Mag-log inNathan mengerang, lalu berteriak marah. “SIALAN!” Cahaya keemasan membungkus seluruh tubuhnya, mengalir dari nadi ke ujung rambut.“Kalau begitu…” Ia menatap ke atas, ke arah bola cahaya yang berputar di langit.“Aku akan menghancurkanmu dari sumbernya.”Patung batu itu menyerap kekuatan spiritual dengan rakus, seperti makhluk kelaparan yang baru mencium darah. Udara di atas Benua Monarch kembali bergetar hebat, langit berdenyut oleh cahaya putih keperakan.Nathan menatap ke atas, lalu melangkah ke depan. Tanpa ragu dia menahan aliran cahaya itu dengan tubuhnya sendiri, memutus hubungan antara patung batu dan bola energi yang menggantung di langit.Kekuatan spiritual yang mengerikan menghantam tubuhnya. Seolah lautan api menelan gunung es, energi itu masuk tanpa ampun, menyelimuti urat nadi, menembus Dantian, lalu menghantam Batu Mata Naga di dadanya.Tubuh Nathan bergetar hebat, cahaya keemasan dari Tubuh Vajra Naga Emas meledak di sekujur kulitnya, tapi kekuatan yang masuk terlalu be
“MATILAH!”Serangan itu menghempaskan Raja Goblin ke belakang.BAAM! KREEEK!Suara tulang retak terdengar ketika tinju berikutnya mendarat. Raja Goblin mencoba melawan, tapi tanpa tongkatnya, kekuatan yang ia curi dari Arvana tidak cukup. Ia terus terlempar, darah hitam menetes dari mulutnya.Nathan melompat ke udara, tubuhnya berputar dan tinjunya berkilat. Belasan pukulan berturut-turut menghujani Raja Goblin tanpa memberi ruang untuk bernapas.ROAAAARRR!Raungan putus asa meluncur dari tenggorokan Raja Goblin. Suara itu mengguncang ruang bawah tanah tempat mereka berdiri. Langit-langit retak, dinding bergetar, dan seketika ruang itu runtuh.Dalam sekejap, mereka berpindah tempat dan udara tiba-tiba berubah. Ketika debu mereda, Nathan menyadari mereka kini berdiri di sebuah lembah.Di tengah lembah itu berdiri sebuah patung batu raksasa menjulang puluhan meter, sama persis dengan patung yang pernah ia hancurkan di kuil. Udara di sekitarnya bergetar, dipenuhi arus kekuatan spiritual
Raungan kedua mengguncang langit. Ledakan energi memicu badai besar, pusaran angin liar menampar istana dan membuat batu-batu beterbangan.Raja Goblin bertahan dengan susah payah, tapi Arvana dan Draven tersapu badai, tubuh mereka terlempar ratusan meter dan menghantam tanah dengan keras.Nathan berjuang, menggigit bibirnya sampai darah menetes. “A-aku… tidak akan membiarkan… kamu… mengendalikanku!”Tiba-tiba, sebuah cahaya keemasan melintas di dahinya. Teknik Jiwa yang ia hafal dari Bonang muncul di pikirannya.Di saat bersamaan, kertas jimat pemberian Bonang terlepas dari sakunya, terbakar di udara, dan berubah menjadi bola api kecil. Asapnya berputar dan masuk ke hidung Nathan.Kekuatan jimat itu menenangkan pikirannya, sementara teknik kijutsu di dalam tubuhnya bekerja sekuat mungkin untuk memurnikan energi yang mengamuk. Cahaya merah di tubuh Nathan mulai surut, perlahan memudar dan sampai akhirnya menghilang. Napasnya berat, tapi matanya kini kembali jernih, auranya justru melon
Wajah Raja Goblin berubah pucat hijau, tangannya yang memegang tongkat bergetar ringan, ketakutan yang tak bisa ia sembunyikan. Di sisi lain, Arvana dan Draven terpaku di tempat, napas mereka memburu. Bagi mereka, makhluk di depan mata adalah dewa, penguasa mutlak Benua Monarch, dan sekarang “dewa” itu tampak goyah di hadapan satu manusia.Raja Goblin menyipitkan matanya, suara rendahnya menggema, “Anak ini… tidak boleh dibiarkan lagi.”Untuk pertama kalinya dalam ribuan tahun, dia merasakan firasat buruk yang menusuk jantungnya. Jika dia tidak mengeluarkan seluruh kekuatannya hari ini, maka namanya akan berakhir di tangan Nathan.Sejak awal dia terlalu sombong, mengira Nathan hanyalah manusia dengan sedikit bakat. Tapi kini dia menyadari, dalam tubuh itu bersemayam warisan yang mustahil. Setiap satu saja cukup untuk mengguncang dunia. Dan semuanya berada dalam diri satu orang.Raja Goblin menggertakkan giginya. “Anak ini tidak boleh hidup lagi…” gumamnya, lalu menghentakkan kakinya.
“Kalian menyembah seekor monster dan menyebutnya dewa,” kata Nathan dengan nada rendah. “Kalau kau menghalangi mereka lagi, aku akan membunuhmu tanpa ragu.”Tatapannya membuat Arvana gemetar. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.Bonang dan Abel memanfaatkan celah itu untuk kabur, meninggalkan tempat terlarang yang kini dipenuhi aura kehancuran.Raja Goblin hanya menyaksikan, tak berusaha menghentikan mereka. Yang dia inginkan hanyalah Nathan.Ia menatap pria itu lama, lalu tertawa pelan. “Bahkan di ujung kematian, kau masih memikirkan temanmu. Kau tidak mirip sedikit pun dengan Dragnows yang dulu. Mereka semua hanya peduli pada kekuatan.”Cahaya hijau dari tongkatnya kembali menyala, memancar seperti jeruji. Dalam sekejap, Nathan terbungkus dalam sangkar cahaya.Ia berusaha menggerakkan tangan, tapi rantai spiritual melilit pergelangannya yang terbuat dari simbol-simbol kuno yang bersinar. Satu demi satu, cahaya itu menjalar ke seluruh tubuh, menahan setiap sendinya.Raja Goblin
Tiba-tiba, langit memancarkan warna-warna aneh, bagaikan aurora yang membusuk. Orang-orang di luar istana memandang takjub, tapi mereka tidak sadar bahwa dari tubuh mereka, cahaya samar mulai keluar disedot perlahan ke dalam lubang hitam itu.Bahkan Arvana dan Draven ikut memudar auranya.Nathan mengernyit. “Dia menyedot kekuatan spiritual seluruh pulau,” gumamnya pelan. “Kalau dibiarkan, ini akan mengubah semua manusia menjadi cangkang kosong.”Suara gemuruh mengguncang udara.KRAK!Tiba-tiba dari dalam pusaran itu, cahaya putih seperti petir raksasa menyambar turun dan menghantam tubuh Nathan.Raja Goblin mengumpulkan kekuatan seluruh Benua Monarch dan melemparkannya dalam satu serangan. Tubuh Nathan seketika diselimuti cahaya itu. Tubuh Vajra nya retak, pecah, lalu lenyap. Namun ketika debu mereda, Nathan masih berdiri. Dadanya naik-turun, tapi matanya tetap dingin.Raja Goblin menatapnya, antara kagum dan kesal. Ia melambaikan tangan, dan pusaran hitam di langit perlahan menutup,







