Home / Romansa / Kembalinya Sang Pangeran / Bab 58. Darah, Api dan Laut.

Share

Bab 58. Darah, Api dan Laut.

Author: Ine Time
last update Last Updated: 2025-04-20 23:59:12

“Aku tidak pernah menerima kekecewaan dari pelanggan. Kau mengerti?”

Pertanyaan yang jelas sebuah ancaman membuyarkan lamunan Jiali. Ia melirik Madam Fei. Wajah wanita itu penuh bedak dan rambut disanggul rapi.

“Jangan diam saja. Kalau kau bisa memuaskan orang ini, mungkin kau tak perlu menjual seluruh tubuhmu malam ini. Dia berniat membelimu dariku, tapi aku ingin tahu apa kau bisa memberikan lebih dari ini,” lanjutnya.

Madam Fei membuka pintu dengan satu hentakan, mendorong Jiali masuk lantas pergi meninggalkan Jiali sendirian.

Kamar itu kecil, pengap. Cat dinding kayunya mengelupas, memamerkan serat kasar dan bercak lembab di beberapa sudut. Aroma anyir dan manis menyengat. Kesatuan aneh antara dupa murahan dan sisa tubuh manusia yang pernah berkegiatan di dalamnya.

Ranjang yang ditutupi kain merah marun kusam berdiri di tengah ruangan. Di atasnya tergeletak bantal tipis yang warnanya sudah berubah, dan sebuah selimut ringan yang tampak tak pernah dicuci. Tirai renda tergantung di
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 147. Pelukan yang Tidak Pernah Ada.

    Embun tampak menggantung di antara pohon-pohon pinus yang menjulang. Kabut menyelimuti Lembah Liangxu bahkan keberadaannya secara kasat mata hampir tidak terlihat. Namun, Yu Yong yang berjaga sejak semalam, tetap waspada.Di kejauhan, suara langkah kuda dan roda kereta menggema samar. Yu Yong berdiri. Dari arah barat, di jalur sempit tampak prajurit menebas alang-alang yang menjulang, hingga jalur menuju lembah lebih lebar.Matanya menyipit pada satu titik ketika ia menarik anak panah. Siap membidik. Sejenak ia menurunkan niatnya karena tersadar akan zirah yang dikenakan prajurit bukan bukan berasal dari istana, melainkan ….“Pasukan Menteri Xi,” cicit Yu Yong.Yu Yong kembali menaikkan busurnya. Sudah sekian lama ia tidak mendapatkan kabar dari Yuwen. Meski ia tahu kalau Menteri Xi berada di dalam sekutu Yuwen, tetapi saat ini tidak ada yang bisa memastikannya.Wajah tegang Yu Yong seketika lenyap ketika ia melihat Dunrui yang kemudian berada di belakang prajurit—menunggangi kuda.Yu

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 146. Pesan Kecil.

    “Bagaimana perhiasan baru yang aku kirimkan pagi ini?”Suara itu tenang. Lembut. Memanjakan, tetapi tidak menyenangkan bagi Jiali.Pantas bila Jiali enggan menanggapi. Ia memilih untuk menatap meja kamarnya yang kini dipenuhi kotak-kotak perhiasan berukir emas, permata merah delima, liontin terbuat dari giok langka. Perhiasan istimewa untuk permaisuri yang dianggap hinaan untuk tawanan. Yunqin sudah masuk sepenuhnya. “Tidak menyukainya?” tanyanya lagi mendekati Jiali yang duduk di sisi ranjang.“Hamba tidak bisa memakainya,” jawab Jiali pelan, “hamba rasa tidak perlu memakai itu semua … untuk berdiam diri di kamar.”Yunqin tertawa kecil. “Apa kau bosan? Aku akan menemanimu berjalan-jalan ke taman istana.”“Tidak perlu.”“Aku mengirimkan semua ini agar kau tahu betapa berharganya dirimu kini. Tidak ada wanita di negeri ini yang bisa menandingimu, Jiali.”Jiali tidak menjawab. Semua kata yang keluar dari bibir Yunqin … menjijikkan.Yunqin memandangi wajah Jiali. “Kau mau kita pergi k

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 145. Dibalik Abu, Dimulailah Api.

