Cal berlari menghampiri Thanos, lelaki itu baru saja turun dari mobil mewahnya, tepat di depan gedung perusahaan mereka.
"Ada apa lagi, Cal? Apa yang ingin kau tunjukkan padaku?" tanya Thanos malas. "Lihat ini, wanita itu ditemukan tewas, Thanos. Kau sudah tahu?" Cal mengatakan itu dengan tergesa, sembari berjalan di sisi Thanos. Mendengar itu, langkah kaki Thanos terhenti. Diraihnya tablet dari tangan Cal dan seketika itu pula ia benar - benar terkejut. "Dia adalah wanita yang bersamamu di kafe itu, kan? Kau mengenalnya, bukan?" Cal terus bertanya, tapi Thanos justru berjalan lebih cepat, meninggalkan Cal yang mengikutinya dari belakang. "Wanita itu diduga mengalami pendarahan hebat, dan di tubuhnya ditemukan..." Ucapan Cal terhenti saat Thanos tiba - tiba berbalik ke arahnya. "Aku akan membacanya nanti, Cal. Berhenti mengikutiku." Kata Thanos dan kembali berjalan ke ruang kerjanya sendiri. "O..oke, aku hanya memberitahumu." Gumam Cal setelah Thanos menjauh darinya beberapa langkah. Lelaki dengan kemeja biru tua itu duduk di belakang meja kerjanya, dibukanya tablet itu kembali, dan Thanos menelusuri setiap kata dengan begitu teliti. "Jadi, mereka hanya menduga kalau lelaki yang masuk bersama Erica adalah pelakunya. Mereka tidak melihatku. Tapi kenapa Erica tewas? Aku meninggalkannya dalam kondisi hidup. Aku yakin itu." Kata Thanos kepada dirinya sendiri. Thanos meraih ponselnya dan meminta Cal untuk datang. Tak membutuhkan waktu lama untuk lelaki itu muncul di hadapan Thanos. Ditatapnya Thanos yang terlihat gelisah, dan juga tablet yang masih berada di tangan lelaki itu. "Kau pasti sudah membaca beritanya, kan? Dia wanita yang bersamamu di kafe itu. Kau pasti sangat mengenal dia, Thanos." Ucapan Cal membuat Thanos mendongak. Seperti biasa Thanos tak pernah bisa menipu sahabatnya itu. "Ya, kau benar," jawab Thanos sembari membalas tatapan Cal. Cal mencondongkan tubuhnya, tampaknya ia terkejut dengan pengakuan Thanos. "Tunggu, jangan katakan kau terlibat dengan tewasnya wanita itu, Thanos." Thanos menghela napas, lelaki itu menautkan keningnya, "Dengarkan aku, Cal. Wanita itu memiliki hubungan denganku selama beberapa bulan ini, tapi aku bukan pelakunya. Aku memang menemui dia di hotel itu, tapi sebelumnya dia bersama laki - laki lain. Saat aku pergi, dia masih hidup. Cal, kali ini bantu aku." pinta Thanos, sesuatu yang tak pernah Thanos lakukan sebelumnya. "Kau tidak pernah mengatakan ini padaku sebelumnya, Thanos. Sungguh, aku benar - benar terkejut. Kalau mereka tahu kau juga bersama wanita itu saat kejadian, kau bisa saja menjadi..." "Aku tahu, karena itu hanya kau yang bisa menolongku. Pergilah ke sana secepat mungkin dan hapus rekaman CCTV itu. Tempat di mana aku melewatinya. Sekitar pukul 11 malam, kau bisa melakukannya, bukan?" Permintaan Thanos membuat Cal semakin terkejut. Ia bukan hanya mengaku memiliki hubungan dengan wanita itu, tapi juga terlibat dengan peristiwa itu. "Memangnya apa yang kau lakukan padanya, Thanos? Kenapa kau terlihat begitu cemas?" tanya Cal lagi. "Aku hanya memberinya peringatan, dia tidur dengan pria lain sementara menjalin hubungan denganku juga. Aku tidak suka itu," jelas Thanos. "Tapi kau juga tidak akan menikahi dia, kan? Seperti yang sudah - sudah. Kau hanya menjadikan para wanita itu pelampiasan. Tapi kenapa kau sangat marah, Thanos. Jangan