Share

Saya Bayar Lunas

Author: Emak pipit
last update Last Updated: 2024-04-01 19:22:35

Pria berpakaian serba hitam dengan kacamata hitam, usianya mungkin dua kali lipat usia Radit.

Ia memperkenalkan dirinya sebagai utusan seseorang. lantas membukakan pintu mobil dan meminta Radit yang masih kebingungan untuk masuk.

"Tuan muda? Mungkin Anda salah orang," elak Radit saat baru saja mendudukkan dirinya di kursi mobil mewah itu.

Mana mungkin seorang Radit yang sebelum menikah hanya tinggal di kontrakan bersama ibunya yang janda mendadak dipanggil tuan muda.

"Anda adalah keturunan dari keluarga Cakranomoto."

Radit mengernyitkan keningnya. "Cakranomoto? Keluarga konglomerat itu? Anda jangan bercanda tuan!"

"Beberapa hari lagi, Tuan Mandala, kakek Anda akan tiba di negara ini. Beliau sedang berada di luar negeri. Anda bisa bertanya kepada beliau langsung saat bertemu dengannya," jelas pria itu.

"Kakek? Aku punya kakek?" batin Radit bertanya-tanya. Belum selesai kebingungan itu, pria itu langsung memberikan sebuah tas besar berisi uang yang tertata rapi. Mata Radit langsung terbelalak.

"Saya tahu Anda sedang kebingungan untuk membayar tunggakan rumah sakit. Saya akan mengantarkan tuan muda ke rumah sakit sekarang untuk mengurus semuanya."

"Apakah selama ini Anda mengikuti saya? Dari mana Anda tahu semua itu?" Radit mendadak menaruh curiga. Bisa saja ini hanya modus penipuan. Bisa jadi orang yang di hadapannya orang jahat yang akan menjerumuskannya? Radit menjadi waspada.

"Saya akui, perlu waktu untuk mencari Anda dan mengumpulkan semua informasi tentang Anda. Saya memang mengamati Anda belakangan ini, Tuan muda. Saya minta maaf. Saya lakukan itu atas perintah Tuan besar," akunya.

Radit masih was-was. Dirinya tidak serta merta percaya dengan orang yang baru saja ia kenal itu.

Hanya saja, sekarang dirinya tidak ada pilihan lain. Dirinya memang butuh uang untuk melunasi tunggakan rumah sakit. Ia tidak mau jika ibu mertuanya marah dan menjadikan alasan itu untuk menceraikan putrinya denganya.

"Baiklah, meski ini sangat aneh untukku," sahut Radit pasrah. Apapun yang nantinya akan terjadi, Radit berharap pria itu tidak sedang menipunya atau salah orang.

Tiba di rumah sakit, Radit langsung menuju ruang administrasi. Ia menemui suster yang bertugas di sana. Wajahnya sangat tak bersahabat saat melihat Radit datang.

"Selamat siang," sapa Radit.

"Oh, ya. Akhirnya perwakilan dari keluarga pasien Tuan Yoanes datang. Apakah Anda datang untuk melunasi? Ah, saya harap itu benar. Karena rumah sakit ini sebenarnya tidak menerima pembayaran mengangsur," cerocosnya menyindir kedatangan Radit tanpa membalas sapaan Radit.

"Ya, saya bayar lunas."

“Lunas? Jangan bercanda Tuan. Tuan mau bayar menggunakan apa?” ucap suster tersebut malas sambil menutup telepon yang baru saja ia terima dan menatap Radit dari ujung rambut sampai kakinya.

Radit tanpa basa-basi langsung meletakkan tas berisi uang puluhan juta di hadapan suster itu.

Mulut suster itu terbuka. Padahal, barusan ia menghubungi Tuan Rudy sebagai penanggung jawab pasien atas nama Tuan Yohanes.

Ia mendengar sendiri dari wakil keluarga itu kalau mereka belum bisa membayar karena uang asuransi almarhum belum bisa dicairkan.

Merasa sedikit malu, suster itu kembali berkata sinis. "Ini uang asli?"

