LOGIN"Aku tak menyangka kau yang bersama Thanos, Athena." Cal membuka suara saat mereka telah meninggalkan restoran itu.
"Ya, dia mengundangku. Dan aku tidak bisa menolaknya." Athena mengatakan itu dengan lirih, jelas terlihat kalau wanita itu cukup tertekan. "Ah, kau terlihat sangat tidak nyaman dengan Thanos, ya? Dia memang begitu." Cal tertawa kecil mencoba untuk bersikap lebih tenang. Athena menoleh, menatap Cal sesaat. "Apakah dia kerap meminta pegawainya untuk menemani makan malam, Cal? Tapi kenapa aku merasa ini sangat aneh.""Aneh? Kenapa?" Cal berpaling menatap Athena di sisinya. "Karena aku bukan pegawai yang memiliki jabatan khusus, kan? Kenapa dia memintaku? Cal, kau sangat dekat dengannya. Kau tahu sesuatu?" Cal menautkan alisnya, "Tahu tentang apa?" "Rumor itu. Seseorang mengatakannya padaku." Cal terhenyak, lelaki itu dengan cepat kembali berpaling ke arah Athena, "Rumor... Tentang apa?" "Sebenarnya, aku juga tidak percaya tapi aku hanya ingin tahu. Erica, kau pasti tahu tentang kasusnya, kan?" "E-ri-ca?" Cal hampir mengatakan itu dengan terpekik, tapi ia segera menguasai diri dengan cepat. "Sepertinya kau tahu, Cal. Apakah itu benar? CEO kita terlibat di dalamnya?" "Mana mungkin! Dia bersih, Athena. Kau jangan mudah percaya dengan kabar seperti itu. Lagipula kasusnya masih berjalan, kan? Thanos bukan orang yang bisa melakukan tindakan keji seperti itu." Cal mengatakan itu dengan gugup, ia bahkan tak melihat Athena saat mengatakannya. "Ya, kurasa itu memang tidak mungkin, Lagipula bagaimana bisa seorang CEO ternama seperti dia terlibat pembunuhan seperti itu. Lagipula aku sudah mencari tahu siapa Erica, dia juga bukan wanita baik - baik." Ucap Athena. "Itu benar, dia memang bukan wanita baik - baik. Dia memiliki banyak sekali teman lelaki, kita tidak tahu siapa pelakunya. Jadi, kau jangan khawatir tentang itu, oke?" Athena mengangguk, "Aku juga berpikir kalau itu tidak benar." Athena kembali menghela napas panjang, ia sangat ingin mengatakan kepada Cal tentang rasa tidak nyamannya saat bersama Thanos, tapi Athena juga takut kalau Cal akan menceritakan kecemasannya itu kepada Thanos mengingat hubungan mereka yang cukup dekat. "Di sana! Aku turun di sana saja!" Athena menunjuk sebuah halte bus di sisi kanan jalan. Halte itu masih berjarak beberapa kilometer dari rumah Athena. "Tapi, aku harus mengantarmu sampai ke rumah, Athena. Itu pesan Thanos padaku." Sahut Cal menolak. "Aku ingin pergi ke suatu tempat, Cal. Kau tidak harus mengatakan ini kepada Thanos, kan? Aku memiliki janji dengan seseorang," pinta Athena yang tak ingin merepotkan Cal lebih banyak lagi. "Baiklah, kalau begitu. Tapi tolong kabari aku begitu kau sampai, oke? Karena aku harus memberi laporan kepada Thanos. Kau pasti sudah mengenal dia walau sedikit, kan?" Athena tersenyum, "Tampaknya bukan hanya aku yang tak bisa menolak semua perintah Thanos, ya?" Cal menepikan mobilnya, menatap Athena yang turun dari sana. "Athena, kuharap kau jangan menyukai dia." Athena tersenyum kecil, perkataan itu terdengar lucu di telinganya. "Itu tidak mungkin, Cal. Aku tahu siapa diriku." "Bu... Bukan itu maksudku. Aku hanya..." Cal tak dapat melanjutkan kalimatnya, lelaki itu memilih untuk melambaikan tangan. "Sampai