Share

Bab 7 - Tantangan (3)

Penulis: ThinIce
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-04 08:00:31

"Haaah!!" Ucap Daven Spontan.

Daven tidak terkejut karena ada yang mengalahkan para goblin itu begitu saja namun Daven marah karena ada seseorang yang mengambil buruannya. Ia bahkan sudah siap untuk menyerang mereka dengan senjata-senjatanya.

*Tap, tap.*

Suara langkah kaki terdengar jelas di atas bongkahan es itu, membuat Daven langsung menggerakkan semua mata panahnya masuk kembali ke dalam kantongnya.

Terlihat dari kejauhan seorang wanita dengan rambut biru yang panjang sedang berjalan ke arah para goblin yang membeku di dalam es tersebut.

*Tap, tap, tap.*

Wanita itu berjalan dengan sangat tenang padahal ia sedang berjalan di atas tanah yang membeku, namun ia tidak menunjukkan tanda-tanda kesusahan sama sekali meski ia berjalan di atas es yang licin.

'Wanita itu..... Siapa dia?'

Meski seharusnya Daven mengenali semua Hunter namun ia benar-benar tidak tau siapa wanita itu, ini pertama kalinya ia melihat seorang wanita itu padahal mereka sesama hunter.

'Aku bahkan tidak tau kalau ada hunter dengan atribut es sekuat ini di Indonesia, siapa dia sebenarnya?' Pikir Daven dengan bingung.

Seolah tidak menghiraukan keberadaan Daven wanita itu terus berjalan hingga ia sangat dekat dengan para goblin yang membeku itu, ia meletakkan tangannya di bongkahan es yang membekukan para goblin itu.

*Craakk!* Es itu tiba-tiba retak setelah ia sentuh.

*Craakk!, Craakk!, Craakk!* Es itu langsung hancur menjadi kepingan-kepingan kecil bersama dengan para goblin yang membeku di dalamnya.

'Wow, ini benar-benar gila, aku tau es adalah atribut langka namun super powernya benar-benar tidak masuk akal, bagaimana ia bisa membekukan sesuatu dan menghancurkannya juga,' Pikir Daven kagum, ia baru pertama kalinya ia melihat kekuatan super power sekuat itu di Indonesia.

Ketika Daven sedang terkagum dengan kemampuan super power wanita itu, tanpa ia sadari wanita itu tiba-tiba saja melirik kepadanya dan mulai berjalan ke arahnya.

Wanita itu terus berjalan sementara Daven tetap diam di tempatnya berdiri hingga wanita itu cukup dekat dengannya.

"Kau, apa yang kau lakukan di sini? ini adalah area berbahaya," Kata wanita itu dengan wajahnya yang tanpa emosi dan nada suara yang kaku.

'Dia tipe orang yang susah mengekspresikan dirinya sendiri aku rasa, kebanyakan orang pasti akan menegurku dari jauh namun dia malah berjalan ke arahku karena dia tidak terbiasa berbicara keras, selain itu sifatnya juga cocok dengan atributnya,' Pikir Daven setelah melihat tingkah laku wanita itu.

"Melawan monster??" Jawab Daven ragu-ragu.

Ia tau masalahnya jika ia jujur namun ia tidak menemukan celah untuk berbohong ketika ia berdiri tepat di depan para mayat goblin.

"Melawan monster? apakah kau memiliki lisensi hunter?" Tanya wanita itu.

"Tidak, tapi aku tidak punya pilihan, ini portal merah dan jika aku tidak melawan mereka akan membunuhku," Jawab Daven memberikan alasan.

Meski wanita itu terlihat tidak beremosi namun Daven merasa kalau sepertinya ia berhasil menyakinkan wanita itu dengan alasannya.

"Baiklah aku mengerti, tapi kau? apakah kau bounty hunter?" Tanya wanita itu sekali lagi.