katakan kalau kau sudah jatuh cinta dengan wanita itu. Kabarnya, dia cukup dikenal. Aku melihat akun media sosialnya dan wow... ""Cal, aku tidak memiliki banyak waktu untuk itu. Kita bisa bicara lagi setelah kau menyelesaikan tugasmu. Aku akan membayarmu untuk itu." Thanos mengembalikan tablet itu kepada Cal. "Oke, semoga mereka belum mengambilnya." Cal bergegas pergi setelah mengatakan itu, dan kali ini Thanos hanya bisa mengharapkan lelaki tersebut.Thanos kembali menatap ponselnya, berita tewasnya Erica masih menjadi topik utama di setiap situs kabar online. Ketika lelaki itu sedang terpaku di depan layar ponselnya, ia dikejutkan dengan suara ketukan pintu, seorang wanita muda yang merupakan sekretaris Thanos pun muncul dari balik pintu itu. "Beberapa orang wartawan ada di luar, apa yang harus saya lakukan?" Wanita itu bertanya lembut, menatap Thanos yang terdiam."Untuk apa mereka ada di sini?" tanya Thanos beberapa saat kemudian."Mereka ingin bertemu anda," sahutnya."Bertemu denganku? Baiklah, aku akan keluar." Thanos berdiri, menemui para wartawan itu adalah keputusan yang tepat. Ia yakin kalau mereka tidak tahu menahu soal kedatangannya di hotel itu. Karena menghindar hanya akan membuat mereka curiga...."Itu dia!" Teriak seorang wartawan saat melihat kedatangan Thanos. Tanpa menunggu lama mereka bergegas mendatangi lelaki itu dan mengajukan banyak pertanyaan."Kau pasti sudah tahu kabar kematian wanita itu, bukan? Dia Erica, wanita yang bersamamu di kafe beberapa waktu yang lalu." kata seorang wartawan sembari mendekatkan ponselnya ke arah Thanos.Thanos menatap wartawan itu satu demi satu, bola matanya bergerak lalu berhenti kembali untuk menatap lelaki yang masih mendekatkan ponselnya itu, "Kau adalah orang yang diam - diam mengabarkan berita palsu itu, bukan? Kau bahkan tak melihat wajahnya dengan jelas, bagaimana kau bisa mengatakan kalau wanita yang bersamaku di kafe itu adalah Erica?"Wartawan itu seketika menarik lagi ponselnya dari sana, begitu juga dengan yang lain. Thanos tersenyum saat melihat perubahan mimik wajah lelaki itu."Jadi benar, itu adalah kau. Aku bisa saja menuntutmu, dan kedatanganmu kali ini bisa saja membuat orang lain salah paham." Ucapan Thanos itu membuat beberapa orang diantara mereka mundur, dan perlahan halaman De Aluna pun mulai kembali sepi. "Ada apa, Thanos? Apakah terjadi sesuatu di sini?" Micel menghampiri Thanos yang masih berdiri di sana sembari menatap kepergian para wartawan itu. Wanita cantik yang mengelola keuangan perusahaan itu bertanya. "Tidak, mereka salah telah menemuiku." Thanos tersenyum dan meninggalkan Micel begitu saja. Wanita yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Thanos.Lelaki itu berjalan tegap, namun hatinya masih dipenuhi dengan berbagai pertanyaan, kenapa Erica bisa tewas begitu saja, dan benarkah dirinya yang menyebabkan kematian wanita itu atau karena orang lain? Bagaimana dengan lelaki yang bersamanya sesaat sebelum ia datang? Kalaupun bukan, Thanos berharap lelaki itulah yang menjadi tersangka utamanya."Aku tidak boleh terlibat, sial! Kenapa dia harus tewas di sana? Aku tidak membunuhnya, aku yakin itu." Thanos terus bergumam, sesekali ia meraih ponselnya dan menghubungi Cal, namun Cal tak juga menjawab panggilan darinya. "Cal, jawab aku!" Thanos mengatakan itu dengan nyaring, ia tak memiliki