Home / Pendekar / Kembalinya Sang Legenda Perang / Membawa Aryan Kepada Seseorang

Share

Membawa Aryan Kepada Seseorang

Author: F Azzam
last update Huling Na-update: 2025-01-17 17:42:10

Aryan mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Meskipun banyak orang sebelumnya mencemooh dan merendahkan, kini perlahan mereka mulai menaruh rasa hormat padanya. Namun, ada satu sosok yang mengamati dari jauh, petugas keamanan bernama Haris. Dengan mata tajam dan perhatian penuh, Haris menyaksikan setiap gerakan Aryan selama pertarungan singkat itu.

Setelah pertarungan berlalu, saat Aryan kembali bekerja, Haris mendekati Aryan dengan sedikit hati-hati. “Kau sangat berbakat, sepertinya kau punya latar belakang yang kuat dalam pertarungan,” katanya, menyilangkan tangan di depan dada.

Aryan menoleh, tampak agak bingung. “Siapa kamu? Apa kau salah satu dari mereka yang mengejekku?”

Haris tersenyum, menggelengkan kepala. “Bukan, aku adalah petugas keamanan di proyek ini. Namaku Haris. Aku mengamati cara bertarungmu dan kecewa dengan semua orang yang memperlakukanmu dengan buruk.”

Aryan merapatkan keningnya. “Mengapa? Apa maksudmu?”

Haris melanjutkan dengan semangat. “Kau berpotensi sangat besar. Dalam pertarungan itu, aku melihat seseorang yang bukan hanya mampu bertarung, tetapi juga memimpin. Aku bisa merasakan ada sesuatu di dalam dirimu yang lebih dari sekadar buruh bangunan.”

“Cukup tentang itu, aku hanya ingin menjalani hidupku,” kata Aryan sambil mengalihkan pandangan.

“Tidak, kau harus mendengar ini,” Haris melanjutkan, memegang bahu Aryan dengan lembut, memaksa perhatian Aryan ke arahnya kembali. “Aku merupakan pengawal dari seorang konglomerat di negeri Golden. Dia adalah salah satu pengusaha terbesar di sana dan saat ini mencari seseorang yang bisa melindunginya.”

Aryan terkejut. “Aku? Tidak mungkin.”

“Aku tidak bercanda,” Haris menjelaskan. “Aku melihat keahlianmu, dan aku percaya jika kau mau, kau bisa melakukan ini. Ada hal lain selain membangun dan semangatmu harus diperjuangkan.”

“Kenapa harus aku?” gumam Aryan, mencuri pandang ke arah desa yang ia laui sehari-hari.

“Karena kau bukan hanya berbakat. Kau juga memiliki ketegasan, cara bergulat yang tidak terbaca. Kau bisa melindungi dengan cara yang tidak biasa, juga dengan kekuasaan dan keterampilan,” Haris berkata dengan yakin.

Aryan tidak bisa menyangkal semua itu. Ada getaran di dalam dirinya ketika ia mendengar kata-kata Haris.

“Tugasku adalah membawamu ke tempat Konglomerat itu. Jika dia tau kemampuanmu, pasti dia akan tertarik,” Haris menjawab, menekankan keyakinan dalam suara.

Setelah beberapa saat terdiam, Aryan meraih kesempatan itu. “Apa yang harus aku lakukan?”

“Sederhana. Ikutlah denganku. Aku akan membawamu untuk bertemu dengan Mr. Horison,” Haris menjawab, matanya berbinar.

"Mr. Horison?" Sekelebat ingatan tiba-tiba muncul. Seperti nama yang tidak asing di telinga Aryan. Ia terus mengerutkan kening karena mencoba mengingatnya.

"Sudahlah. Jangan ragu. Aku yakin kamu pasti tidak akan menyesal jika ikut denganku," ucap Haris, penuh keyakinan.

Keputusan tersebut seperti beban berat yang menggelinding di dalam dada Aryan. Dia ingin keluar dari kehidupan yang lama dan berjuang untuk mencari jati diri yang lebih baik. Namun, rasa takut dan keraguan tetap menggelayuti pikiran.

“Bisa jadi ini jalan untuk mendapatkan identitasku kembali, dan mengembalikan beberapa bagian dari kehidupan lamaku,” pikir Aryan dalam hati.

---

Beberapa hari kemudian, Aryan, yang masih dengan pakaian kasual, melangkah ke mobil Haris, terasa dingin dan penuh rasa gugup. Mereka melintasi jembatan yang menghubungkan desa dengan kota besar, menuju tempat di mana harapan dan rasa baru menantinya.

Setelah beberapa jam di perjalanan, mobil berhenti di sebuah kompleks megah dengan pagar tinggi dan sirkulasi keamanan yang jelas. “Kita sudah sampai,” kata Haris, memandang Aryan dengan tatapan percaya.

Ketika mereka turun, Aryan mempertimbangkan perasaannya. Terpesona dan terpaku melihat kemewahan yang mengelilinginya, kedamaian dan ketenangan melingkupi dirinya. Begitu mendekati pintu masuk utama, seorang pria yang mengenakan jas mahal dan memiliki postur tegap menyambut mereka.

