Home / Romansa / Kembalinya Sang Pangeran / Bab 94. Tulus Mencintaiku.

Share

Bab 94. Tulus Mencintaiku.

Author: Ine Time
last update Huling Na-update: 2025-05-17 23:44:12
Jiali tidak menyangka kalau dirinya terbujuk rayu Lien Hua dan Qiaofeng untuk mau ikut dalam acara menyedihkan ini.

Suasana aula utama ramai dan penuh semarak. Para pejabat, tetua keluarga, dan tamu kehormatan sudah duduk di tempatnya masing-masing.

Genderang dan alat musik tradisional berhenti sesaat, menandakan upacara akan segera dimulai.

Yuwen duduk di kursi utama, mengenakan pakaian resmi berwarna merah tua. Raut wajahnya terlalu tenang malah cenderung terkesan tidak peduli. Ia menoleh ke arah di mana seharusnya Qilan berada, tetapi sang mempelai belum juga tiba.

Tiba-tiba, Kasim Hong datang dengan tergesa, wajahnya menyiratkan panik yang tidak sanggup disembuhkan. Ia menghampiri Yuwen lantas membungkuk, berbisik di dekat telinga.

Yuwen mengangguk singkat. Tatapannya sempat beralih ke arah Jiali sebelum akhirnya ia berdiri lalu berjalan keluar aula, meninggalkan tatapan heran para tamu.

Pandangan Jiali mengikuti gerak langkah Yuwen, ketika punggung suaminya tidak lag
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 148. Membohongi Rindu.

    “Kurang ajar! Dia membunuh putriku! Meskipun darahku mengalir dalam tubuh Yunqin, aku tidak akan membiarkan perbuatannya tidak dihukum! Hua’er harus mendapatkan keadilan yang setimpal!”Tabib Wang Sanlao segera maju selangkah saat Kaisar Tao mendadak memegangi dadanya.“Ampun, Yang Mulia. Mohon redakan amarah Yang Mulia. Racun dalam tubuh Yang Mulia belum sepenuhnya dinetralisir. Hamba khawatir, amarah seperti ini hanya akan memperburuk keadaan.”Kaisar Tao menoleh. “Kali ini kau tidak perlu mencemaskan aku.” Pelan tangan kaisar mengusap punggung tangan Yuwen. “Meski putraku tidak mengeluh, tapi aku tahu dia terluka. Tabib Sanlao, periksa putraku. Melihat matanya, aku tahu dia sangat kesakitan.”Sanlao mengangguk, pandangannya beralih pada Yuwen. “Mari, Yang Mulia. Hamba akan memeriksa.”Yuwen mengangkat tangannya. “Ada hal yang lebih penting. Kita akan berangkat menuju Zijian. Kita membutuhkan mereka untuk menumbangkan Yunqin.”“Kita akan melakukan itu … setelah kau diobati Sanlao.”

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 147. Pelukan yang Tidak Pernah Ada.

    Embun tampak menggantung di antara pohon-pohon pinus yang menjulang. Kabut menyelimuti Lembah Liangxu bahkan keberadaannya secara kasat mata hampir tidak terlihat. Namun, Yu Yong yang berjaga sejak semalam, tetap waspada.Di kejauhan, suara langkah kuda dan roda kereta menggema samar. Yu Yong berdiri. Dari arah barat, di jalur sempit tampak prajurit menebas alang-alang yang menjulang, hingga jalur menuju lembah lebih lebar.Matanya menyipit pada satu titik ketika ia menarik anak panah. Siap membidik. Sejenak ia menurunkan niatnya karena tersadar akan zirah yang dikenakan prajurit bukan bukan berasal dari istana, melainkan ….“Pasukan Menteri Xi,” cicit Yu Yong.Yu Yong kembali menaikkan busurnya. Sudah sekian lama ia tidak mendapatkan kabar dari Yuwen. Meski ia tahu kalau Menteri Xi berada di dalam sekutu Yuwen, tetapi saat ini tidak ada yang bisa memastikannya.Wajah tegang Yu Yong seketika lenyap ketika ia melihat Dunrui yang kemudian berada di belakang prajurit—menunggangi kuda.Yu

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 146. Pesan Kecil.

