“Halangi dia!” raung Howard dan bergrgas ingin menghalangi Nathan. “Pengkhianat, hari ini aku akan menghabisi kalian semua!” Erickson melambaikan tangannya, seketika sebuah tongkat munvul di tangannya, dia mengarahkan Tongkat itu ke arah Howard. "Thorn table!" Tiba-tiba, sebuah lingkaran mengelilingi Howard dan murid-muridnya. Howard dan Erickson bertarung dengan hebat, Tongkat yang digunakan oleh Erickson memiliki sisi-sisi yang berduri dan ujung yang runcing, dia menyebutnya Tongkat Thorn. Brak! Nathan bergegas menerjang ke aula utama dan menendang pintu kayu ruangan yang ada di belakang aula utama. Pintu kayu itu hancur, dan Nathan melihat seorang pria tua yang berjanggut sedang menekan tubuh Prisly di atas dan tubuh Prisly hanya terbalut oleh pakaian dalam. Jansen yang mendengar ada suara segera membalikkan tubuhnya dan saat dia melihat ada seorang pemuda asing, dia sedikit bingung. “Kak Nathan, tolong, tolong aku ….” Saat ini Prisly juga melihat Nathan dan berusaha berteria
“Paman!” Melihat Erickson, Prisly seketika berteriak dan air mata tidak berhenti mengalir dari matanya. Ayah kandungnya sudah meninggal, sekarang hanya Erickson lah satu-satunya keluarganya. Mendengar teriakan Prisly, Erickson menoleh dan melihat bahwa Prisly baik-baik saja, dia merasa senang. Sedangkan Howard yang melihat Nathan serta Prisly berdiri bersama merasakan perasaan tidak enak dalam hatinya. Jleb! Dan saat dia melihat Erickson sedang tidak fokus, Howard menikam Erickson dengan pedangnya dan bersiap kabur. Erickson sudah mengayunkan Tongkat Thornnya ke arah Howard, tapi dia selangkah terlambat. Pedang itu menembus perutnya, darah mengalir dengan deras membasahi baju dan pedang itu. “Tidak!” Prisly berteriak kaget saat melihat Howard menikam Erickson dengan pedangnya. Mata Nathan menyipit, dengan jentikan jarinya, kilatan cahaya putih melesat dengan keras dan mengenai lengan Howard. Sebuah lubang darah muncul, dan pedang di tangan Howard jatuh ke tanah. Bugh! "Uhuk
Hotel Ikari, Kota Takari. Sarah menatap Ryzen dengan aneh dan bertanya. “Ryzen, katakan dengan jujur, kemana Nathan, dan apa yang dia lakukan?” “Nona Sarah, aku benar-benar tidak tahu, Tuan Nathan mengatakan ada urusan mendesak dan langsung pergi!” Ryzen berkata dengan tidak berdaya. “Dia sudah pergi semalam, dan belum kembali sampai sekarang, di telepon juga tidak diangkat, apakah terjadi sesuatu?” raut wajah Sarah terlihat cemas. “Aku rasa, dia tidak mungkin pergi mencari gadis lain, kan? Pria kaya dan tampan sepertinya tidak mungkin hanya memiliki seorang wanita!” Shilpy yang berada di samping tersenyum jahil. “Shilpy, jangan bicara sembarangan, aku rasa Nathan bukan pria seperti itu!” Saat itu, Sherly menepuk Shilpy pelan agar dia tidak berbicara sembarangan. Saat ini sikap Sherly terhadap Nathan sudah berubah 180 derajat, seorang pria yang memiliki kekuatan sehebat itu, tapi terus menyembunyikannya, tidak mungkin akan jatuh pada godaan wanita lain dengan mudah. “Aku juga m
