Home / Romansa / Kembalinya Sang Pangeran / Bab 92. Aku ... Tidak Rela.

Share

Bab 92. Aku ... Tidak Rela.

Author: Ine Time
last update Last Updated: 2025-05-15 23:44:45

“Bagaimana?” Kali ini Yuwen yang bertanya dengan wajah lebih serius.

Tabib menatap Yuwen lalu menjawab. “Mohon maaf, Yang Mulia, dari pemeriksaan hamba. Detak nadi Nyonya belum menunjukkan tanda kehamilan. Bila Nyonya tidak datang bulan dalam dua pekan ini, mohon panggil hamba kembali.”

Yuwen hanya menarik napas kemudian menatap istrinya yang kini hanya menunduk kecewa.

Tabib menutup kotak perlengkapannya, memberi hormat sebelum meninggalkan kamar.

Yuwen menoleh ke arah Xiumei. “Pergilah, tinggalkan kami sendiri.”

Xiumei menggigit bibir sempat menatap sejenak Jiali lalu membungkuk hormat. “Baik, Yang Mulia.”

Setelah Xiumei menutup pintu, Yuwen kembali menatap Jiali. “Apa kau bisa menjelaskan?” Jiali terdiam. “Kau bertingkah aneh sejak kembali dari paviliun An. Kalau kau diam, maka aku akan bertanya pada An.”

Cepat Jiali menarik lengan baju Yuwen ketika suaminya itu hendak bangkit.

“Baiklah, aku akan ceritakan semuanya.”

Yuwen kembali menatap Jiali. “Baik.”

Jiali menarik napas. “Ibu be
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 93. Kunang-Kunang.

    Langkah Xiumei tergesa membawa dua kendi arak seperti yang diperintahkan. Namun, senyum kecil yang sempat muncul lenyap saat mendapati bangku telah kosong.Ia menoleh ke kiri dan kanan. Tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Jiali sampai pandangan matanya menyapu ke arah kolam.Airnya masih beriak, seolah baru saja diganggu.Kendi-kendi porselen itu terlepas begitu saja dari tangan Xiumei, pecah di tanah, serpihannya tersebar memantulkan cahaya bulan yang separuh tertutup awan.“Nyonya?” lirih Xiumei, nyaris tak terdengar.Ia berlari ke tepi kolam.“Nyonya!” jeritnya, lebih keras kali ini, lututnya jatuh menghantam batu.“JANGAN! JANGAN, NYONYA!!”Tangisnya pecah. Hatinya serasa ikut hancur membayangkan hal yang mungkin nekat Jiali lakukan. Tangan mungilnya mencengkeram batu-batu pembatas, tubuhnya menggigil hebat.“NYONYA!!” Tiba-tiba, suara petasan kembali meledak di langit seperti tawa kemenangan kejam.Xiumei bangkir, diam sejenak menatap kolam kemudian berlari seperti orang gila

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 92. Aku ... Tidak Rela.

    “Bagaimana?” Kali ini Yuwen yang bertanya dengan wajah lebih serius.Tabib menatap Yuwen lalu menjawab. “Mohon maaf, Yang Mulia, dari pemeriksaan hamba. Detak nadi Nyonya belum menunjukkan tanda kehamilan. Bila Nyonya tidak datang bulan dalam dua pekan ini, mohon panggil hamba kembali.”Yuwen hanya menarik napas kemudian menatap istrinya yang kini hanya menunduk kecewa.Tabib menutup kotak perlengkapannya, memberi hormat sebelum meninggalkan kamar.Yuwen menoleh ke arah Xiumei. “Pergilah, tinggalkan kami sendiri.”Xiumei menggigit bibir sempat menatap sejenak Jiali lalu membungkuk hormat. “Baik, Yang Mulia.”Setelah Xiumei menutup pintu, Yuwen kembali menatap Jiali. “Apa kau bisa menjelaskan?” Jiali terdiam. “Kau bertingkah aneh sejak kembali dari paviliun An. Kalau kau diam, maka aku akan bertanya pada An.”Cepat Jiali menarik lengan baju Yuwen ketika suaminya itu hendak bangkit.“Baiklah, aku akan ceritakan semuanya.”Yuwen kembali menatap Jiali. “Baik.”Jiali menarik napas. “Ibu be

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 91. Andai Dua Hari Cukup.