    “Bagaimana perhiasan baru yang aku kirimkan pagi ini?”Suara itu tenang. Lembut. Memanjakan, tetapi tidak menyenangkan bagi Jiali.Pantas bila Jiali enggan menanggapi. Ia memilih untuk menatap meja kamarnya yang kini dipenuhi kotak-kotak perhiasan berukir emas, permata merah delima, liontin terbuat dari giok langka. Perhiasan istimewa untuk permaisuri yang dianggap hinaan untuk tawanan. Yunqin sudah masuk sepenuhnya. “Tidak menyukainya?” tanyanya lagi mendekati Jiali yang duduk di sisi ranjang.“Hamba tidak bisa memakainya,” jawab Jiali pelan, “hamba rasa tidak perlu memakai itu semua … untuk berdiam diri di kamar.”Yunqin tertawa kecil. “Apa kau bosan? Aku akan menemanimu berjalan-jalan ke taman istana.”“Tidak perlu.”“Aku mengirimkan semua ini agar kau tahu betapa berharganya dirimu kini. Tidak ada wanita di negeri ini yang bisa menandingimu, Jiali.”Jiali tidak menjawab. Semua kata yang keluar dari bibir Yunqin … menjijikkan.Yunqin memandangi wajah Jiali. “Kau mau kita pergi k

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 145. Dibalik Abu, Dimulailah Api.

    “Aku … tidak bisa diam,” desis Yuwen menoleh ke arah Xiumei. “Sekarang … dia benar-benar sendirian! Tanpaku, tanpa ayahnya, tanpa Xiumei!”“Yang Mulia, harap redakan amarah Yang Mulia,” mohon Menteri Xi membungkuk.Yuwen menarik kerah zirah sang menteri. “Kalau satu helai rambut Jiali jatuh atau tubuhnya disentuh Yunqin,” gumamnya, “akan kubakar seluruh istana.”“Kalau itu terjadi, aku akan membantumu menyiapkan obor.”Yuwen menoleh lalu melepaskan cengkeramannya pada Menteri Xi. Qilan mendekat, jubahnya tampak basah. Senyumnya mengembang sempurna ketika ia melangkah di antara keduanya.“Kalau kau mati sekarang, anakmu tidak akan memiliki ayah. Sia-sia sudah pengorbanan Jiali. Yuwen-ge, saat ini kau tidak punya apa-apa.”Yuwen ingin bicara, tetapi Qilan mendekatinya. Qilan menatapnya dari ujung kepala hingga kaki, tidak terlewat satu senti pun.“Terluka. Dibuang istana. Tidak memiliki gelar. Tidak memiliki tentara atau …. senjata.” Qilan menunjuk kaki Yuwen. “Bahkan kau tidak punya k

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 144. Belum Mati.

    Ruangan pengap itu kini menjadi ruang penuh kepanikan serta putus asa. Qiongshing mendekap erat Yuwen, sementara Dunrui juga para pelayan menutup hidung dan mulut dengan kain seadanya.“Kita akan … mati terpanggang di sini,” lirih salah satu pelayan.“Tidak! Pasti ada jalan!” seru Dunrui berusaha menenangkan hatinya sendiri. Yuwen mengurai dekapan Qiongshing. Meski lututnya gemetar, ia coba bangkit. Pandangannya menatap ke tiap-tiap orang lalu berjalan menuju pintu.“Aku … belum mencoba,” ucapnya pelan di sela batuk. “Yunqin … tidak bisa membunuhku.”Jalan keluar sudah di depan mata. Yuwen yakin bisa mendobrak pintu itu. Yuwen menyiapkan kuda-kuda lalu tiba-tiba ….Pintu kayu kapal terhantam dari luar.Serentak semua orang menoleh.Hantaman kedua menyusul. Api mulai menjalar ke atap, serpihan bara beterbangan. Yuwen mundur beberapa langkahLalu … hantaman terakhir Pintu itu terbuka!Asap menguar keluar. Yuwen menyipitkan mata. Dari celah kabut hitam itu muncullah dua siluet. Yuwen

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 143. Jerit di Tengah Gelombang.

    “Tolong! Ada asap! Buka pintunya!” jerit salah salah satu pelayan pria yang segera maju menendang pintu.Asap semakin tebal. Yuwen mundur beberapa langkah. Ia hanya bisa menatap para pelayan pria yang coba mendobrak pintu.Qiongshing cepat mendekati Yuwen, ia coba menopang tubuh putranya yang tampak mulai lemas karena napasnya makin pendek.“Tuan Han! Yang Mulia!” seru seorang pelayan lain, “kami tidak bisa mendobraknya!”Han Dunrui ikut mendorong. “Buka!! Siapapun di luar sana! Buka pintunya!!!”Tidak ada jawaban.Asap telah membanjiri ruangan. Cahaya obor berkedip, nyaris tidak terlihat. Semua orang mulai terbatuk-batuk , lebih keras. Mereka mulai berebut udara bersih yang nyaris sirna.Qiongshing menutupi hidung Yuwen dengan lengan bajunya, berusaha kuat tidak peduli keselamatannya sendiri.“Kita harus keluar!” teriak pelayan wanita panik.Yuwen menggertakkan gigi. Matanya menatap ke seliling yang dipenuhi asap. “Jendela? Cari jendela atau kayu yang bisa dibongkar! Kita harus menge

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status