banyak kesabaran untuk menanti. Jantung di dalam dadanya berdetak cepat, sekarang keselamatan dirinya bergantung kepada Cal."Perusahaanku tidak boleh jatuh hanya karena wanita itu. Dia membuatku tidak waras!" Cal memukul meja di hadapannya, napasnya terdengar tak beraturan. "Apa yang kau cemaskan, Thanos? Bukankah kau memiliki segalanya?Apa yang tak bisa kau lakukan dengan kekuasaanmu itu?"Thanos terdiam saat suara itu memenuhi hatinya. Sesaat kemudian ia tersenyum, selama ini tak ada yang membuatnya takut, bukan? Lantas kenapa ia begitu mencemaskan kematian Erica? Selama tidak ada bukti maka semua akan baik - baik saja. Wanita itu hanya boneka, sebentar lagi ia akan lenyap dari kehidupan di dunia maya.“Apa? Kenapa kalian ingin menangkapku?” Thanos terkejut bukan main saat pihak kepolisian mendatangi rumahnya begitu saja.“Kau terbukti terlibat atas kasus kematian Erica. Pengadilan akan membuka sidangnya lagi,” jawab seorang petugas kepolisan sembari menunjukkan surat perintah penangkapan atas diri Thanos.“Itu tidak benar, kasus itu sudah lama ditutup, kalian bahkan telah memenjarakan pelakunya, bukan?” protes Thanos yang tak terima dengan rencana penangkapan atas dirinya itu.“Orang itu tidak bersalah, maka ia dibebaskan,” sahutnya tegas. Para petugas itu berjalan mendekat, meraih kedua tangan Thanos dan membawanya ke luar.“Benarkah ini? Apa yang akan Anda katakan?” Mata Thanos membulat saat melihat para wartawan itu sudah menunggu di halaman rumahnya, entah dari mana mereka mengetahui semua ini.“Aku tidak bersalah, itu bukan aku!” elak Thanos yang kemudian masuk ke dalam mobil dan meninggalkan mereka begitu saja.“Aku harus menghubungi ayahku,” ucap Thanos ketika mereka melepas
“Apakah dia sudah siap?” tanya Megan saat ia memanggil Tunder untuk menemuinya.“Dia masih mempelajarinya, Tuan. Tuan, ada hal yang ingin saya sampaikan tentang wanita itu,” ucap Tunder.Megan menoleh, “Maksudmu Athena?”Tunder mengangguk, “Anda sudah tahu?”“Aku pernah bertemu dengannya, dia wanita yang baik dan berkelas meskipun berasal dari kalangan biasa saja. Thanos sangat menyukainya, tapi ternyata dia memilih Ansel. Apakah sekarang wanita itu tinggal bersama Ansel?” tanya Megan.“Itu benar, Tuan.”“Tampaknya Ansel benar-benar akan menikahi wanita itu. Publik tidak boleh melihat pernikahan mereka. Aku harus bertemu Ansel hari ini. Minta dia menemuiku sekarang,” tukas Megan yang kemudian berjalan meninggalkan Tunder di sana....“Jadi, kau akan menikah dengannya?” Megan menatap tajam ke arah Ansel, meskipun lelaki itu memiliki wajah yang sangat mirip dengan Thanos, ia masih merasa asing.“Ya, pernikahan kami akan digelar beberapa minggu lagi. Aku akan kembali ke Malvarrosa, aku a
Brian berlari menemui Zen, lelaki itu sedang berada di kantornya. Brian tampak tak peduli dengan tatapan orang-orang yang memandangnya dengan bingung.“Di mana Zen?” tanyanya kepada seorang staff.Wanita itu menunjuk ke sebuah ruangan dengan pintu tertutup, “Dia di sana, tapi kau ....” Belum sempat ia melanjutkan kalimatnya, Brian telah membuka pintu itu dan menerobos masuk.“Zen, kau pasti mendengar beritanya, kan!” seru Brian tak sabar.Zen mengalihkan pandangannya dari dokumen-dokumen itu, dan menatap Brian dengan alis menyatu.“Brian, aku sangat sibuk sekarang. Bisakah kita bertemu nanti malam?” kata Zen yang merasa Brian telah melampaui batas di kantornya.Brian duduk di hadapan Zen, tak menghiraukan permintaan lelaki itu, “Dengarkan aku, Zen. Dugaanku tidak salah, sekarang semua terbukti. Rekaman CCTV itu sudah ditemukan. Dia berada di sana, dia pelakunya!”Zen mengangguk, “Aku sudah mendengar beritanya, tapi apakah kau mendengar kalau mereka mencoba untuk menangkapnya? Sepertin
