Share

Menebus dosa

Seluruh keluarga Sinarta datang ke kediaman Barat. Sebuah pemukiman elit dimana para orang kaya berkumpul. Walaupun keluarga Sinarta tak kalah kaya, tapi hari ini mereka datang bukan sebagai tamu. Mereka datang sebagai pengakuan dosa atas semua perbuatan kriminal yang dilakukan Hyu.

Sebagai orang yang memiliki pengalaman 22 tahun dipenjara, tentu saja psikologi Hyu sedikit terguncang. Keberanian, pemberontakan dan harga diri yang ia miliki telah lama hilang ditelan waktu. Walaupun ia sekarang berumur 18 tahun, tapi secara psikologis dia adalah seorang paruh baya. Kepengecutan telah mendarah daging didalam dirinya.

Saat ia datang ke rumah Barat, tentu saja ia takut setengah mati. Apalagi kali ini ia akan berhadapan dengan orang yang menodongkan pistol di kehidupan sebelumnya. Ia takut bertemu ayah Nayla, takut ia tak mampu meyakinkan orang itu.

Saat keluarga Sinarta datang, hampir semua keluarga Barat berkumpul. Mereka menunggu untuk melecehkan Hyu dan membalas dendam. Setelah lama menunggu, akhirnya kedua keluarga berhadap-hadapan.

Heri yang melihat bajingan yang melecehkan anaknya langsung marah seketika. Ia maju dan memukul Hyu dengan keras. Tak ada perlawanan dari laki-laki itu membuat Heri semakin bringas.

Keluarga Sinarta hanya mampu melihat anak mereka dipukuli dengan keras. Tak ada yang berani membantu, karena mereka tau anak mereka salah kali ini. Nyonya Dea hanya mampu memeluk suaminya dengan mata tertutup, tak lupa air mata yang tak bisa ia bendung terlihat sangat jelas mengalir di pipinya. Ia tak sanggup melihat anaknya dipukuli seperti itu. Sang suami hanya mampu menghibur dengan mengelus punggung istrinya.

Keluarga Barat terlihat puas dengan semua yang dilakukan Tuan Heri. Seolah-olah kekesalan dan amarah mereka telah terwakili. Para pelayan yang ikut menonton hanya mampu menunduk tak berani melihat. Bahkan ada yang menangis ketakutan. Bagaimanapun hampir semua pelayan telah mengabdi pada keluarga barat berpuluh-puluh tahun. Mereka merawat dan membesarkan Nayla seperti anak mereka sendiri.

Saat Tuan Heri mulai lelah, ia berhenti dengan nafas yang terengah-engah. "Berdiri!" Ucapnya memerintah.

Rasa sakit di sekujur tubuh Hyu masih terasa hingga sekarang. Jika memaksa bergerak, mungkin seketika ia akan pingsan karena kesakitan. Namun tekat yang ia miliki telah bulat. Ia diberi anugerah oleh Tuhan untuk memperbaiki kesalahan nya. Bagaimana bisa ia menyia-nyiakan kesempatan seperti itu.

Dengan gerakan kecil, Hyu perlahan mulai bangkit dan duduk dengan bersimpuh. Hampir semua bagian wajahnya bengkak dan dipenuhi oleh darah. Terlihat sangat mengerikan, ia tak berani mengangkat wajahnya karena takut ibunya ketakutan.

"Tidak ingin mengatakan sesuatu?"

Mendengar suara Tuan Heri yang mengintimidasi, Hyu segera menunduk lebih dalam. Hampir semalaman ia berfikir untuk menjawab pertanyaan sederhana itu. Tapi saat pertanyaan itu datang, semua jawaban di otaknya langsung menghilang entah kemana.

"Maafkan saya." Hanya itu yang mampu Hyu ucapkan. Ia tak punya alasan lagi untuk membela diri. 22 tahun ia telah merenung dan tak ada satu celah pun alasan yang membuatnya tak bersalah. Nayla ada korban dan dia adalah bajingannya. Itu adalah kesimpulan mutlak.

"Kamu berani melecehkan anak saya, kamu pikir kamu siapa?!" Sambil menendang Hyu dengan keras sekali lagi. "Kalau Nayla tidak hamil, saya akan menyeret kamu ke kandang buaya. Beruntung Nayla memaafkan mu dan mau menikah. Anakku terlalu lembut untuk bajingan seperti dirimu. Kalau aku tak ingat cucuku perlu ayah untuk hidup, aku sudah membakar mu sejak lama."

