LOGIN"Aku menemukannya, Thanos. Kau ada di sana saat peristiwa itu terjadi." Cal menatap Thanos setelah memberikan rekaman CCTV di hotel itu.
"Kau menghapus rekaman aslinya, kan?" Thanos menggenggam flashdisk yang diberikan padanya. "Aku tidak membunuhnya," kata Thanos lagi seakan menjawab tatapan mata Cal."Lalu, kenapa kau ada di sana? Tepat di depan pintu kamar hotel wanita itu? Apa yang kau lakukan?" Cal kembali menatap Thanos lurus, lelaki itu terlihat menyelidik.Thanos menyandarkan tubuhnya, bibirnya mengulaskan senyum tipis. "Aku akan memberitahumu, Cal. Tapi semuanya tak seperti yang kau pikirkan."Cal memiringkan kepalanya, mencoba untuk memahami sahabatnya itu. "Jadi, apa hubunganmu dengan wanita itu?""Aku hanya berenang - senang dengannya, Cal. Tentu saja aku membuat perjanjian. Kau pasti mengerti, bukan? Aku tak mengizinkan lelaki lain hadir selama ia terikat denganku. Dan dia melanggarnya.""Kau tidak waras, Thanos. Tidak ada hubungan seperti itu. Lalu apa yang kau lakukan padanya sampai tragedi itu terjadi, hmm?" Cal menatap tajam ke arah Thanos, lelaki itu terlihat begitu tenang setelah ia tahu jika tidak ada bukti lagi yang melibatkan dirinya."Tidak ada. Aku hanya memberinya peringatan. Dia baik - baik saja saat aku pergi, Cal. Kurasa pria yang bersamanya di hotel itu adalah pelakunya. Mungkin dia kembali lagi setelah tahu kalau Erica menjalin hubungan denganku," jelas Thanos."Aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu ini, Thanos. Kau selalu bermain - main dengan wanita. Mereka memiliki perasaan, kau tahu itu." Cal menunjukkan raut wajah tak senang kepada Thanos, ia terlihat kecewa dengan perilaku sahabatnya yang tak berubah itu.""Wanita - wanita itu hanya membutuhkan uangku. Mereka tahu siapa aku. Itu bukan cinta, Cal." Thanos mengatakan itu dengan lirih, sebuah nada putus asa terdengar dengan jelas.Cal menarik napas panjang, ia lantas menepuk pundak Thanos, "Kurasa kau hanya belum bertemu dengan orang yang tepat, Thanos. Tidak semua wanita seperti itu. Oh, ya, kudengar lelaki bernama Brian ingin pembunuhnya segera ditemukan.""Brian?""Kakak lelaki Erica. Kau tidak tahu?" Cal kembali menautkan alisnya. Dan Thanos menggeleng pelan sembari memutar - mutar pena di tangannya."Aku tidak tahu.""Kuharap dia tidak curiga padamu, Thanos. Kita tidak tahu pasti apakah wanita itu pernah mengatakan sesuatu tentangmu kepada Brian."Thanos terdiam, selama ini ia tidak pernah memikirkan itu. Ia bahkan tak peduli tentang keluarga Erica, karena Thanos memang tak ingin menjalin hubungan serius dengan wanita itu. Jadi, untuk apa ia harus tahu?"Kau berpikir terlalu jauh, Cal. Kurasa tidak ada gunanya Erica menceritakan itu kepada Brian. Sejak semula ia tahu kalau aku tidak akan pernah menikahinya," ucap Thanos yakin."Thanos, aku hanya tidak ingin kau terlibat dalam suatu masalah. Kau adalah CEO di sini, kau harus tahu bagaimana bersikap." Cal kembali mengingatkan Thanos akan hal itu. Lelaki tampan itu hanya tersenyum, seakan menertawakan Cal yang begitu mencemaskan dia."Aku tahu kau juga akan mengingatkan aku tentang lelaki tua itu, kan? Aku bosan mendengarnya, Cal." Thanos berdiri dan berjalan ke mini bar yang ada di dalam ruang kerjanya itu. "Mau segelas?""Oke," jawab Cal mengiyakan. Thanos meraih dua gelas kristal berkaki dan menuang wine dingin ke dalamnya, memberikan satu untuk Cal."Dia ayahmu, Thanos. Dia berusaha keras untuk membangun perusahaan ini