    “Aku … tidak bisa diam,” desis Yuwen menoleh ke arah Xiumei. “Sekarang … dia benar-benar sendirian! Tanpaku, tanpa ayahnya, tanpa Xiumei!”“Yang Mulia, harap redakan amarah Yang Mulia,” mohon Menteri Xi membungkuk.Yuwen menarik kerah zirah sang menteri. “Kalau satu helai rambut Jiali jatuh atau tubuhnya disentuh Yunqin,” gumamnya, “akan kubakar seluruh istana.”“Kalau itu terjadi, aku akan membantumu menyiapkan obor.”Yuwen menoleh lalu melepaskan cengkeramannya pada Menteri Xi. Qilan mendekat, jubahnya tampak basah. Senyumnya mengembang sempurna ketika ia melangkah di antara keduanya.“Kalau kau mati sekarang, anakmu tidak akan memiliki ayah. Sia-sia sudah pengorbanan Jiali. Yuwen-ge, saat ini kau tidak punya apa-apa.”Yuwen ingin bicara, tetapi Qilan mendekatinya. Qilan menatapnya dari ujung kepala hingga kaki, tidak terlewat satu senti pun.“Terluka. Dibuang istana. Tidak memiliki gelar. Tidak memiliki tentara atau …. senjata.” Qilan menunjuk kaki Yuwen. “Bahkan kau tidak punya k

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 144. Belum Mati.

    Ruangan pengap itu kini menjadi ruang penuh kepanikan serta putus asa. Qiongshing mendekap erat Yuwen, sementara Dunrui juga para pelayan menutup hidung dan mulut dengan kain seadanya.“Kita akan … mati terpanggang di sini,” lirih salah satu pelayan.“Tidak! Pasti ada jalan!” seru Dunrui berusaha menenangkan hatinya sendiri. Yuwen mengurai dekapan Qiongshing. Meski lututnya gemetar, ia coba bangkit. Pandangannya menatap ke tiap-tiap orang lalu berjalan menuju pintu.“Aku … belum mencoba,” ucapnya pelan di sela batuk. “Yunqin … tidak bisa membunuhku.”Jalan keluar sudah di depan mata. Yuwen yakin bisa mendobrak pintu itu. Yuwen menyiapkan kuda-kuda lalu tiba-tiba ….Pintu kayu kapal terhantam dari luar.Serentak semua orang menoleh.Hantaman kedua menyusul. Api mulai menjalar ke atap, serpihan bara beterbangan. Yuwen mundur beberapa langkahLalu … hantaman terakhir Pintu itu terbuka!Asap menguar keluar. Yuwen menyipitkan mata. Dari celah kabut hitam itu muncullah dua siluet. Yuwen

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 143. Jerit di Tengah Gelombang.

    “Tolong! Ada asap! Buka pintunya!” jerit salah salah satu pelayan pria yang segera maju menendang pintu.Asap semakin tebal. Yuwen mundur beberapa langkah. Ia hanya bisa menatap para pelayan pria yang coba mendobrak pintu.Qiongshing cepat mendekati Yuwen, ia coba menopang tubuh putranya yang tampak mulai lemas karena napasnya makin pendek.“Tuan Han! Yang Mulia!” seru seorang pelayan lain, “kami tidak bisa mendobraknya!”Han Dunrui ikut mendorong. “Buka!! Siapapun di luar sana! Buka pintunya!!!”Tidak ada jawaban.Asap telah membanjiri ruangan. Cahaya obor berkedip, nyaris tidak terlihat. Semua orang mulai terbatuk-batuk , lebih keras. Mereka mulai berebut udara bersih yang nyaris sirna.Qiongshing menutupi hidung Yuwen dengan lengan bajunya, berusaha kuat tidak peduli keselamatannya sendiri.“Kita harus keluar!” teriak pelayan wanita panik.Yuwen menggertakkan gigi. Matanya menatap ke seliling yang dipenuhi asap. “Jendela? Cari jendela atau kayu yang bisa dibongkar! Kita harus menge

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 142. Rencana di Balik Pernikahan.

    Gaun pengantin yang tadi dikenakannya kini tergantung diam di balik tirai. Angin malam membuat kainnya berkibar pelan, menciptakan ilusi seolah pakaian itu bernapas. Jiali berdiri di depan cermin besar yang menyudut ke arah jendela. Cahaya bulan memantul di permukaan kaca, menyoroti siluet perempuan yang kini tidak memiliki apa-apa. Ia menggigit bibir bawahnya. Napas tercekat. Matanya memanas, tetapi Jiali tidak menangis. Tidak boleh. Ketukan lembut di pintu, disusul suara pelayan terdengar, “Yang Mulia Kaisar hendak masuk.” Jiali merapikan kerah jubah tipis yang ia kenakan lalu menoleh ke arah pintu. “Silakan masuk.” Pintu terbuka. Yunqin melangkah masuk tanpa tergesa. Ia mengenakan jubah malam berwarna gelap, rambut panjangnya disisir rapi. “Kau belum tidur?” tanyanya berusaha menyembunyikan kecewa karena ia belum bisa menikmati malam pengantin bersama. Jiali menunduk sedikit. “Belum, Yang Mulia.” “Aku harap malam ini tidak terasa berat. Semua orang memujimu hari ini. Perma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status