“Apa yang kalian inginkan di sini?” tanyanya, menilai Haris dan Aryan dari ujung kaki ke ujung kepala.

“Hai, saya Haris. Saya ingin memperkenalkan seseorang,” suara Haris tenang, meski jantung Aryan berpacu cepat. “Ini Aryan, seorang petarung luar biasa dengan potensi besar.”

Pria itu memandang Aryan dengan tajam. “Petarung? Apa benar? Pertunjukan apa yang bisa kau tunjukkan?”

“Aku—” Aryan terdiam sejenak, tertegun oleh tatapan serius pria itu. “Aku tidak ingin membuktikan diriku di sini. Aku di sini untuk mencari kesempatan untuk bekerja, bukan untuk memamerkan keahlian.”

“Jangan khawatir,” sang pria menjawab, senyum tipis menyapa wajahnya. “Aku hanya ingin tahu. Jika kau dapat menunjukkan apa yang kau miliki, itu juga menjadi keuntungan.”

“Bisa saja.” Aryan berbicara dengan perlahan, tapi percaya diri.

“Baiklah, ikuti aku. Kita akan lihat seberapa berbahayanya kau,” pria itu berkata, menoleh dan membawa mereka ke satu ruangan luas di sisi lain gedung.

Setibanya di sana, Aryan memperhatikan semua detail di sekelilingnya. Dinding dengan tingkatan tinggi diberi pelindung bantalan, dan di tengah ruangan terdapat matras besar yang siap digunakan untuk bertarung.

“Aku ingin tahu apakah kau mampu melindungi kompakku,” pria itu berkata, menantang Aryan dengan pandangannya. “Berkali-kali berhadapan dengan penyerang.”

Dengan tiada pikir panjang, Aryan melangkah maju, tubuhnya siap menghadapi tantangan. Di sana, di tengah ruangan itu, dia merasa kekuatan yang telah lama hilang mulai kembali. Seakan, semua kenangan untuk melindungi diri dan orang-orang terkasih mulai terbangun kembali.

“Sekali lagi, seberapa berbahayanya kau?” seru pria itu.

“Biarkan aku tunjukkan.” Aryan tersenyum, bertekad untuk mengukir permulaan baru dalam hidupnya.

Di saat itu, harapan dan ancaman menyatu dalam satu gelombang, dan Aryan siap untuk menghadapi tantangan baru. Dia tahu perjalanan yang lebih besar akan datang, satu yang tidak hanya akan mengubah hidupnya, tetapi juga membawa semua pelajaran dan pengalaman yang pernah dimilikinya ke dalam satu arah yang lebih cerah.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Pengejaran Dan Perlawanan

    Aryan, Clara, dan Yoshua berlari sekuat tenaga, meninggalkan markas Zareth yang kini mulai diserbu oleh pasukan musuh. Mereka berlari melalui hutan yang lebat, menghindari ranting-ranting yang tajam dan tanah yang berlumpur. Setelah beberapa jam berlari, mereka akhirnya mencapai sebuah tempat yang aman, sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik pepohonan. Mereka beristirahat di sana, mencoba untuk memulihkan tenaga mereka. Yoshua yang kelelahan tetapi penuh harapan, tersenyum lemah kepada putrinya. "Clara, aku sangat bangga denganmu. Kau telah menyelamatkan aku dari tangan Zareth." Clara tersenyum, merasa lega dan bahagia. "Aku hanya ingin menyelamatkan ayah," katanya. Aryan yang berdiri di samping mereka, menatap mereka dengan serius. "Kita belum aman sepenuhnya. Zareth masih mencari kita, dan kita harus bersiap untuk langkah berikutnya." Yoshua mengangguk setuju. "Aku tahu. Kita harus mengumpulkan kekuatan kita dan mempersiapkan diri untuk menghadapi Zareth lagi." Clara

  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Tak akan tergoyahkan

    Di balik ketegangan yang membelenggu hati Aryan dan Clara, semangat mereka tak pernah padam. Mereka tahu, waktu adalah musuh yang tak pernah memberi jeda. Setiap detik yang berlalu adalah peluang yang semakin kecil untuk menyelamatkan Yoshua dan menghentikan Zareth dari rencana jahatnya. Malam itu, di dalam rumah tua Tante Mira, mereka merancang langkah terakhir—serangan menuju markas Zareth di bekas pabrik di tepi hutan barat desa. “Kalau kita ingin masuk tanpa diketahui, kita harus bergerak saat fajar menyingsing,” kata Aryan, matanya menyala penuh tekad. “Di saat semua pasukan Zareth tidur atau menjaga perimeter, kita akan menyelinap masuk dan mengeluarkan Yoshua.” Clara mengangguk, memandang peta yang dipegang Tante Mira dengan penuh perhatian. “Kita harus menyusun strategi matang. Jangan sampai kita terjebak atau gagal menyelamatkan ayahku.” Tante Mira menatap mereka dengan serius. “Kebanyakan pasukan Zareth cukup disiplin. Tapi aku punya satu rencana cadangan, jika situasi me