“A-aku tidak tahu, k-kudengar, dia sudah pergi dari Kota Takari!” Gilbert gemetar hebat dan berkata dengan terbata-bata. “Sudah pergi?” Henry mengernyitkan keningnya lalu melihat ke arah Sarah dan dua wanita lainnya lalu bertanya dengan dingin. “Di antara kalian bertiga, siapa yang namanya Sarah?” Tiga wanita itu seketika ketakutan dan tidak ada yang berani berbicara. Mereka tahu jelas apa alasan Henry mencari Sarah. “Tidak mau bicara, ya? Kalau tidak mau bicara, aku akan menelanjangi kalian bertiga,” Mata Henry melebar, tubuhnya dipenuhi hawa nafsu. Ketiga wanita itu berpelukan erat, ingin mengandalkan satu sama lain untuk memberi rasa aman kepada diri mereka sendiri. Tapi saat ini mereka bertiga tidak lagi bisa memberi rasa aman kepada satu sama lain. “Dasar sampah! Beraninya menggertak wanita?” Ryzen yang tersungkur di lantai melihat Sarah dan yang lainnya ketakutan, dua berteriak marah. "Lawanmu adalah aku!" Henry tidak memperdulikan Ryzen, dia memberi isyarat kepada beberap
Pada saat itu, Sarah dan yang lainnya menatap Ryzen yang sekarat dan bersimbah darah tak berdaya. “Ambulas! Panggil ambulans!” Shilpy melihat Ryzen yang terluka parah berkata dengan kaget. “B-baik!" Gilbert mengangguk dan bergegas mengeluarkan ponselnya.. “Tidak perlu,” Ryzen mengangkat tangannya dengan lemah untuk menghentikan Gilbert, dia berkata dengan susah payah. “Tuan Nathan akan segera kemari, biar dia saja yang menyembuhkanku!” Meskipun Ryzen terluka parah tapi pikirannya masih jernih. Dia tahu kalau dirinya dibawa ke rumah sakit, dia pasti akan dioperasi, lalu tulang-tulangnya akan disambung dan darahnya akan diambil, itu akan melukai vitalitasnya. Seseorang yang berlatih bela diri paling tabu kalau tubuh mereka disentuh oleh pisau, kalau Nathan datang dia pasti akan memikirkan cara untuk menyembuhkannya dan tidak perlu dioperasi “Dia? Apa Kak Nathan memiliki keterampilan medis?” Shilpy berkata dengan kaget. “Dia bisa, saat kesehatan ayahku dalam bahaya, Nathan-lah yan
“Tenang saja, orang yang bisa membunuhku masih belum lahir!” Nathan tersenyum pada Sarah lalu berkata pada Ryzen. “Kumpulkan semua orang dari Nocturnal, dan jangan buat kesalahan!”“Baik, mengerti!” Ryzen mengangguk dan pergi ke belakang untuk menelpon!”Setelah Nathan menghibur Sarah, dia pergi meninggalkan hotel dan bersiap pergi ke Kota Boulmer untuk menyelamatkan Sherly.Setelah berjalan keluar dari hotel, senyuman di wajah Nathan menghilang, dan digantikan dengan raut wajah dingin dan penuh aura membunuh. Orang-orang yang berjalan di tepi jalan semua dapat merasakan suhu udara seolah turun.***Kota Boulmer, kediaman Juventus.Santos melihat Henry membawa pulang seorang wanita dan seketika tidak tahu harus sedih atau senang.“Paman, kamu menangkap orang yang salah, aku tidak kenal wanita ini, dia bukan Sarah!” Santos berkata dengan pasrah.“Salah menangkap orang?” Henry tercengang dan agak bingung. “Dia mengatakan dia adalah Sarah, bagaimana bisa salah?”Henry berkata sambil meli
Saat itu, Santos sedang berada di dalam kamar, Sherly sedang berbaring di atas ranjang tanpa mengucapkan sepatah katapun, air matanya sudah membasahi selimut di atas ranjang namun dia tidak berani berkata-kata. Santos menatap Sherly dengan bersemangat, dan kedua tangannya perlahan-lahan membuka kancing baju Sherly.Mata Santos memerah saat kulit putih Sherly terekspos. “Sesuai ekspektasiku!” Santos menjilat bibirnya dan air liurnya yang hampir mengalir keluar.Santos yang sudah tidak sabar langsung melemparkan dirinya ke tubuh Sherly. Sherly mengigit bibirnya dan memalingkan kepalanya ke samping, air matanya bagaikan sungai yang tidak berhenti mengalir.Brak!Pada saat itu pintu kamar Santos dibuka dengan keras oleh seseorang.Santos terkejut dan raut wajahnya menjadi dingin. “Sialan, siapa yang tidak tahu cara mengetuk pintu, cari mati ya?!”Santos baru saja selesai mengumpat dan saat berbalik dia melihat ibunya sendiri sedang berjalan masuk, dia seketika kaget dan segera bangkit dar