jumpa besok, Athena." "Oke, jaga dirimu, Cal. Terima kasih sudah mengantar." ... Athena merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, ia sengaja melakukan itu. Lagipula untuk apa Thanos datang ke rumahnya? Padahal hubungan mereka juga tidak sedekat itu. Baru saja ia memikirkan perihal pertemuannya dengan Thanos tadi, ponselnya kembali bergetar. sebuah pesan yang datang dari Thanos cukup membuatnya terkejut. "Lagi?" Gumam Athena seraya membaca pesan itu. "Cal mengantarmu sampai ke rumah, kan? Kuharap kau tidak berpikir hal buruk tentangku, Athena." Tulis Thanos di sana. "Apa ini, dia masih saja membuatku tak bisa menjawab dengan benar. Astaga, ada apa dengannya?" "Tentu saja. Terima kasih untuk makan malamnya." Athena membalas pesan itu, pesan yang sebenarnya tak ingin ia terima. "Apa sebutan untuk lelaki seperti ini? mengintimidasi lawan bicaranya, membuatnya tak bisa berkata tidak. Mungkin, inilah yang membuat dia selalu memenangkan sebuah tender. tak seorangpun bisa membantah, bahkan Cal. Demi apa sehingga aku bisa terlibat dengan dia? Pertemuan selanjutnya? Aku tak bisa melepaskan pekerjaanku begitu saja hanya untuk menghindar, kan?" Athena meraih selimut dan menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut itu. Sepertinya besok akan menjadi awal di mana ia harus berhadapan dengan Thanos. "Aku bahkan tak bisa membayangkan itu!" Athena kembali membuka selimutnya, semenjak pertemuannya dengan Thanos ia mengalami insomnia!"Aku tak bisa membiarkan ini! Kenapa juga lelaki itu terus berputar - putar di kepalaku. Tunggu, apakah aku takut padanya? Tidak, kurasa aku hanya merasa tak nyaman." Athena terus bergumam, wanita itu meraih gelas susu hangat di sisi meja dan meneguknya hingga habis. ... "Athena! Kau di dalam?" Suara itu terdengar nyaring di luar sana, diikuti dengan ketukan pintu. Athena membuka matanya, dan melompat saat melihat cahaya terang dari balik gorden jendela kamarnya. "Aku terlambat!" Pekik Athena sambil berlari menuju kamar mandi dan bersiap - siap. "Athena!" Suara tak asing itu masih memanggil, ia tak begitu sabar untuk menunggu. "Ya! Aku sudah bangun!" Seru Athena dari dalam seraya membuka pintu. "Kau ingin dipecat, hah!" Wanita cantik di muka pintu menatap dengan mata membulat, sementara Athena bergegas menyambar tas dan mengecup pipi tetangga serta teman dekatnya itu. "Terima kasih sudah membangunkanku, akan kuceritakan nanti sepulang kerja, oke?" Athena berlari menuju halte bus, ia ragu apakah bus akan kembali datang sebentar lagi. ... "Kau terlambat!" Lelaki bertubuh jangkung yang dikenal sebagai kepala personalia itu menatap tajam. Sementara Athena hanya tersenyum kecil. "Aku minta maaf, ini tidak akan terulang lagi." Athena berkata lirih. "Tapi kau tetap harus diberi peringatan, Athena!" kata lelaki itu tak sabar. "Ya, aku mengerti." "Peringatan apa yang kau maksud?" Lelaki itu tersentak saat mendengar suara Thanos di belakang tubuhnya. Ia segera berbalik dan sedikit membungkuk sekedar untuk menunjukkan kesopanannya. "Dia terlambat, Tuan. Saya memberinya peringatan," kata lelaki itu bangga. Thanos menatap Athena, di mana Athena memilih untuk diam dan tidak membalas mata Thanos. "Tidak perlu. Dia terlambat karena aku memintanya melakukan