dan melimpahkan semuanya padamu. Kau tidak harus membencinya."Thanos tersenyum tipis, meneguk wine itu hingga habis. Ia lantas kembali menatap Cal yang seolah tahu segalanya. "Kau tidak tahu apa - apa, Cal. Dibalik ini ada cerita yang tak kusukai darinya.""Katakan saja padaku, apa yang tidak aku tahu, Thanos." Cal kini menatap Thanos dengan pandangan berbeda, tatapan mata yang tadi seolah menuduh berubah menjadi lembut."Dia tidak mencintai ibuku. Aku tahu kalau dia memiliki wanita lain di luar sana, wanita - wanita yang tidak tahu malu. Dia tidak pernah tulus kepada ibuku. Wanita malang itu selalu menangis, aku sanggup merasakan luka itu setiap kali ia memelukku. Dia selalu mengatakan kalau dirinya baik - baik saja, tapi aku bisa melihat jika ia sangat menderita. Ada hal yang sepertinya aku tidak pernah tahu, dan tak seorangpun mau memberitahunya. Ibu bahkan menolak ayah saat ia ingin menyentuhnya." Thanos tersenyum kecut saat kenangan masa kecilnya kembali muncul di dalam ingatan."Kau melihatnya?" tanya Cal."Ya! Malam itu aku terbangun dan berjalan ke kamar mereka. Langkah kakiku terhenti saat aku mendengar suara tangis ibuku. Aku begitu ingin tahu dan melihat dari sebuah lubang kunci. Ayah memukul ibuku yang tanpa busana. Sekarang aku mengerti apa yang terjadi malam itu. Lelaki itu pasti kecewa, bukan? Ibu memang kerap menolak saat ayah ingin menyentuhnya, walau hanya berupa pelukan - pelukan kecil. Itu terlihat jelas.""Ibumu tahu kalau Tuan Megan bermain wanita di luar sana?""Kurasa begitu. Ibuku bukan wanita bodoh. Dia bertahan pasti demi aku.""Lalu kenapa sekarang kau mewarisi sikap ayahmu itu? Bukankah kau juga tahu kalau itu akan melukai mereka?"Thanos tertawa mendengar kalimat terakhir Cal. "Melukai mereka katamu? Itu tidak benar. Mereka justru sangat menyukainya. Uangku, itu yang mereka sukai. Tidak berbeda jauh dengan wanita - wanita milik ayahku, bukan? Dia membutuhkan sentuhan yang tak diberikan ibuku, sementara mereka membutuhkan uang ayahku. Hubungan yang bagus. Tidak ada perasaan ataupun cinta." Terang Thanos dengan senyum lebar."Ayahmu... Kurasa dia menyesal, Thanos. Dia kecewa dengan perilakumu itu.""Sudah terlambat! Wanita yang ia nikahi sudah mati, Cal!" Mata Thanos membulat, wajah yang tadi menunjukkan ketenangan berubah tegang. Cal mengangguk dan menepuk pundak Thanos beberapa kali, setidaknya untuk menenangkan lelaki itu."Aku mengerti, tapi kau tidak harus membalasnya seperti itu, kan?""Aku hanya ingin dia melihat semua yang sudah ia lakukan di dalam diriku! Itu adalah hukuman yang tepat untuknya."Cal menghela napas panjang, Thanos seolah menjadi pribadi yang berbeda di matanya. Begitu dalamnya kebencian lelaki ini akan sang ayah, orang yang telah membesarkan namanya melalui De Aluna Company. Cal tak mengira kalau Thanos memiliki luka batin yang begitu dalam hingga menyiksa dirinya sendiri."Ayahmu telah lanjut usia, Thanos. Tak bisakah kau memaafkan dia? Semua yang kau dapat juga hasil kerja kerasnya, bukan?"Mata Thanos mengernyit saat membalas tatapan Cal. Ia terlihat tak senang dengan ucapan sahabatnya itu. "Jangan memberiku nasihat. Apakah dia menyesal dengan kematian ibuku? Aku tak pernah melihat itu di matanya. Wanita itu sangat baik dan lembut tapi dia membuat kematiannya menjadi lebih cepat. Semua itu karena apa? Karena perbuatan lelaki paruh baya itu. Dan aku sangat ingin dia merasakan hal yang sama. Bukankah ini yang namanya