyesal saat melihat keadaan pemuda yang tengah terbaring di tempat tidur. Jika dia bukan majikan yang perhatian, bukankah pemuda itu akan mati dengan kondisinya yang sangat mengerikan tersebut. Tulang rusuk patah, pendarahan di hidung, mata dan telinga. Belum lagi batuk darah yang membuat pemuda itu kehilangan banyak darah. Jika hanya itu saja, dia akan merasa lebih baik. Namun, lebih
“Sekarang, apa kau mau mengatakan yang sebenarnya?” Leon bertanya dengan ramah.Jika orang-orang tak melihat apa yang pemuda itu lakukan sebelumnya, mereka akan berpikir pemuda itu adalah orang yang sangat tampan dengan kepribadian yang baik. Tak akan terbersit sedikitpun dalam benak mereka jika anak muda setampan itu telah melakukan hal yang sangat kejam terhadap orang yang dianggapnya musuh. “I..”“Itu adalah seorang wanita paruh baya.” dengan suara gemetar, satu-satunya sosok berbaju hitam yang masih tersisa menjawab. “Wanita paruh baya?” Leon bertanya memastikan. “Itu benar.”“Saya sama sekali tidak berbohong.”“Seorang wanita paruh baya datang dan mengatakan hal penuh omong kosong seperti membuat rekaman yang berisi perbuatan tidak senonoh Nona Muda Ruliazer.” sosok berbaju hitam menjelaskan dengan tergesa-gesa. “Ah..”“Jadi, kau berencana untuk menyentuh nona mudaku dengan tanganmu yang kotor.” senyum ramah sebelumnya berubah menjadi senyum dingin. “Tidak.”“Saya tidak ber