"Anda bisa periksa semuanya," sahut Radit sambil mengernyitkan keningnya.

Suster di depannya ini benar-benar meremehkan Radit!

“Kalau saya temukan uang ini palsu, saya pastikan anda akan masuk penjara!” Suster tersebut langsung memeriksa uang yang dibawa Radit.

Radit diam tak bersuara lagi. Ia malas berdebat dengan suster jaga itu. Lagi pula, Radit juga khawatir kalau saja uang itu ternyata memang palsu.

Hingga kurang lebih setengah jam menunggu, proses pelunasan pun selesai.

Wajah suster tersebut menahan malu. Pasalnya, ia dengan pongah tak mempercayai Radit sama sekali.

Namun, setelah menghitung uang yang diberikan Radit dan memeriksanya, wajahnya seketika memerah.

"Baiklah, ini surat yang harus anda tanda tangani. Urusan administrasi sudah selesai," ucap suster tadi dengan suara agak melunak, tidak lagi ketus.

Radit merasa lega. Ketakutannya tidak terjadi. Radit langsung menyelesaikan semua administrasi dan buru-buru keluar untuk bertemu dengan pria yang mengaku utusan dari kakeknya.

Sayang, orang itu sudah menghilang pergi. Radit masih belum tahu siapa nama pria misterius itu.

"Kemana perginya pria itu? Bahkan aku belum sempat tahu namanya dan belum berterima kasih atas bantuannya. Aku juga tidak tahu harus menghubunginya kemana," lirih Radit sambil menengok ke kanan dan ke kiri mencari mobil Rolls Royce yang mengantarkannya ke rumah sakit tadi.

**** Hari mulai senja, keluarga besar Nasution tengah berkumpul di ruang keluarga setelah mengadakan prosesi pemakaman Tuan Yohanes—Orang tertua di keluarga itu.

Para tamu yang datang sejak pagi tadi kini sudah tak terlihat lagi. Hanya ada keluarga inti saja yang masih berkumpul dengan pengacara.

"Jadi, bagaimana dengan wasiat yang sempat kakek Yohan berikan kepadamu. Apakah mau dibacakan hari ini?" tanya Nyonya Shopia kepada sang pengacara.

"Pembacaan wasiat akan dilakukan saat tujuh hari kepergian Tuan Yoanes," sahut pengacara.

"Apa? Kenapa harus selama itu?" sambar Nyonya Bella.

"Ya, benar. Bukankah lebih baik dibacakan sekarang. Lebih cepat lebih baik. Kami juga harus memikirkan biaya rumah sakit yang masih menunggak." Kini Tuan Rudy ikut-ikutan bersuara. Hanya saja ucapannya memancing keluarganya untuk mengejeknya.

"Kami? Aku rasa urusan rumah sakit menjadi tanggung jawab Kakak sekeluarga. Bukan begitu, Bella?" protes Nyonya Shopia.

"Ya benar. Tak perlu kami ingatkan lagi kalau Ayah meninggal karena sakit jantungnya kumat saat putri kakak yang malang itu ditabrak. Ayah membantu biaya berobat Lucy. Mendadak Lucy mengatakan ia keluar dari pekerjaannya. Ucapannya membuat sakit ayah kambuh," sahut Nyonya Bella.

Mendengar namanya kembali dikaitkan, Lucy tak kuasa menahan air matanya.

“Tante, aku mohon. Jangan ungkit itu lagi. Aku sudah cukup menderita melihat kakek meninggal!” isaknya.

“Lucy! Tangisanmu tidak akan membuat biaya berobat kakek…”

"Urusan rumah sakit, sudah beres. Berhenti memojokkan istriku!"

Tak lama, Radit muncul di tengah kericuhan Keluarga Nasution itu. Suara Radit membuat semua orang di sana menoleh.

Radit mendekati Lucy dan berdiri tepat di belakang kursi roda istrinya itu.