keadilan?"Thanos kembali meneguk wine itu. Entah sudah berapa gelas ia meminumnya. Lelaki itu berjalan dan berdiri menatap bagian bawah gedung perusahaannya itu, melalui kaca besar ruang kerjanya ia melihat seorang wanita yang sedang berjalan meninggalkan halaman gedung. Wanita berambut panjang dengan tubuh yang lumayan seksi di mata Thanos. Sesaat bibirnya terlihat mengulaskan senyuman."Siapa dia?" tanyanya lirih."Siapa?""Wanita yang baru saja meninggalkan gedung ini. Apakah dia salah satu pegawaiku?"Cal menautkan alisnya, pandangan matanya beralih kepada wanita itu yang dalam sekejap masuk ke dalam mobil hitam dan pergi dari sana."Itu Athena, dia memang bekerja di sini. Tepatnya dia adalah pegawai baru. Kenapa?" tanya Cal cemas.Thanos mengangguk, lelaki itu tidak menjawab namun bibirnya masih mengulaskan senyuman. Dan tampaknya Cal tahu apa yang sedang Thanos pikirkan itu.Athena berlari ke arah laut, namun tangan Thanos yang kuat menahan tubuh ramping wanita itu. Thanos berusaha memeluknya, meskipun Athena berontak sekuat tenaga.“Lepaskan aku. Aku tak akan membiarkannya!” teriak Athena, memukul-mukul tangan Thanos yang melingkar erat di pinggangnya.“Dia sudah pergi, Athena. Laut adalah tempat terbaik untuknya. Jangan mencari masalah, aku masih berbaik hati telah memberitahumu soal ini,” kata Thanos yang juga mengeraskan suaranya.“Apa? Berbaik hati? Pembunuh! Kau kejam, Thanos! Aku tak akan pernah membiarkanmu. Aku akan menarikmu ke dalam neraka seperti yang pernah kulakukan padamu!”Thanos terkesiap, matanya berkilat menatap Athena, “Apa maksudmu? Apa yang telah kau lakukan padaku, Athena?”Athena menyunggingkan senyum tipis, kelopak matanya melebar, seakan menantang pria di hadapannya ini. “Ya, aku adalah orang yang menayangkan video rekaman itu, Thanos. Aku adalah orang yang membuat hotel De Aluna jatuh bahkan sebelum dia beroperasi!”Thanos terba
Athena memiringkan kepalanya, memperhatikan lelaki yang kini berdiri di hadapannya dengan senyum mengembang. Sejenak kemudian ia terkejut, saat matanya menemukan noda darah di kemeja lelaki itu.“Kau ... apa yang terjadi denganmu, Ansel? Kau mengalami kecelakaan? Kenapa kau berdarah?” Athena terlihat begitu panik saat melihat lelaki itu.Thanos menggeleng, ia kemudian meraih Athena dan memeluknya. Sesaat Athena merasa ragu saat penciumannya menemukan aroma yang berbeda. Athena mendongak, memperhatikan dengan seksama lelaki itu, tidak ada yang berbeda. Namun entah kenapa Athena merasa tak senyaman ini?“Ini bukan darahku, Athena. Namun dia mengotori kemejaku. Apakah kau bisa mengambil kemeja yang baru untukku?” ucap Thanos selembut mungkin.“Tentu, aku akan mengambilnya. Lepaskan kemejamu, biar aku mencucinya.” Athena mendekat berniat untuk melepaskan kemeja itu dari tubuh Thanos.“Tidak, aku saja. Kemeja ini sudah kotor, aku tak ingin memakainya lagi. Aku akan membuangnya,” tukas Than
“Apakah kau yakin akan menemui dia, Tuan? Bagaimana kalau Tuan Megan mengetahuinya?” lelaki yang menjemput Thanos itu tampak cemas, sepertinya ia enggan untuk melakukan perintah Thanos padanya.“Berikan kunci mobilnya, kau cukup mengatakan kepada ayahku kalau aku sudah berada di bandara. Pergilah sebelum aku benar-benar membunuhmu,” ucap Thanos meminta kunci mobil itu darinya.Lelaki itu dengan terpaksa memberikan kunci mobilnya, diletakkannya koper besar itu ke dalam bagasi, “Kau tahu apa yang harus kau katakan, bukan?” Thanos menepuk pundak lelaki itu dan melajukan mobilnya dengan cepat, meninggalkan lelaki yang hanya bisa menatap kepergiannya dengan perasaan tak menentu. Barangkali setelah ini, ia akan memilih untuk meninggalkan De Aluna selamanya....Thanos menghentikan mobilnya, tepat di depan rumah yang kini dihuni oleh Ansel dan Athena. Cukup lama ia mengamati rumah itu, menunggu dengan tak sabar.Pintu rumah itu pun terbuka, matanya membulat saat melihat Athena yang masih men