Tunder membuka laptop yang kini berada di hadapan Ansel. Lelaki itu tersenyum ramah dan mulai menunjukkan apa saja yang akan menjadi pekerjaan Ansel di De Aluna. Termasuk Hotel De Aluna.“Anda bisa mengganti kode rahasianya setelah ini, Tuan, Ansel. Saya tidak melihat isinya, hanya memberitahu Anda secara garis besar. Anda bisa mempelajarinya dengan membaca setiap detailnya,” kata Tunder memberitahu.Ansel mengangguk, menatap Tunder sekilas dan kembali melihat ke layar laptopnya. Hanya deretan angka-angka yang berada di dalam benda itu.“Aku akan mempelajarinya,” ucap Ansel. Tunder berdiri menjauh, lelaki itu tampak gagah dengan setelan jas di tubuhnya.“Tapi, apakah kau akan berdiri di situ sepanjang waktu, Tunder?”Tunder bergerak, lelaki itu kemudian tersenyum kecil, “Barangkali Anda membutuhkan saya, Tuan,” sahutnya ramah.Ansel menghela napas panjang, ia benar-benar tak nyaman dengan apa yang dilakukan Tunder sekarang. Ansel merasa sedang diawasi.“Begini saja, Tunder, kau bisa p
“Ayah, apa yang kau lakukan? Kau tak mau menolongku?” Thanos tiba-tiba mendatangi Megan di pagi buta, lelaki itu menatap Megan marah.“Tenanglah, Thanos. Kau membuatku terkejut di pagi buta seperti ini,” ucap Megan yang baru saja terbangun karena kedatangan putranya itu.“Duduklah, kita tak bisa bicara kalau kau bersikap seperti itu,” kata Megan yang kemudian duduk mendahului.“Dia mengatakan kalau Ayah berniat mengganti posisiku di perusahaan. Apa itu benar?”“Thanos, saat ini kau harus berpikir tentang masa depan De Aluna, kau tahu bagaimana situasinya, bukan? Saham perusahaan jatuh begitu media melihat rekaman itu. Kau harus menyelamatkan De Aluna juga Ayah, Thanos.”Thanos menyipitkan matanya, menatap tajam ke dalam mata Megan yang terlihat penuh ambisi, “Jadi, kau ingin aku menyerahkan diri? Kau ingin aku menanggung semua ini seorang diri?”Megan mengangguk, “Hanya untuk sementara, tapi publik akan mengenalmu sebagai Ansel. Sementara itu Ansel akan menjadi kau, Thanos. Kalian han
Megan menatap wajah Ansel yang masih menyisakan luka itu, sepertinya ia tahu apa yang terjadi. “Dia melukaimu?” tanya Megan pelan, seakan bersimpati kepada putranya itu.“Ini hal yang wajar, barangkali aku juga akan melakukannya,” sahut Ansel membalas tatapan lelaki itu.“Apa yang ia katakan?”“Tentu saja ia menolaknya. Dia pasti menganggapku sebagai musuh.”Megan tersenyum, “Jangan khawatir, Thanos tak bisa melakukan apa-apa. Aku berada di pihakmu, Ansel.”Pupil mata Ansel melebar, terkejut dengan ucapan aneh lelaki itu. “Apakah sekarang kita sedang berperang, Tuan? Haruskah aku melawan saudara kembarku sendiri?”Megan mengangguk, “Ya, kau harus melakukan itu. Hanya ada dua pilihan bagimu, bertahan atau menyerah.”Ansel tersenyum miring, “Bertahan? Aku bahkan tak memiliki apa-apa. Lalu menyerah? Apakah aku pernah memulainya?”Megan mengusap janggutnya, seperti sebuah isyarat jika ia tak menyukai jawaban itu. “Kita sudah sepakat dan membicarakan semua itu. Kau tak akan berubah pikira