"Hahaha! Lucy, lihat suami muncul bak pahlawan kesiangan. Dia pikir kita semua akan percaya?" ejek Nyonya Shopia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Saut Sirait
Pengarangnya gak jeli. Seorang memberi uang banyak, dia miskin malah merasa mau ditipu. Waduh, awalnya saja sdh gak ada logika. Penulis fiksi, akan selalu berpegang pada logika, minimal mendekati. Apa masih menarik ya...
goodnovel comment avatar
Andy Irawan
mantap ceritanya dan bagus alur cerita
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Bintang Cakranomoto

    Radit berdiri di muka cermin. Ia hari ini tampil menggunakan setelan jas berwarna putih dengan dasi kupu-kupu melingkar di lehernya. Dia akan menjadi bintang malam ini. Tuan Husen akan mengumumkan soal kebenaran siapa dirinya di depan publik. "Dit! Ayo cepat turun! Kita sudah hampir terlambat," teriak Tuan Rudi dari lantai bawah.Radit menyunggingkan senyuman sinisnya."Kita lihat seperti apa terkejutnya ayah mertua nanti dengan semua ini."Radit menuruni anak tangga. Sementara Tuan Rudi sudah memberi sinyal klakson mobil beberapa kali agar Radit bergegas."Kau ini lelet sekali!" serunya kesal."Apakah ayah yang malam ini akan menyetir?""Ya. Bisa-bisa saat kita tiba, pestanya sudah selasai kalau kau seperti bekecot begitu," ketus Tuan Rudi.Radit tak menggubris omelan mertuanya. Dia duduk di kursi samping supir. Tak lama ponsel Radit berbunyi. Ada nama Lucy di layar itu. Radit tersenyum lalu bergegas mengangkatnya. "Kau dan ayah sudah berangkat ke pesta?" tanya Lucy di seberang san

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Rencana Busuk

    "Tidak semua. Hanya 90 persen dari seluruhnya. Ayah masih memberiku 10 persen."Nyonya Soraya menggelengkan kepalanya dan menegakkan wajahnya dengan angkuh."Kenapa kamu seperti tidak marah dengan ketidakadilan yang ayahmu lakukan kepada kita, hah? Apakah ayahmu tidak ingat jika dia memiliki cucu lainnya? Kenapa anak yang baru muncul setelah puluhan tahun menghilang yang mendapatkan semuanya, hah?" protes Nyonya Soraya."Soraya, apakah aku harus memprotes semuanya di depan kuburan ayahku? Apakah aku harus menuntutnya padahal dirinya sudah tiada? Kamu pikir aku tidak marah? Aku marah jelas. Aku merasa tidak adil, itu juga sudah jelas. Tapi bagaimanapun aku tidak bisa berbuat apa-apa."Harris yang daritadi diam saja sekarang justru tertawa sambil mengeluarkan air matanya."Lelucon macam apa ini? Hahahaha! Aku lumpuh dan sekarang aku miskin. Sementara Radit, dia yang dulunya sampah sekarang mendadak menjadi pewaris Cakranomoto. Hahaha!"Kedua orang tua Harris beralih melihat Harris. Nyon

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Dugaan Dokter

    Sore yang mendung. Beberapa pelayat mulai silih berganti berpamitan untuk pulang. Keputusan Tuan Mandala untuk melepaskan semua alat bantu di tubuhnya membuatnya hanya bertahan beberapa jam di ruangan ICU. Radit hampir saja nekat menjadi pendonor untuk sang kakek. Hanya saja, Tuan Husen bersikeras menolaknya."Kenapa?" tanya Radit saat itu. Ia masih merasa Tuan Husen meragukannya sebagai putra di keluarga Cakranomoto."Kakekmu tidak ingin hidup dihantui rasa bersalah. Dia ingin tenang." Hanya itu jawaban dari Tuan Husen selepas menandatangani surat dari rumah sakit untuk mengurus jenazah dari mendiang sang ayah.****PLAAAKKK!"PUAS KAMU SEKARANG, HAH!" Mendadak Nyonya Soraya mendaratkan tamparan keras ke wajah Radit hingga pipi pria itu memerah. Berapa pelayat yang tersisa semua terkejut dengan tindakan Nyonya Soraya, begitu juga Tuan Husen."Soraya! Apa yang kamu lakukan, hah?" Tuan Husen naik pitam. Ia menarik paksa istrinya untuk menjauhi Radit."Suamiku, kenapa kamu masih mem