sesuatu. Kau boleh pergi, Athena." "Terima kasih," sahut Athena yang juga terkejut dengan ucapan Thanos itu. Thanos kembali menatap kepala personalia, membuat lelaki itu canggung. "Lain kali jangan lakukan itu padanya, kau tidak berhak membentak dia!" "Tapi, saya hanya melakukan pekerjaan saya, Tuan."Thanos kembali berbalik menatap lelaki itu tak senang, "Kau melawanku?" "Tidak. Maafkan, saya." "Bagus!" Thanos tersenyum miring, dan lelaki itu hanya menunduk hingga Thanos meninggalkan tempat itu.Athena berlari ke arah laut, namun tangan Thanos yang kuat menahan tubuh ramping wanita itu. Thanos berusaha memeluknya, meskipun Athena berontak sekuat tenaga.“Lepaskan aku. Aku tak akan membiarkannya!” teriak Athena, memukul-mukul tangan Thanos yang melingkar erat di pinggangnya.“Dia sudah pergi, Athena. Laut adalah tempat terbaik untuknya. Jangan mencari masalah, aku masih berbaik hati telah memberitahumu soal ini,” kata Thanos yang juga mengeraskan suaranya.“Apa? Berbaik hati? Pembunuh! Kau kejam, Thanos! Aku tak akan pernah membiarkanmu. Aku akan menarikmu ke dalam neraka seperti yang pernah kulakukan padamu!”Thanos terkesiap, matanya berkilat menatap Athena, “Apa maksudmu? Apa yang telah kau lakukan padaku, Athena?”Athena menyunggingkan senyum tipis, kelopak matanya melebar, seakan menantang pria di hadapannya ini. “Ya, aku adalah orang yang menayangkan video rekaman itu, Thanos. Aku adalah orang yang membuat hotel De Aluna jatuh bahkan sebelum dia beroperasi!”Thanos terba
Athena memiringkan kepalanya, memperhatikan lelaki yang kini berdiri di hadapannya dengan senyum mengembang. Sejenak kemudian ia terkejut, saat matanya menemukan noda darah di kemeja lelaki itu.“Kau ... apa yang terjadi denganmu, Ansel? Kau mengalami kecelakaan? Kenapa kau berdarah?” Athena terlihat begitu panik saat melihat lelaki itu.Thanos menggeleng, ia kemudian meraih Athena dan memeluknya. Sesaat Athena merasa ragu saat penciumannya menemukan aroma yang berbeda. Athena mendongak, memperhatikan dengan seksama lelaki itu, tidak ada yang berbeda. Namun entah kenapa Athena merasa tak senyaman ini?“Ini bukan darahku, Athena. Namun dia mengotori kemejaku. Apakah kau bisa mengambil kemeja yang baru untukku?” ucap Thanos selembut mungkin.“Tentu, aku akan mengambilnya. Lepaskan kemejamu, biar aku mencucinya.” Athena mendekat berniat untuk melepaskan kemeja itu dari tubuh Thanos.“Tidak, aku saja. Kemeja ini sudah kotor, aku tak ingin memakainya lagi. Aku akan membuangnya,” tukas Than
“Apakah kau yakin akan menemui dia, Tuan? Bagaimana kalau Tuan Megan mengetahuinya?” lelaki yang menjemput Thanos itu tampak cemas, sepertinya ia enggan untuk melakukan perintah Thanos padanya.“Berikan kunci mobilnya, kau cukup mengatakan kepada ayahku kalau aku sudah berada di bandara. Pergilah sebelum aku benar-benar membunuhmu,” ucap Thanos meminta kunci mobil itu darinya.Lelaki itu dengan terpaksa memberikan kunci mobilnya, diletakkannya koper besar itu ke dalam bagasi, “Kau tahu apa yang harus kau katakan, bukan?” Thanos menepuk pundak lelaki itu dan melajukan mobilnya dengan cepat, meninggalkan lelaki yang hanya bisa menatap kepergiannya dengan perasaan tak menentu. Barangkali setelah ini, ia akan memilih untuk meninggalkan De Aluna selamanya....Thanos menghentikan mobilnya, tepat di depan rumah yang kini dihuni oleh Ansel dan Athena. Cukup lama ia mengamati rumah itu, menunggu dengan tak sabar.Pintu rumah itu pun terbuka, matanya membulat saat melihat Athena yang masih men
