Kaidar, melihat situasi memburuk, dia menggertakkan gigi. Wajahnya berubah gelap, dan dia berbalik ingin melarikan diri.“Saudara Nathan, dia kabur!” teriak Bachira.Dalam sekejap, Nathan melompat, tubuhnya melesat ke depan dan mendarat tepat di jalur pelarian Kaidar.Dengan Pedang Aruna di tangan, dia berdiri menghadang. “Apakah kamu ingin pergi?” tanyanya datar, nyaris tanpa emosi.Kaidar menghentikan langkahnya, wajahnya dipenuhi keringat dingin. “Nathan… ayahku… ayahku sedang mengasingkan diri. Jika kamu membunuhku sekarang, dia tidak akan tinggal diam… dia akan membalas dendam. Kau tidak akan hidup tenang!” Dia berusaha mengancam, tapi suaranya gemetar.Nathan hanya tersenyum tipis. Matanya menyala penuh niat membunuh. “Kau seharusnya bersyukur ayahmu mengasingkan diri. Kalau dia ada di sini, aku akan membunuhnya juga!”Kaidar tahu—tak ada yang bisa menyelamatkannya. Tapi dia tidak ingin mati begitu saja. Dengan gerakan secepat kilat, dia mengeluarkan sebuah belati berwarna merah
“Maju kalian semua,” katanya lirih. “Aku akan menebas kalian satu per satu.”Nathan melompat seperti kilat. Tubuhnya membelah udara menuju Kaidar. Namun para ahli keluarga Winaya segera mengepung, tak ingin membiarkan Nathan mendekat.Langit seolah meredup.Puluhan cahaya teknik, energi para kultivator hitam, dan senjata sihir menghantam Nathan dari segala arah. Tapi dia berdiri kokoh, membiarkan tubuhnya dihantam, namun dia tak bergeming.Dia bergerak di antara mereka seperti badai. Tinju, tendangan, dan sabetan energi saling membentur, tapi Nathan tetap mendesak maju.Para sosok Villain mulai panik. Tidak satu pun dari mereka yang menyangka bahwa Nathan mampu menahan serangan bersamaan dari belasan ahli dan masih berdiri.Dalam kekacauan itu, Nathan mencabut pedang Aruna dari punggungnya. Bilahnya menyala dalam kobaran api merah menyala. “Terbanglah,” katanya lirih.Nathan mengayunkan pedangnya.Seekor naga api keluar dari ayunan itu, meraung dengan kekuatan langit. Gelombang panas
“Aku tidak pernah lupa akan janjiku,” jawab Nathan, suaranya dalam dan dingin. “Kau akan mati malam ini.”Buk! Buk!Nathan melempar kepala-kepala itu ke kaki Kaidar. Bunyi daging membentur tanah memecah keheningan. Para penjaga keluarga Winaya sontak mengepung. Suara logam, gesekan langkah terdengar dengan jelas, aura kuat membubung di sekeliling.“Nathan!” teriak salah satu pemimpin pengawal. “Jangan kira Ryujin akan turun tangan menyelamatkanmu!” Kaidar melangkah maju. Mata dinginnya bersinar di bawah cahaya bulan.“Aku tak butuh sosoknya,” Nathan menjawab, senyum dingin menggantung di bibir. “Aku cukup dengan dendamku.”Aura Kaidar berubah. Satu gerakan tangannya, dan para sosok Villain melompat keluar dari bayang-bayang. Tubuh-tubuh mereka menjulang dan memelintir realitas di sekitar, mengeluarkan desis, raungan, dan dentum energi.“Serahkan Batu Mata Naga!” bentak Kaidar. “Benda itu milikku, dan kau tak pernah layak menyentuhnya.”Nathan memejamkan mata sejenak. Cahaya keemasan
Sancho menatap Jazer sebentar, lalu mengangguk tanpa ragu. “Ya. Tapi dia terlalu lemah. Dan sekarang dia sudah mati.”Beberapa kepala keluarga saling pandang tak percaya seorang pemimpin sekelas Sancho bisa mengendalikan kultivator hitam.“Sebenarnya… siapa kau?”“Bagaimana mereka bisa mematuhi perintahmu?”Sancho hanya tertawa kecil. “Kalian tidak perlu tahu siapa aku. Tapi kalian perlu tahu satu hal penting. Sekarang, kita semua sudah berada di atas perahu yang sama.”Tiba-tiba, aura gelap menyelimuti ruangan.Bukan dari Sancho melainkan dari seseorang di balik punggungnya.Aura itu mencekik, menyerang setiap jiwa yang ada. Membuat semua kepala keluarga, termasuk Jazer yang sudah mencapai tahap Villain, berlutut secara mental.“A-Apa ini… kekuatan macam apa ini?!”Ketakutan merambat di wajah mereka.Sancho hanya berdiri tenang, membiarkan kekuatan itu menyelimuti ruangan selama beberapa detik, lalu menghilang secepat datangnya.Hening menyelimuti ryangan.Jazer dan yang lain bangkit
Sementara itu, di dalam organisasi Martial Shrine.Jauh dari kekacauan Keluarga Winaya, Sancho mengumpulkan beberapa kepala keluarga dari sebuah aliansi bela diri rahasia.Di antara mereka hadir juga Jazer dari Keluarga Zellon, serta beberapa tokoh penting lainnya.Namun malam itu berbeda.Di pojok ruangan, berdiri beberapa sosok berpakaian serba hitam. Wajah mereka tersembunyi di balik kain gelap. Aura mereka sunyi, tapi memancarkan tekanan mengerikan.Beberapa kepala keluarga tampak gugup.“Siapa mereka?” Sancho memecah keheningan, matanya menyapu sosok-sosok misterius itu. “Mereka bukan bagian dari Martial Shrine?”“Kalian pasti sudah dengar. Dalam satu malam, enam organisasi hilang dari dunia!”“Nathan sedang mengguncang tatanan, dan itu membuat kita harus waspada.”Kepala-kepala keluarga mengangguk. Salah satu dari mereka bersuara. “Keberaniannya melampaui akal. Tapi kita tidak bisa membiarkannya terus begini.”“Yang menjadi masalah utama adalah Ryujin. Jika bukan karena dia, Nat
Langit malam di kota Moniyan begitu tenang, seperti tak pernah mengenal perang. Tapi ketenangan itu segera direnggut oleh kehadiran sosok bertudung hitam yang berjalan melewati gerbang kota.Nathan mengenakan jubah panjang hitam dan topi lebar yang menutupi sebagian wajahnya. Dalam bayang-bayang itu, matanya menyala dingin dan penuh kematian. Ia tidak terlihat seperti pahlawan, tidak juga seperti penjahat. Ia terlihat seperti sosok malaikat penghakiman!Hal pertama yang ia lakukan menghubungi Milan. "Berikan aku seluruh daftar keluarga dan organisasi bela diri yang berada di bawah Keluarga Winaya," katanya cepat.Milan, meski tak tahu rencana Nathan, tetap mengirimkannya. Karena saat Nathan berbicara seperti itu, tidak ada ruang untuk pertanyaan.Saat Nathan membaca daftar itu, udara di sekelilingnya seperti membeku. Aura membunuh yang ia pancarkan begitu kental hingga membuat pejalan kaki di sekitar merasa mual dan berlari tanpa alasan. Dan nama pertama yang muncul dalam daftar itu a