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Pesan Terakhir

    Bak petir yang menyambar di siang bolong. Tuan Husen terhuyung mendengar kabar itu. Baru saja, putranya Harris dikabarkan koma. Kini ayahnya, Tuan Mandala juga dikabarkan kritis."Aku akan menemui dokter dan melihat keadaan ayah," ucapnya kepada Nyonya Soraya.Nyonya Soraya yang duduk hanya bisa menangis."Dit, ikut denganku!" ajak Tuan Husen.Radit mengangguk pelan. Biar bagaimanapun kondisi kakeknya juga memprihatinkan. Radit tidak bisa menutup mata untuk cuek dengan keadaan genting itu.Radit pun mengikuti langkah Tuan Brando dan Tuan Husen.****Tiba di depan ruangan ICU, Radit dan Tuan Husen menunggu dokter selesai memberikan tindakan. Tak lama berselang, dokter dan suster keluar dari ruangan itu."Dokter bagaimana keadaan ayah saya?" tanya Tuan Husen."Tuan Mandala kondisinya masih belum stabil. Hanya saja–""Hanya apa dok?""Tuan Husen, apakah Anda tahu jika ayah Anda menginginkan semua alat bantu yang terpasang di tubuhnya sekarang harus dilepas?"Tuan Husen terbelalak. "Apa?

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Harris dan Karmanya

    "Kau tahu siapa aku? Aku adalah Raditya Cakranomoto.""Apa? Bagaimana mungkin ... Itu artinya kau dan Harris–""Aku tidak peduli aku dan dia memiliki hubungan darah atau tidak. Tapi perlu kau tahu, aku memiliki kekuasaan melebihi Harris. Percaya atau tidak, kalau kau berkhianat lagi kepadaku. Maka kau akan menanggung akibatnya!" kecam Radit.Radit meninggalkan Max begitu saja dari penjara bawah tanah. Max berteriak memanggilnya penuh histeris. Menjerit meminta dikasihani, sayangnya Radit tak mengindahkan.Radit berjalan ke luar gedung kosong. Tuan Brando menyambut tuan mudanya dengan mobil mewah."Kau sudah siapkan apa yang aku minta?" tanya Radit dengan wajah dinginnya."Apakah Tuan yakin kali ini pria itu tidak berkhianat kepada Anda? Jika tidak, biar saya saja yang melakukannya untuk memberi ganjaran kepada Tuan Harris," ucap Tuan Brando sedikit khawatir.Radit menggeleng."Aku ingin melihat apakah Max berani berkhianat kepadaku lagi setelah apa yang sudah ia lewati di penjara bawa

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Jadilah Eksekutornya!

    Keluar dari kediaman keluarga Cakranomoto, Radit bergegas pulang ke rumahnya. Tuan Brando berjanji untuk membawa pulang ayah mertuanya dan memberikan hukuman untuk para penculik Tuan Rudy.Radit sedikit terkejut mendapati sang ayah terikat di depan teras rumah mereka. Bahkan mulutnya masih dilakban, matanya pun ditutupi kain pengikat."Ayah mertua!" pekiknya.Tuan Rudy gemetar ketakutan. Ia memberikan kode untuk segera dibuka semua yang membelenggunya. Dengan cekatan Radit melepaskan ikatan tangan dan penutup mata. Tak lupa lakbanpun ia buka paksa sampai Tuan Rudy mengaduh kesakitan."Pelan-pelan dong!" pekiknya."Ayah mertua baik-baik saja?" tanya Radit."Kamu kemana saja, hah? Kamu tidak tahu apa, aku baru saja melawan maut. Aku hampir mati!" curhatnya sambil menangis.Radit sebenarnya sudah tahu ceritanya. Hanya dia berpura-pura polos."Aku pergi mencari ayah. Aku juga membuat laporan ke polisi. Siapa yang melakukan ini semua, Yah? Apa ayah kenal?" tanyanya.Tuan Rudy menggeleng.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status