Share

Bab 5 Sebenci itukah?

"Aku menemukannya, Thanos. Kau ada di sana saat peristiwa itu terjadi." Cal menatap Thanos setelah memberikan rekaman CCTV di hotel itu.

"Kau menghapus rekaman aslinya, kan?" Thanos menggenggam flashdisk yang diberikan padanya. "Aku tidak membunuhnya," kata Thanos lagi seakan menjawab tatapan mata Cal.

"Lalu, kenapa kau ada di sana? Tepat di depan pintu kamar hotel wanita itu? Apa yang kau lakukan?" Cal kembali menatap Thanos lurus, lelaki itu terlihat menyelidik.

Thanos menyandarkan tubuhnya, bibirnya mengulaskan senyum tipis. "Aku akan memberitahumu, Cal. Tapi semuanya tak seperti yang kau pikirkan."

Cal memiringkan kepalanya, mencoba untuk memahami sahabatnya itu. "Jadi, apa hubunganmu dengan wanita itu?"

"Aku hanya berenang - senang dengannya, Cal. Tentu saja aku membuat perjanjian. Kau pasti mengerti, bukan? Aku tak mengizinkan lelaki lain hadir selama ia terikat denganku. Dan dia melanggarnya."

"Kau tidak waras, Thanos. Tidak ada hubungan seperti itu. Lalu apa yang kau lakukan padanya sampai tragedi itu terjadi, hmm?" Cal menatap tajam ke arah Thanos, lelaki itu terlihat begitu tenang setelah ia tahu jika tidak ada bukti lagi yang melibatkan dirinya.

"Tidak ada. Aku hanya memberinya peringatan. Dia baik - baik saja saat aku pergi, Cal. Kurasa pria yang bersamanya di hotel itu adalah pelakunya. Mungkin dia kembali lagi setelah tahu kalau Erica menjalin hubungan denganku," jelas Thanos.

"Aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu ini, Thanos. Kau selalu bermain - main dengan wanita. Mereka memiliki perasaan, kau tahu itu." Cal menunjukkan raut wajah tak senang kepada Thanos, ia terlihat kecewa dengan perilaku sahabatnya yang tak berubah itu."

"Wanita - wanita itu hanya membutuhkan uangku. Mereka tahu siapa aku. Itu bukan cinta, Cal." Thanos mengatakan itu dengan lirih, sebuah nada putus asa terdengar dengan jelas.

Cal menarik napas panjang, ia lantas menepuk pundak Thanos, "Kurasa kau hanya belum bertemu dengan orang yang tepat, Thanos. Tidak semua wanita seperti itu. Oh, ya, kudengar lelaki bernama Brian ingin pembunuhnya segera ditemukan."

"Brian?"

"Kakak lelaki Erica. Kau tidak tahu?" Cal kembali menautkan alisnya. Dan Thanos menggeleng pelan sembari memutar - mutar pena di tangannya.

"Aku tidak tahu."

"Kuharap dia tidak curiga padamu, Thanos. Kita tidak tahu pasti apakah wanita itu pernah mengatakan sesuatu tentangmu kepada Brian."

Thanos terdiam, selama ini ia tidak pernah memikirkan itu. Ia bahkan tak peduli tentang keluarga Erica, karena Thanos memang tak ingin menjalin hubungan serius dengan wanita itu. Jadi, untuk apa ia harus tahu?

"Kau berpikir terlalu jauh, Cal. Kurasa tidak ada gunanya Erica menceritakan itu kepada Brian. Sejak semula ia tahu kalau aku tidak akan pernah menikahinya," ucap Thanos yakin.

"Thanos, aku hanya tidak ingin kau terlibat dalam suatu masalah. Kau adalah CEO di sini, kau harus tahu bagaimana bersikap." Cal kembali mengingatkan Thanos akan hal itu. Lelaki tampan itu hanya tersenyum, seakan menertawakan Cal yang begitu mencemaskan dia.

"Aku tahu kau juga akan mengingatkan aku tentang lelaki tua itu, kan? Aku bosan mendengarnya, Cal." Thanos berdiri dan berjalan ke mini bar yang ada di dalam ruang kerjanya itu. "Mau segelas?"

"Oke," jawab Cal mengiyakan. Thanos meraih dua gelas kristal berkaki dan menuang wine dingin ke dalamnya, memberikan satu untuk Cal.

"Dia ayahmu, Thanos. Dia berusaha keras untuk membangun perusahaan ini dan melimpahkan semuanya padamu. Kau tidak harus membencinya."

Thanos tersenyum tipis, meneguk wine itu hingga habis. Ia lantas kembali menatap Cal yang seolah tahu segalanya. "Kau tidak tahu apa - apa, Cal. Dibalik ini ada cerita yang tak kusukai darinya."

"Katakan saja padaku, apa yang tidak aku tahu, Thanos." Cal kini menatap Thanos dengan pandangan berbeda, tatapan mata yang tadi seolah menuduh berubah menjadi lembut.