  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Yoshua Tertinggal

    Dengan napas yang masih terengah-engah dan jantung berdebar, Aryan mengarahkan pandangnya ke Clara. “Kita tidak bisa terus melarikan diri selamanya,” ujarnya, otaknya bekerja cepat. “Kita harus menemukan Yoshua, dan kita harus melakukannya sekarang. Jika Zareth berhasil menemukan kita lagi, maka kita tidak akan memiliki kesempatan untuk melawan.”Clara mengangguk, mengerti akan kepanikan yang mendasari keputusan Aryan. Mereka berdua baru saja keluar dari kegelapan, dan kembali terjerumus dalam rasa takut yang membayangi akan takdir orang yang mereka cintai. “Tapi, Aryan, kita tidak tahu di mana dia berada. Kita mungkin hanya akan lebih dekat ke Jari Zareth.”“Justru itu, Clara,” jawab Aryan tegas. “Semakin cepat kita bergerak, semakin cepat kita bisa menemukan dia. Dan jika kita menemukan Yoshua, dia akan membawa banyak pengetahuan dan pengalaman yang bisa membantu kita menghentikan Zareth.”Clara merasa ada kebenaran dalam kata-kata Aryan, tetapi rasa takut akan keselamatan mereka te

  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Cahaya di Ujung kegelapan

    Cahaya yang berkedip di kejauhan semakin jelas seiring langkah Clara dan Yoshua yang semakin mendekat, menciptakan harapan dalam kegelapan yang mencekam. Setiap langkah bergetar penuh ketegangan, diiringi dengan detakan jantung yang terengah-engah. Clara merasakan keberanian mengalir di dalam dirinya, meskipun ketakutan akan nasib Aryan terus menghantuinya. “Cahaya itu tampaknya berasal dari tengah laut,” kata Yoshua sambil melangkah perlahan, mengamati ombak yang bergejolak. “Apakah kau yakin kita harus pergi ke sana, Clara?” “Aku harus tahu. Jika Aryan ada di sana…” Clara menggigit bibirnya, menahan emosi yang menghantui. “Kita tidak bisa membiarkannya sendirian.” Mereka berdua akhirnya tiba di tepi air. Cahaya itu tampak bergerak, menari di atas permukaan laut yang gelap. Clara merasakan denyut kesadaran di dalamnya, seolah cahaya itu menyampaikan pesan, sesuatu yang mendesak untuk ditangkap. Mereka menatap ke laut, berharap untuk melihat lebih dekat. Hampir tidak ada suara

  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Terjatuh Ke Laut

    Dunia berputar liar, seolah alam semesta sedang bergejolak dalam pusaran emosi Aryan yang tak terkendali. Di saat ia berusaha mencengkram. Seorang anak buah Zareth' tiba-tiba melepaskan tembakan, membuat cengkeramannya pada helikopter terlepas. Zareth' tersenyum puas menyaksikan. Aryan merasakan sensasi jatuh bebas yang memilukan, sensasi yang mengancam untuk merenggut nafasnya. Tawa Zareth yang terbahak-bahak. Kini hanya menjadi gema samar, hilang tertelan deru angin dan hempasan ombak. Tubuh Aryan menghantam permukaan air, dingin dan gelap, sebuah benturan keras yang merenggut kesadarannya. Air laut yang dingin menerjang, memaksa paru-parunya untuk berkontraksi. Dunia di sekelilingnya berubah menjadi kegelapan pekat, terisi oleh suara gemuruh air dan detak jantungnya yang menggila. Ia berjuang, berupaya untuk membuka mata, tetapi kegelapan terus memburunya, seperti bayang-bayang yang enggan melepaskannya. Otot-ototnya menegang, tubuhnya meronta dalam usaha sia-sia untuk naik ke

  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Pertemuan di Tengah Lautan Gelap

    Udara malam yang begitu pekat, sarat dengan aroma garam dan misteri. Di bawah langit yang bertabur bintang, di antara gemuruh ombak yang tak pernah lelah, Aryan dan Clara tiba di pantai terpencil yang telah menjadi lokasi pertemuan mereka. Malam tanpa bulan, hanya sedikit cahaya dari bintang yang menembus kegelapan, menciptakan suasana yang mencekam. "Ini pasti jebakan," gumam Clara, suaranya hampir tak terdengar di tengah deru ombak. Ia memandang sekeliling dengan waspada, matanya menelusuri kegelapan, mencari tanda-tanda kehadiran musuh. Aryan mengangguk, meskipun hatinya juga diliputi keraguan. Namun, ia harus mengambil risiko ini. Yoshua, ayahnya, berada dalam bahaya. Ia tidak punya pilihan lain. "Mungkin memang jebakan," jawab Aryan. "Tapi kita harus tetap waspada." Mereka berdiri di tepi pantai, menunggu dengan sabar. Jantung mereka berdebar-debar, dipenuhi campuran harapan dan ketakutan. Waktu terasa berjalan sangat lambat, setiap detik terasa seperti menit. Tiba-tiba, di

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status