    “Nyonya, apa Putri Lien Hua akan menyukai hadiahnya?” tanya Xiumei menatap keranjang kecil berisi camilan juga sekotak minyak esens yang biasa dipakai Lien Hua.“Tentu saja. Ini semua kesukaannya. Aku akan menjelaskan padanya kalau pernikahan ini hanya formalitas saja. Yuwen tetap sepenuhnya milikku.”“Kita juga belum menjenguk An dan bayinya lagi. Kita harus berbelanja hadiah untuknya.”“Baik, Nyonya, Xiumei akan mengantar.”Langkah mereka tidak tergesa-gesa ketika menyusuri lorong utama. Sesekali Xiumei melirik Jiali. Hatinya gembira karena tampaknya pernikahan majikannya telah mencapai kata bahagia yang sebenarnya. Ketenangan antar keduanya sirna ketika mereka berbelok ke arah persimpangan dekat taman batu, dari kejauhan tampak, seorang pria berbalut jubah biru tua berjalan mendekat.Langkah Jiali melambat, nyaris berhenti.Qing Yunqin. Sang Pangeran Mahkota.Pandangan Yunqin mengarah lurus pada Jiali. Ada kerinduan yang nyata dalam binar mata Yunqin.Senyum kecil yang tadi tergan

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 90. Di Ujung Mata Belati.

    “Kau sungguh keterlaluan. Bagaimana kau bisa mengusulkan ide berbahaya ini?” bisik Ren Shuo.Bai Ning sibuk mengipasi wajahnya tak peduli akan ucapan sang suami. “Bukankah itu adil? Sang suami di tengah dua istri menunjukkan ketangkasan mereka. Ideku sangat bagus. Aku tidak suka dengan Nyonya Han yang angkuh itu,” balas Bai Ning.Ren Shuo menatap sekeliling, memastikan tak ada yang mendengar. “Ini bukan sekadar ketangkasan. Ini ajang mempermalukan! Bagaimanapun, kemampuan beladiri Nona Qilan sangat tinggi. Kalau Pangeran menyadarinya—”“Justru aku ingin Yang Mulia sadar kalau Nyonya Han itu tidak sebanding dengan Nona Qilan. Aku ingin lihat, seberapa besar Pangeran itu membela nyonya angkuhnya,” potong Bai Ning, wajahnya menyeringai.Di sisi lain, Jiali berdiri kaku di antara para pelayan yang tengah mempersiapkan lapangan. Firasatnya buruk. Kalau meleset sedikit saja, jelas Yuwen akan celaka.Matanya melirik Qilan yang bersiap. Wanita itu tampak percaya diri menatap tiga belati yang

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 89. Terlambat Untuk Mundur.

    Yu Yong spontan menarik sedikit tangannya, coba menjaga jarak.Jiali menoleh cepat. “Yuwen! Jangan ganggu. Ini bagian dari latihan!”“Aku tidak mengganggu. Aku hanya mengingatkan,” sahut Yuwen tenang, meskipun nadanya terdengar lebih keras daripada yang ia maksudkan.Jiali kembali fokus ke Yu Yong, mengatur napas dan kembali mengangkat sikap. Mereka bergerak lagi, kini lebih cepat. Tubuh Jiali berputar, mencoba menyelinap keluar dari tekanan tangan Yu Yong. Gerakannya terayun sedikit, membuat ujung rambutnya menyentuh bahu Yu Yong.Dan saat itu juga, Yuwen melangkah maju. Suaranya menegang. “Cukup.”“Belum selesai,” kata Jiali tajam, terengah. “Kenapa kau—”Yuwen menatap Yu Yong tanpa senyum. “Kau sudah memperagakan cukup banyak.”Yu Yong membeku. “Yang Mulia.”“Aku akan meneruskannya,” ujar Yuwen, matanya tidak lepas dari Jiali. “Aku yang akan menjadi lawan latihannya.”“Ini bukan—” Jiali ingin protes, tetapi Yuwen sudah berdiri di hadapannya, menggulung lengan jubahnya, lalu berdir

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 88. Beladiri Demi Harga Diri.

    Paviliun itu ... kosong. Meja dan kursi telah disingkirkan ke sisi-sisi ruangan. Karpet digulung separuh, dan di tengah-tengah ruangan Jiali berdiri. Pakaiannya telah berganti dengan pakaian berlapis ringan yang memudahkan bergerak. Rambutnya diikat tinggi, wajahnya sedikit berkeringat. Ia tengah menarik napas lalu menghembuskannya perlahan. Begitu menoleh ke ambang pintu, mata Jiali membelalak. “Yuwen?!” Yuwen mengangkat alis. “Sepertinya kau sedang merencanakan sesuatu yang menarik.” Jiali bergerak mendekat. “Aku hanya meminta Yu Yong yang ke sini! Kenapa kau ikut?” tanyanya garang, “di mana Xiumei? Xiumei!” seru Jiali. Xiumei menyelip masuk ke ruangan, setengah menunduk. “Maaf, Nyonya ... Yang Mulia ingin ikut sendiri. Hamba tidak berani menolak.” Yuwen menyusuri pandangannya ke ruangan yang kini menyerupai arena latihan. “Apa yang ingin kau lakukan? Sungguh aku tidak boleh tahu?” Jiali mendesah dan memutar mata. “Bukan begitu, aku tidak mau kau mengejek aku.” Jiali mend

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 87. Hadiahku, Hadiahnya.