“Hari ini, kalian semua harus mati!” Nathan melangkahkan kakinya dengan kuat menuju Marco dan istrinya.Melihat Nathan yang berjalan ke mereka, tubuh kedua orang itu bergetar hebat, seakan-akan sosok malaikat pencabut nyawa sedang berjalan menuju ke arah mereka dan siap mengambil nyawa mereka kapan saja.“Bocah, tidak perlu sombong!”Tiba-tiba terdengar suara yang lantang berteriak, sosok pria paruh baya berjalan ke arah mereka. Pria itu kemudian menerjang ke arah Nathan dan melayangkan tinjunya pada saat yang bersamaan, diikuti oleh sosok pria dari sisinya.Dan di belakangnya terdapat dua orang lagi yang berdiri disamping Nina untuk melindunginya, mereka adalah orang-orang ahli dari Keluarga Zatulini.Nathan yang melihat itu melemparkan tongkat besi yang ada di tangannya dan melayangkan dua tinjunya pada waktu yang bersamaan untuk menyambut mereka.BAM!Empat tinju itu bertemu dan menyebabkan suara keras bagaikan guntur. Wajah Nathan menjadi dingin, kedua tangannya sedikit mati rasa.
Bajak laut itu mengedipkan matanya kepada yang lain, memberi isyarat untuk memeriksa. Beberapa bajak laut bergegas pergi, melangkah cepat menuju bagian dalam kapal untuk memastikan kebenaran kata-kata awak kapal itu.Setelah beberapa saat, mereka kembali, wajah mereka tidak menunjukkan ekspresi apapun, hanya kebosanan yang samar."Memang benar hanya ada satu penumpang di sini," salah satu bajak laut itu melapor, suara datar tanpa emosi.Namun, ketegangan yang ada tak kunjung surut. "Ketua," salah satu bajak laut bertanya dengan cemas. "Apakah kita hanya akan membiarkan mereka hidup begitu saja? Apa yang harus kita lakukan setelah ini?"Bajak laut dengan tengkorak merah di dadanya mengerutkan kening, wajahnya menunjukkan ketidakpuasan yang mendalam. "Sial, hanya sedikit orang. Tapi, ini masih lebih baik daripada tak mendapatkan apapun."Dia memutar tubuhnya dengan tidak sabar, menyapu tangan ke udara seperti menepis gangguan kecil. "Bawa mereka semua kembali. Dan soal apa yang akan ter
Di atas lautan yang luas dan sunyi, kapal pesiar mewah itu melayang di atas ombak yang tenang.Kapal itu terlihat seperti benda asing di tengah kebiruan, tak ada tujuan yang jelas selain mengambang. Di dalam, hanya ada Nathan, yang seakan mengasingkan diri dalam hening yang menyesakkan. Dalam kamar yang sederhana, tanpa hiasan berlebihan, dia duduk bersila.Setiap tarikan napasnya terasa berat, seolah seluruh tubuhnya menanggung beban yang jauh lebih besar dari sekadar fisik. “Jika aku bisa mencapai tahap Surga,” pikirnya, memejamkan mata dan merasakan aliran energi di dalam tubuhnya. "Mungkin aku bisa menyelamatkan ibuku dan Sarah. Jika bukan itu, setidaknya aku bisa menyelamatkan diri sendiri dari kejaran semua orang yang ingin menghabisiku.”Namun, perjalanan itu tidaklah mudah. Tahap Surga bukan hanya tentang kekuatan, tapi juga tentang kesetiaan terhadap diri sendiri. Setelah mencapai tahap ini, tubuhnya akan terasa abadi, seolah tidak terikat oleh hukum dunia. Namun, seperti sem