"Tidak! tentu tidak!, aku bukanlah bajingan seperti mereka, alasan mengapa aku tidak mendaftarkan diri di asosiasi adalah karena aku baru saja membangkitkan super power ini kemarin," Daven menjawab dengan tegas.

Dari nada bicaranya bisa di lihat kalau ia juga benar-benar tidak suka disamakan dengan para bounty hunter.

"Baiklah, kalau begitu aku memintamu untuk mengungsi dulu karena sebentar lagi akan muncul monster wave kedua," Wanita itu berkata memberi saran kepada Daven.

"Baiklah, tapi katakan padaku di mana fasilitas pengungsian di sekitar sini?" Tanya Daven.

Wanita itu menatapnya dengan tatapan kebingungan, meski wajahnya tidak menunjukkan apapun.

"Bukankah ada tempat pengungsian di beberapa tempat yang memang disiapkan untuk hal seperti ini oleh guild Red Flame dan para hunter akan menjaga tempat itu," Kata Daven menjelaskan setelah ia menyadari kalau wanita itu menatapnya kebingungan.

"Ahh, tempat itu," Kata Wanita tadi setelah memahami apa yang dikatakan oleh Daven.

"Tempat itu sudah tidak berfungsi lagi sejak satu bulan yang lalu, guild Red Flame sudah menjual tempat-tempat itu, setelah mereka mulai runtuh," Sambung wanita itu menjelaskan.

Pantas saja ia merasa bingung karena hal itu terjadi satu bulan yang lalu sementara Daven berbicara seolah ia tidak mengetahui hal itu.

"Apa?!" Jawab Daven spontan terkejut.

Daven menjadi sangat marah karena mereka tidak hanya menghancurkan guild yang telah ia bangun dari 0 namun mereka juga menghancurkan segalanya yang telah ia bangun.

Untuk sementara Daven di ambil alih oleh emosinya namun tak lama ia langsung kembali sadar dan mencoba untuk lebih tenang.

'Sialan, akan aku buat mereka membayar semuanya!' Emosi Daven mulai meluap-luap.

"Meski tidak ada lagi fasilitas semacam itu namun kami baru membangun tempat pengungsian, di jaga oleh hunter-hunter kuat setidaknya itu cukup untuk menjaga orang-orang, aku akan mengantarmu ke tempatnya," Kata wanita itu menyarankan pendapatnya.

"Baiklah, tapi tunggu sebentar karena masih ada orang-orang di dalam apartemen itu."

Daven teringat dengan Lia yang ia suruh untuk bersembunyi di kamarnya dan ia juga merasakan kalau masih ada beberapa orang lain yang masih bersembunyi di dalam kamar apatemen mereka.

"Baiklah mari kita jemput mereka," Kata Wanita itu mengajak Daven.

Daven cukup terkejut karena wanita itu juga ingin membantu, padahal Daven sudah ingin melakukannya sendiri.

"Baiklah," Jawab Daven.

Mereka berdua lalu mulai berjalan ke sekitar apatemen, wanita itu memeriksa di lantai bawah sementara Daven memeriksa di lantai atas karena ia juga bermaksud untuk menjemput Lia.

*Tok, Tok, Tok.* Daven mulai mengetuk pintu kamar Lia.

"Lia ini aku Daven!" Daven bersuara mencoba memberitahu Lia kalau dia yang mengetuk sehingga Lia tidak perlu takut untuk membukakan pintunya.

Tak lama pintu terbuka dan terlihat sosok Lia dari dalam ruangan kecil apartemen itu.

"Daven, apakah semuanya sudah selesai?" Tanya Lia penasaran.

"Belum, tapi berita baiknya ada seorang hunter yang akan mengarahkan kita ke pengungsian" Jawab Daven.

"Syukurlah, kalau begitu mari kita berangkat Daven," Kata Lia dengan senang karena ia merasa aman.