"Dia tidak mencintai ibuku. Aku tahu kalau dia memiliki wanita lain di luar sana, wanita - wanita yang tidak tahu malu. Dia tidak pernah tulus kepada ibuku. Wanita malang itu selalu menangis, aku sanggup merasakan luka itu setiap kali ia memelukku. Dia selalu mengatakan kalau dirinya baik - baik saja, tapi aku bisa melihat jika ia sangat menderita. Ada hal yang sepertinya aku tidak pernah tahu, dan tak seorangpun mau memberitahunya. Ibu bahkan menolak ayah saat ia ingin menyentuhnya." Thanos tersenyum kecut saat kenangan masa kecilnya kembali muncul di dalam ingatan.

"Kau melihatnya?" tanya Cal.

"Ya! Malam itu aku terbangun dan berjalan ke kamar mereka. Langkah kakiku terhenti saat aku mendengar suara tangis ibuku. Aku begitu ingin tahu dan melihat dari sebuah lubang kunci. Ayah memukul ibuku yang tanpa busana. Sekarang aku mengerti apa yang terjadi malam itu. Lelaki itu pasti kecewa, bukan? Ibu memang kerap menolak saat ayah ingin menyentuhnya, walau hanya berupa pelukan - pelukan kecil. Itu terlihat jelas."

"Ibumu tahu kalau Tuan Megan bermain wanita di luar sana?"

"Kurasa begitu. Ibuku bukan wanita bodoh. Dia bertahan pasti demi aku."

"Lalu kenapa sekarang kau mewarisi sikap ayahmu itu? Bukankah kau juga tahu kalau itu akan melukai mereka?"

Thanos tertawa mendengar kalimat terakhir Cal. "Melukai mereka katamu? Itu tidak benar. Mereka justru sangat menyukainya. Uangku, itu yang mereka sukai. Tidak berbeda jauh dengan wanita - wanita milik ayahku, bukan? Dia membutuhkan sentuhan yang tak diberikan ibuku, sementara mereka membutuhkan uang ayahku. Hubungan yang bagus. Tidak ada perasaan ataupun cinta." Terang Thanos dengan senyum lebar.

"Ayahmu... Kurasa dia menyesal, Thanos. Dia kecewa dengan perilakumu itu."

"Sudah terlambat! Wanita yang ia nikahi sudah mati, Cal!" Mata Thanos membulat, wajah yang tadi menunjukkan ketenangan berubah tegang. Cal mengangguk dan menepuk pundak Thanos beberapa kali, setidaknya untuk menenangkan lelaki itu.

"Aku mengerti, tapi kau tidak harus membalasnya seperti itu, kan?"

"Aku hanya ingin dia melihat semua yang sudah ia lakukan di dalam diriku! Itu adalah hukuman yang tepat untuknya."

Cal menghela napas panjang, Thanos seolah menjadi pribadi yang berbeda di matanya. Begitu dalamnya kebencian lelaki ini akan sang ayah, orang yang telah membesarkan namanya melalui De Aluna Company. Cal tak mengira kalau Thanos memiliki luka batin yang begitu dalam hingga menyiksa dirinya sendiri.

"Ayahmu telah lanjut usia, Thanos. Tak bisakah kau memaafkan dia? Semua yang kau dapat juga hasil kerja kerasnya, bukan?"

Mata Thanos mengernyit saat membalas tatapan Cal. Ia terlihat tak senang dengan ucapan sahabatnya itu. "Jangan memberiku nasihat. Apakah dia menyesal dengan kematian ibuku? Aku tak pernah melihat itu di matanya. Wanita itu sangat baik dan lembut tapi dia membuat kematiannya menjadi lebih cepat. Semua itu karena apa? Karena perbuatan lelaki paruh baya itu. Dan aku sangat ingin dia merasakan hal yang sama. Bukankah ini yang namanya keadilan?"

Thanos kembali meneguk wine itu. Entah sudah berapa gelas ia meminumnya. Lelaki itu berjalan dan berdiri menatap bagian bawah gedung perusahaannya itu, melalui kaca besar ruang kerjanya ia melihat seorang wanita yang sedang berjalan meninggalkan halaman gedung. Wanita berambut panjang dengan tubuh yang lumayan seksi di mata Thanos. Sesaat bibirnya terlihat mengulaskan senyuman.

"Siapa dia?" tanyanya lirih.

"Siapa?"

"Wanita yang baru saja meninggalkan gedung ini. Apakah dia salah satu pegawaiku?"

Cal menautkan alisnya, pandangan matanya beralih kepada wanita itu yang dalam sekejap masuk ke dalam mobil hitam dan pergi dari sana.

"Itu Athena, dia memang bekerja di sini. Tepatnya dia adalah pegawai baru. Kenapa?" tanya Cal cemas.

Thanos mengangguk, lelaki itu tidak menjawab namun bibirnya masih mengulaskan senyuman. Dan tampaknya Cal tahu apa yang sedang Thanos pikirkan itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status