Raut wajahnya dingin dan penuh percaya diri. “Sekarang, sudah cukup alasan bagimu untuk tunduk?”Tubuh Darwin menegang, dan untuk sesaat, hanya ada keheningan. Lalu dia membungkuk dalam-dalam. “Perintah diterima.”Sancho melemparkan sebuah amplop ke atas meja, yang mendarat dengan suara tumpul. “Di dalamnya ada target, bunuh dia. Gagal atau berhasil, namaku tidak pernah disebut. Anggap saja aku tidak pernah ada.”“Siap laksanakan,” jawab Darwin tanpa ragu, meski ada jejak ketegangan di suaranya.Begitu Sancho menghilang ke balik bayangan, Darwin membuka amplop itu dengan hati-hati. Sebuah foto tergelincir keluar dan wajah yang muncul membuat darahnya berdesir.“Nathan?”“Tuan Ketua Martial Shrine. kau ternyata menyembunyikan lebih dari yang kutahu!”Sementara itu, dunia bela diri tengah bergolak.Di forum-forum rahasia, nama Nathan menjadi pusat badai. Harga kepalanya terus meroket. Tidak hanya uang dan ramuan, bahkan artefak langka ditawarkan untuk sekadar mendapatkan jejak keberadaa
Sancho menyapu pandangannya ke penjaga di sekitar ruangan, dan senyum tipis terukir di wajahnya. "Masalah yang ingin aku bicarakan bersifat rahasia. Aku tidak ingin ada orang lain yang mendengarnya."Mendengar itu, Darwin langsung mengernyitkan keningnya. Dia tahu ini akan membawa masalah, namun dia tidak menyangka akan secepat ini.Sancho menyadari kegelisahan Darwin. "Ketua Darwin," katanya dengan nada dingin. "Jika aku ingin membunuhmu, walaupun seluruh penjaga di ruangan ini ada di sini, mereka tidak akan mampu menghentikanku," suaranya semakin keras, menggetarkan suasana.Tanpa menunggu tanggapan, Sancho mengibaskan tangannya dengan tegas. "Kalian semua, keluar!" Perintahnya menggema, dan para penjaga segera berlalu tanpa banyak bicara.Begitu hanya mereka berdua yang tersisa, Darwin menatap Sancho dengan tajam, menunggu penjelasan lebih lanjut. "Sekarang, kamu bisa bicara, Ketua Sancho," katanya.Sancho menatapnya dengan tatapan tajam. "Ketika aku datang kemari, tujuan utamaku a
Kota Wayoe, batas barat daya yang selalu basah oleh kabut pagi dan harum dedaunan liar. Dibelah oleh lembah dan pepohonan cemara tua, tempat ini adalah surga tersembunyi atau neraka yang menunggu bangkit.Di kedalaman gua purba, tersembunyilah Organisasi Fushi, kelompok kultivator hitam yang diburu di mana-mana. Tak punya sejarah panjang, namun ditakuti karena brutalitas dan teknik kultivasi terlarangnya.Di ruang kultivasi, Darwin duduk melayang, dikelilingi pusaran tulang dan aura kehitaman. Kerangka manusia melayang seperti angin musim gugur yang membawa kematian.Tiba-tiba, terdengar suara langkah diikuti suara tergesa.“Ketua! Gawat!” teriak seorang penjaga, menerobos masuk.Mata Darwin terbuka, merah menyala, tangan kirinya terulur cepat.Hwoosshh~Energi hisap menyedot penjaga itu ke hadapannya. Cakar gelap mencengkeram lehernya. “Sudah berapa kali kubilang?” desisnya. "Jangan ganggu saat aku berkultivasi.”Penjaga itu menggeliat dan wajahnya memerah. “Ma-maaf! Tapi .... a-ada
Tiga penguasa Ingras itu, yang seharusnya menjadi ancaman mematikan, kini hanya bisa merintih ketakutan. "Tuan Nathan, ampuni kami! Kami tidak bermaksud—" Suara mereka terputus oleh isak tangis, tubuh mereka bersujud ke tanah, tangan mereka menggenggam debu.Vinsen melihat pemandangan ini dengan mata terbelalak, tubuhnya seakan membeku di tempat. "Apa yang sedang terjadi?" bisiknya, suaranya penuh dengan ketidakpercayaan. "Tiga penguasa Ingras ini, yang bahkan bisa menghancurkan Kota Lamar. Dan sekarang, mereka hanya bisa merangkak seperti ini?"Nathan tidak mengalihkan pandangannya. "Aku tidak tertarik pada semut-semut kecil ini," katanya, suaranya penuh penghinaan. "Jangan salahkan aku jika kalian terinjak," dengan satu gerakan tangan yang angkuh, Nathan memberi isyarat pada tiga penguasa itu untuk pergi. "Enyahlah," katanya singkat. "Aku tidak punya waktu untuk masalah seperti kalian."Ketiga penguasa Ingras itu berterima kasih dengan suara gemetar, berbalik dan melarikan diri seol