*tap, tap.*

Meski suaranya kecil namun Daven dapat mendengarnya dengan jelas, sebuah suara langkah kaki kecil yang ada di sekitar mereka.

"Sstt" Daven memberi Isyarat kepada Lia untuk lebih tenang dan tidak membuat suara keras.

"Aku mendengar sesuatu, kau pergilah ke bawah harusnya Hunter itu ada di bawah," Kata Daven dengan suara pelan kepada Lia.

"Baiklah, kau juga harus berhati-hati," Jawab Lia dengan suara pelan.

Lia yang memahami keadaannya lalu mulai berjinjit untuk berjalan dengan pelan ke lantai bawah. Sementara Daven mulai berjalan dengan pelan ke arah sumber suara itu hingga ia menjadi semakin dekat.

'Tunggu kamar apartemen inikan, kamar apartemen tepat di sebelah kamarku. Kamar apartemen ini adalah kamar dari orang yang memukul dinding kamar ketika aku berisik.'

Daven mulai menyiapkan mata panah di dalam genggaman tangannya untuk berjaga-jaga lalu ia dengan pelan mulai membuat pintu ruangan itu.

*Ngiieekk* Suara decitan dari angsel pintu itu terdengar ketika Daven membuat pintunya dengan perlahan.

"Gggrrr!!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 24 - Gerakan Awal (3)

    Daven yang menghabiskan harinya dengan kesunyian mulai mengistirahatkan tubuhnya yang sudah kelelahan. "Aku menghabiskan hariku dengan berlatih dan berlatih terus berpikir untuk mencapai tujuanku, dan mungkin juga untuk membalaskan dendamku, jujur saja di saat sunyi seperti ini adalah sesuatu yang paling tidak ku sukai," Meski latihan membuatnya merasa lelah namun ia terus melakukannya untuk memfokuskan pikirannya pada tujuannya namun di saat ia tidak melakukan apa-apa, semua hal negatif lain mulai menggerogoti pikirannya. "Aku selalu bertanya apakah aku bisa melakukannya, di saat aku latihan aku pasti akan percaya diri kalau aku bisa melakukannya namun di saat seperti ini kadang terasa sekali jurang yang dalam antara aku dan tujuanku," Daven mulai merubah posisi tidurnya ke kiri atau ke kanan selama beberapa kali, terkadang ia telentang atau tiarap hanya untuk menemukan posisi tidur yang nyaman. Di posisi tiarap ia melihat ke samping, melihat ke arah meja tempat ia duduk d

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 23 - Gerakan Awal (2)

    Mendengar suara perempuan memanggil nama mereka, Daven dan Lia langsung menoleh dan melihat seorang wanita dewasa dengan pakaian rapi seperti orang baru saja pulang bekerja. Wanita itu memiliki rambut hitam panjang yang terlihat sedikit bergelombang, meski berumur setidaknya kepala tiga namun dia masih terlihat sangat muda dan cantik. "Mama?" Lia langsung bereaksi setelah melihat wanita itu yang ternyata adalah ibunya, dia terlihat sedikit terkejut. 'Ibunya Lia? aku memang penasaran apakah dia tinggal bersama keluarganya atau tidak, karena aku tidak pernah bertemu dengan keluarganya,' Daven sedikit terkejut, setelah beberapa bulan ia menjalani kehidupan ini, ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan ibunya Lia yang juga merupakan tetangganya. "Bukankah mama bilang kalau mama tidak akan pulang malam ini?" Tanya Lia sedikit heran, dia hanya tidak menyangka kalau ibunya akan pulang. "Ya Mama b

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 22 - Gerakan awal (1)