    Deretan pakaian baru membentuk lengkungan warna-warni di atas ranjang. Sepatu bersol lembut, tas tangan kecil berbordir benang emas, dan aneka perhiasan mungil dengan batu permata yang senada dengan jubah luar itu ditata begitu rapi hingga nyaris seperti pameran busana.Yuwen menepati janji.Jiali berdiri di tengah ruangan dengan tangan terlipat di depan dada dan senyum bangga tak pernah lepas dari wajahnya.“Sepertinya kita akan pulang ke Hangzi membawa lebih banyak peti atau mungkin kereta barang tambahan,” celetuk Xiumei sambil mengamati barisan aksesori itu.Jiali tertawa ringan. “Ya. Ah, kau bicara begitu, aku ingin cepat pulang. Tentu saja tanpa membawa wanita itu.”Xiumei menahan senyum, tahu betul siapa yang dimaksud. Sebelum sempat menimpali, suara langkah kaki yang ramai dari luar menarik perhatian mereka.Jiali melangkah ke sisi jendela. “Sejak jamuan pagi, halaman itu tak pernah sepi. Banyak pelayan lalu-lalang. Apa yang sedang mereka kerjakan?”Xiumei ikut mengintip dari

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 86. Hadiah Berwujud Dendam.

    Begitu pintu kamar tertutup. Perlahan Yuwen menurunkan Jiali di sisi tempat tidur. Jiali masih terdiam, pipinya memerah, tak berani menatap langsung ke arahnya.Tanpa membuang waktu, Yuwen menoleh ke arah Yu Yong. “Apa kau memperhatikan, apakah Qilan sudah kembali ke kamarnya?”Yu Yong langsung mengangguk. “Sudah, Yang Mulia. Nona Qilan mengintip sebentar dari teras lalu kembali masuk.”Yuwen mengangguk tenang. Matanya lalu beralih pada Xiumei. “Berikan padaku jubah biru tua itu.”Xiumei buru-buru menyerahkan kotak berisi jubah yang sempat diangkat Jiali di halaman tadi. Yuwen menerimanya tanpa bicara. Baru saja ia berbalik hendak melangkah keluar, tangan Jiali terulur, menahan lengannya.“Yuwen.”Langkah Yuwen terhenti. Ia menoleh, menatap Jiali yang kini menggenggam ujung lengannya dengan ragu-ragu. Ada kilat bingung di mata Jiali. Ingin bicara, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana.Yuwen tersenyum kecil. “Bukankah katamu ini masih terlalu pagi untuk melakukan hal itu?”Jiali men

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 85. Jurus Manja.

    Jiali menopang dagu di tepi meja, pandangannya menerobos jendela yang menghadap taman kecil. "Membosankan sekali," gumamnya kemudian menarik napas panjang.Xiumei yang berdiri di belakangnya langsung menimpali, "Apa Nyonya mau cemilan? Aku bisa ambilkan kue ketan atau irisan manisan buah dari dapur."Jiali menoleh setengah, alisnya terangkat heran. "Kau selalu menawariku makanan. Apa kau sedang merencanakan sesuatu? Mau membuatku gendut, ya?"Xiumei terkekeh, tangannya tetap memijat lembut bahu Jiali. "Kalau Nyonya jadi sedikit lebih berisi pun tetap cantik. Lagipula, Yang Mulia pasti senang melihat Nyonya makan dengan lahap."Belum sempat Jiali membalas, suara penjaga terdengar dari luar pintu."Yang Mulia Pangeran Kedua telah tiba!"Xiumei buru-buru menegakkan tubuhnya, sementara Jiali refleks duduk lebih tegak, tetapi rasa heran terpancar jelas di wajahnya.“Yuwen?” bisik Jiali pelan. “Tadi dia terburu-buru pergi bersama Yu Yong, aku kira dia akan pergi lama.”“Mungkin Yang Mulia m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status