“Athena, apakah kau benar-benar ingin menikah dengan pesta sederhana ini? Kita bahkan tak mengundang banyak orang. Hanya kerabat dekat dan sahabat. Apakah kau akan baik-baik saja dengan itu?” Ansel membelai lembut rambut Athena yang masih basah, lelaki itu meraih pengering rambut yang sedang dipegang Athena, membantunya dengan penuh perasaan.“Aku hanya ingin menikah denganmu, Ansel. Pesta itu ucapan syukur, tidak perlu melibatkan banyak orang. Aku hanya membutuhkan kau,” ucap Athena yang menatap Ansel dari pantulan cermin bulat di hadapannya.“Aku lega mendengar itu, aku hanya merasa bersalah kalau tak mampu memberimu kebahagiaan di hari istimewa itu. Athena, rasanya aku tak sabar menunggu hari itu.”“Tinggal beberapa hari, kurasa kita harus segera berkemas dan pergi ke Malvarrosa, bukan? Akan ada banyak hal yang harus kita persiapkan. Kita harus menilik apakah semua kebutuhan telah sesuai.”“Ya, bagaimana kalau besok? Sepertinya kita tak memiliki banyak waktu untuk memastikan semuan
“Sekarang kau tahu kalau Ayah tak akan membiarkanmu mendekam di penjara itu? Semua bisa Ayah lakukan untukmu, Thanos. Pergilah diam-diam ke Inggris, seseorang akan menjemputmu di sana. Ini paspormu, untuk sementara Ayah mengganti identitasmu. Kau lihat, jika hukum pun dapat Ayah beli.” Lelaki itu meletakkan paspor di hadapan Thanos, bibirnya melengkung puas dengan semua yang telah ia lakukan.Thanos meraih buku kecil itu, melihat isinya. “Kenan?” ucapnya yang kemudian menatap Megan.“Ya, itu namamu sekarang, Kenan. Jangan melupakan nama itu saat kau berada di sana,” jelas Megan.“Lantas, apa yang akan kulakukan di sana? Izinkan aku bertemu Athena,” pinta Thanos.“Athena? Kau sudah tidak waras? Tak seorang pun boleh mengetahuinya, termasuk Athena. Wanita itu akan menjadi adik iparmu sebentar lagi.”Thanos menggeleng, “Athena tidak boleh menikah dengan dia! Athena milikku!” tegas Thanos yang kini menegakkan tubuhnya itu.“Buka matamu, Thanos. Saat ini tidak ada yang lebih penting selain
Athena memeluk Ansel begitu bertemu dengan lelaki itu, seakan dia begitu merindukannya. Ansel membalas pelukannya, mencubit gemas pipi Athena yang dingin.“Seharusnya kau memberitahuku, Athena. Kita bisa pergi bersama-sama. Lihat pipimu begitu dingin dan memerah. Mau kubuatkan segelas susu hangat?” ucap Ansel seraya membawa Athena masuk ke dalam kamar mereka.“Di luar sangat dingin, Ansel, meski mereka memakai penghangat di dalam bus,” kata Athena melepaskan mantel tebalnya.“Oh, ya, Ansel, aku berjanji kepada ibumu untuk memberinya sebuah mantel. Musim dingin kali ini sepertinya datang lebih cepat.”Ansel mengangguk, kembali mendekap wanita itu erat, “Terima kasih, Athena, kau sangat perhatian terhadap ibuku.”“Dia juga akan menjadi ibuku, Ansel. Kane sangat baik, bagaimana aku tidak peduli padanya?”“Aku benar-benar beruntung memilikimu, Athena.”“Baiklah, apakah kau akan membuat segelas susu untukku?”Ansel tertawa kecil, lelaki itu melepaskan Athena dari pelukannya, “Baiklah, aku