    Daven membuka pintu apartemennya dan ia mulai berjalan keluar, dengan memakai sepatu lari dan juga pakaian olahraganya, ia sudah siap untuk sedikit lari dan melemaskan tubuhnya yang kaku akibat terlalu banyak kejadian yang membuatnya tidak bisa berhenti berpikir. 'Tidak ada gunanya untuk terus terjebak dalam pikiran sendiri, sekarang lebih baik bagiku untuk lebih banyak bergerak dan benar-benar melakukan sesuatu' Pikir Daven sambil dan setelahnya ia memulai pemanasannya. Daven melakukan pemanasan selama beberapa menit, ia merenggangkan seluruh tubuhnya dan ketika ia sudah merasa cukup, ia berhenti. "Baiklah mari kita mulai" Ucapnya memulai larinya. Daven memang sudah biasa melakukan lari di sore hari karena pagi hari adalah hari yang sangat sibuk bagi Daven apalagi setelah ia sudah mulai sekolah. 'Aku tidak akan bisa olahraga pagi seperti biasanya karena sekolahku, jadi setidaknya aku harus menambah kualitas pada latihan sore ini,' Pikir Daven sambil meneruskan larinya. Ia

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 21 - Rencana Sendiri (4)

    Beberapa menit setelah perjalan ke apartemennya, Daven akhirnya kembali ke apartemennya, dia berjalan masuk ke dalam kamar apartemennya. "Hari ini melelahkan sekali, jujur saja apakah ini kerjaan si sistem itu? bukankah pagi tadi dia bilang akan melakukan sesuatu yang menarik," Ucap Daven mencoba untuk mencocokkan teorinya. Bagaimanapun kejadian di sekolahnya hari ini memang benar-benar aneh sekali untuk di katakan sebagai hari pertama sekolah seseorang. 'Bertemu dan mengalahkan pembully, lalu anak yang di bully meminta untuk dilatih olehmu setelah itu seorang hunter terkenal menyamar dan mencoba untuk mengikutimu, ini pasti ulah sistem itu,' Pikir Daven mempercayai teorinya itu. Daven yang merasa lelah lalu meletakkan tasnya dan ia juga melepaskan seragamnya, setelahnya Daven duduk di atas kasurnya, tak lama ia menjatuhkan tubuhnya dan mulai berbaring di atas kasurnya. "Jika aku

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 20 - Rencana Sendiri (3)

    Daven terdiam di tempatnya berdiri setelah ia berpisah dengan Allen, tatapannya menatap tajam ke suatu arah. 'Dia? yang benar saja!' Pikirnya sambil melihat ke arah seseorang yang memakai Hoodie hitam dengan penutup kepalanya, orang itu juga memakai kaca mata hitam dan sebuah masker untuk menutupi wajahnya. Tanpa pikir panjang Daven berlari secepat yang dia bisa, dia terus dan terus berlari sambil mencoba untuk menghindari beberapa orang dan barang yang menghalangi jalannya. "Eh??" Ketika Daven berlari, orang itu terkejut dan langsung juga ikut berlari mencoba untuk mengejar Daven. Mereka terus berlari dengan secepat yang mereka bisa, orang-orang yang melihat mereka berlari menjadi heran namun mereka tidak mencoba untuk ikut campur. Semuanya

  • Kembalinya Sang Hunter Terbaik   Bab 19 - Rencana Sendiri (2)

    "Kau masih di sini?" Tanya Daven kepada Allen karena menurut Daven, tidak ada alasan lagi untuknya untuk tetap diam di sana. "A-ah, maaf," Jawab Allen dan ia mulai berdiri. "Terimakasih karena telah menolongku kak?.." Allen mencoba untuk berterimakasih kepada Daven namun ia tidak tau nama Daven. "Daven," Jawab Daven memberitahukan Allen namanya setelah ia menyadarinya. "Saya Allen dari kelas 11 E, Terimakasih banyak Kak Daven," Kata Allen sambil menundukkan wajahnya. Daven sendiri merasa cukup terkejut karena Allen berterimakasih kepadanya dengan bersungguh-sungguh, jadinya hal itu membuat Daven sedikit canggung dan bingung untuk menjawabnya. "Ya, tidak masalah," Ucap Daven dengan a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status