“Athena, apakah kau benar-benar ingin menikah dengan pesta sederhana ini? Kita bahkan tak mengundang banyak orang. Hanya kerabat dekat dan sahabat. Apakah kau akan baik-baik saja dengan itu?” Ansel membelai lembut rambut Athena yang masih basah, lelaki itu meraih pengering rambut yang sedang dipegang Athena, membantunya dengan penuh perasaan.“Aku hanya ingin menikah denganmu, Ansel. Pesta itu ucapan syukur, tidak perlu melibatkan banyak orang. Aku hanya membutuhkan kau,” ucap Athena yang menatap Ansel dari pantulan cermin bulat di hadapannya.“Aku lega mendengar itu, aku hanya merasa bersalah kalau tak mampu memberimu kebahagiaan di hari istimewa itu. Athena, rasanya aku tak sabar menunggu hari itu.”“Tinggal beberapa hari, kurasa kita harus segera berkemas dan pergi ke Malvarrosa, bukan? Akan ada banyak hal yang harus kita persiapkan. Kita harus menilik apakah semua kebutuhan telah sesuai.”“Ya, bagaimana kalau besok? Sepertinya kita tak memiliki banyak waktu untuk memastikan semuan
“Sekarang kau tahu kalau Ayah tak akan membiarkanmu mendekam di penjara itu? Semua bisa Ayah lakukan untukmu, Thanos. Pergilah diam-diam ke Inggris, seseorang akan menjemputmu di sana. Ini paspormu, untuk sementara Ayah mengganti identitasmu. Kau lihat, jika hukum pun dapat Ayah beli.” Lelaki itu meletakkan paspor di hadapan Thanos, bibirnya melengkung puas dengan semua yang telah ia lakukan.Thanos meraih buku kecil itu, melihat isinya. “Kenan?” ucapnya yang kemudian menatap Megan.“Ya, itu namamu sekarang, Kenan. Jangan melupakan nama itu saat kau berada di sana,” jelas Megan.“Lantas, apa yang akan kulakukan di sana? Izinkan aku bertemu Athena,” pinta Thanos.“Athena? Kau sudah tidak waras? Tak seorang pun boleh mengetahuinya, termasuk Athena. Wanita itu akan menjadi adik iparmu sebentar lagi.”Thanos menggeleng, “Athena tidak boleh menikah dengan dia! Athena milikku!” tegas Thanos yang kini menegakkan tubuhnya itu.“Buka matamu, Thanos. Saat ini tidak ada yang lebih penting selain
Athena memeluk Ansel begitu bertemu dengan lelaki itu, seakan dia begitu merindukannya. Ansel membalas pelukannya, mencubit gemas pipi Athena yang dingin.“Seharusnya kau memberitahuku, Athena. Kita bisa pergi bersama-sama. Lihat pipimu begitu dingin dan memerah. Mau kubuatkan segelas susu hangat?” ucap Ansel seraya membawa Athena masuk ke dalam kamar mereka.“Di luar sangat dingin, Ansel, meski mereka memakai penghangat di dalam bus,” kata Athena melepaskan mantel tebalnya.“Oh, ya, Ansel, aku berjanji kepada ibumu untuk memberinya sebuah mantel. Musim dingin kali ini sepertinya datang lebih cepat.”Ansel mengangguk, kembali mendekap wanita itu erat, “Terima kasih, Athena, kau sangat perhatian terhadap ibuku.”“Dia juga akan menjadi ibuku, Ansel. Kane sangat baik, bagaimana aku tidak peduli padanya?”“Aku benar-benar beruntung memilikimu, Athena.”“Baiklah, apakah kau akan membuat segelas susu untukku?”Ansel tertawa kecil, lelaki itu melepaskan Athena dari pelukannya, “Baiklah, aku