Mendengar nama Nayla dan anaknya disebut, perasaan Hyu semakin memanas. Ia adalah pendosa yang membuat dua orang itu meninggal.

Nayla memaafkan dan rela menikah dengannya, semua itu demi anak yang ada diperutnya saat ini. Hidup bersama orang yang melecehkannya dan membuat harga dirinya terluka. Bahkan harus diperlakukan dingin oleh suaminya sendiri. Hyu menunduk menyesal, betapa bejat nya ia saat itu. Apalagi ia tak segan menawarkan prosedur aborsi pada gadis sebaik itu.

Hyu tak bisa membayangkan betapa hancur hati Nayla saat menyetujui sarannya yang bodoh itu. Sekarang ia ingin memukul dirinya sendiri karena tak berguna.

Hyu langsung membenturkan kepalanya ke lantai dengan keras. Suara itu membuat ibunya takut setengah mati. Saat ibunya mendekat ingin menghibur, ayahnya menarik sang istri dan menggeleng pelan.

"Biarkan putra kita menyelesaikan masalahnya sendiri."

"Tapi dia masih terlalu muda untuk menghadapi masalah sebesar ini." Sambil menangis pelan.

"Dia sudah dewasa Dea. Dia akan menjadi seorang Ayah, itu artinya dia sudah dewasa."

Kata-kata sang Ayah membuat tekat Hyu semakin tajam. Ia berusaha mengingat semua kata-kata bagus untuk meyakinkan Ayah Nayla untuk menerimanya.

"Aku meminta maaf. Aku salah dan aku tau itu. Berikan aku kesempatan untuk menebusnya, aku akan membahagiakan Nayla seumur hidupku. Aku akan menyerahkan semua yang aku punya untuk membuatnya bahagia."

Mendengar pernyataan Hyu, Heri tersenyum remeh. "Apa yang kurang dari anakku? Tanpa kamu anak saya sudah bahagia. Dia hidup dengan dimanjakan oleh kemewahan. Hidupnya selalu dilayani dengan kasih sayang. Laki-laki banyak mengantri untuk mengajaknya berkencan. Atas dasar apa kamu merasa pantas untuk mendapatkan anak saya?!"

Hyu tak memiliki bantahan, ia mengakui semua yang diucapkan Ayah Nayla. Nayla adalah gadis sempurna yang dipuja semua orang. Gadis yang diimpikan, gadis yang penuh dengan kemewahan. Bahkan sehelai rambutnya pun tak pantas untuk ia sentuh.

Gadis Phoenix yang di cintai semua orang.

Kaya, pintar dan baik. Tak ada celah untuk menghina gadis sesempurna itu. Sekarang Hyu semakin tersadarkan betapa idiotnya ia dimasa lalu. Kenapa ia tak pernah menyadari betapa beruntungnya ia menikahi gadis sesempurna Nayla.

Sekarang Hyu hanya mampu berlutut dengan memohon sekuat tenaga.

"Hidup saya jaminannya. Jika saya menyakiti Nayla di masa depan, saya menjamin keluarga saya tak akan menuntut apapun pada anda saat membunuh saya suatu saat nanti."

Jaminan itu membuat hati ibunya hancur. Ia takut Nayla sedikit pendendam dan menjadikan jaminan itu untuk mengancam nyawa putranya. Tapi apa daya, itu adalah cara puteranya untuk bertanggung jawab. Sebagai orang tua, ia hanya mampu mendukung.

Heri langsung menatap pengacaranya dengan sedikit sengit. "Kamu dengar itu? Cantumkan semua yang dia ucapkan tadi di buku perjanjian pranikah. Semua syarat harus mementingkan keselamatan putriku dimasa depan. Jika sesuatu terjadi pada putriku, bahkan nyawamu tidak akan cukup untuk menutup semua kemarahan yang aku punya. Jangan salahkan aku untuk membuat keluarga mu merasakan hal yang sama."

Ancaman itu segera terukir dihatinya. Ia terus berjanji didalam hati, bahwa masa depannya dan Nayla tak akan sama seperti kehidupan sebelumnya. Nayla akan selalu bahagia bersamanya. Itu adalah janji yang akan ia genggam hingga akhir hayatnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status