"Aku datang untuk membicarakan bisnis," suara yang dingin dan tajam itu mengalun, mengiris ketegangan yang ada. Sosok itu muncul perlahan di balik kabut yang mengalir, seolah-olah ia adalah bayangan yang datang dari masa depan."Tuan .… Nathan?" Sentinel berbisik, matanya terbelalak. Wajahnya yang penuh kekesalan berubah menjadi penuh harapan. "Kamu .... datang pada waktu yang tepat," katanya terbata-bata. Seolah-olah nyawanya baru saja digenggam oleh malaikat maut, dan sekarang ada yang datang untuk menyelamatkannya.Nathan melangkah maju, langkahnya penuh ketenangan yang aneh di tengah huru-hara. "Aku hanya datang untuk urusan yang sedikit lebih mendesak," dia menatap Vinsen dan pengikutnya tanpa rasa takut. "Kalian harus menunda niat buruk kalian untuk sementara.""Siapa kau?" tanya Vinsen, nada suaranya bergetar sedikit, meskipun ia berusaha keras menahan ketegangan.Nathan mengangkat bahu sedikit, senyum tipis menghiasi wajahnya. "Aku hanya orang yang kebetulan datang di saat yan
“Adik kedua?” Sentinel tercengang. “Rivaldo?! Kenapa kau kembali?”Tapi Rivaldo tak menjawab, dia langsung berdiri di depan Vinsen dan membungkuk hormat. “Tuan Muda Vinsen.”Vinsen meliriknya. “Kalau aku serahkan posisi kepala keluarga padamu, apa yang akan kau lakukan?”“Dengan senang hati,” kata Rivaldo sambil tersenyum licik. “Aku akan serahkan seluruh kekayaan Keluarga Hufai kepada Keluarga Montrogami. Bahkan kami bersedia menjadi keluarga afiliasi.”Sentinel terpaku, dunia seakan runtuh di sekelilingnya. “Rivaldo …. kau—”Rivaldo menatapnya dengan dendam yang dipendam lama. “Kau sudah hidup bergelimang kekayaan selama bertahun-tahun! Aku? Aku hanya manajer biasa, hidup pas-pasan!” teriaknya. “Aku juga ingin jadi kepala keluarga! Aku juga ingin punya istri banyak, pesta tiap malam!”"Dasar bajingan!" teriak Sentinel, suaranya penuh amarah. "Aku bangun semuanya dari kegelapan ini, takkan pernah aku menyerahkannya padamu!"Setelah berkata demikian, amarah yang sudah lama dipendam ol
“Bagaimana kalau kita undang Kelompok bayangan?” tanya Rogue cepat-cepat.“Tak berguna!” dengus Sentinel. “Mereka bukan tandingan para puncak penguasa Ingras!”Rogue mulai panik. “Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan? Banyak orang mulai melarikan diri! Mereka takut, Tuan Besar!”Namun tiba-tiba, wajah Sentinel berubah. Alisnya mengendur, seolah teringat sesuatu. “Benar juga… Bukankah ada sepasang pria dan wanita yang pernah datang bersama Tuan Zayn? Aku ingat, mereka sangat kuat. Mereka bawahan Tuan Nathan, dan aku rasa mereka juga seorang puncak penguasa Ingras!”Maksud Sentinel tentu saja adalah Ryzen dan Nicole, yang pernah beberapa kali datang bersama barang antik dari Kota Vale. “Tapi, mereka hanya berdua, Tuan,” kata Rogue ragu. “Apa mereka cukup kuat melawan tiga puncak penguasa Ingras sekaligus?”“Masalah nanti urusan nanti!” tegas Sentinel. “Kita undang mereka dulu. Kalau perlu, panggil juga Tuan Nathan!”Sentinel segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon.Namun tepa