Scholar berdiri tegak, meski wajahnya diliputi kebingungan dan ketegangan. Sinar matanya menajam ketika suara pintu mobil terbuka, diikuti langkah pelan kepala pelayan tua yang sangat dikenalnya.โAda apa ini? Bukankah aku sudah menyuruhmu pergi?โ teriak Scholar, nadanya tajam, namun mengandung nada harap.Kepala pelayan tak menggubris. Ia melangkah maju dengan gestur hormat, membungkuk dalam kepada seorang pria muda yang berdiri dengan percaya diri di sisi lain pelataran.โTuan Muda Kaidar, ibu dan anak dari keluarga Arteta ada di dalam mobil.โKata-kata itu membelah malam seperti sembilu. Scholar menegang, seolah baru disambar petir. Matanya membelalak, dan ia menyadari dengan pahit, pion-pion terakhirnya telah jatuh ke tangan musuh.โKauโฆ berani mengkhianatiku?!โ raung Scholar, dan dalam sekejap, tangan tuanya yang masih berotot menghantam udara, menuju wajah kepala pelayan.Namun, suara sinis Kaidar menggantung di udara lebih dulu. โPaman Scholar, apakah kau sudah lupa? Istri dan
Kediaman keluarga Winaya.Di sebuah halaman Keluarga Winaya, Kaidar berdiri di balkon tertinggi. Di bawahnya, halaman utama dipenuhi utusan dari berbagai organisasi bela diri.โKepala Keluarga Bisco memberi salam!โ โKetua Organisasi Rotgam menyampaikan hormat!โโBosma dari Bawah Tanah datang mengajukan aliansi!โSorakan, tepuk tangan, dan gemuruh langkah kaki memenuhi udara. Kaidar memejamkan mata sesaat, hatinya mabuk oleh kuasa.Di dalam aula, suara pujian dan sanjungan mengelilinginya. Namun sorot matanya kosong. Dia duduk di kursi utama, posisi yang dulu bahkan ayahnya enggan tempati sebelum benar-benar layak. Kini kursi itu miliknya, dan dia belum merasa puas.โKomunitas bela diri Kota Moniyan, itu target berikutnya.โDisisi lain keluarga Arteta.Asap rokok menari di udara saat Scholar menatap langit-langit ruang kerjanya. Matanya merah, bukan karena kelelahan, tapi karena tekanan. Keluarga Winaya berkembang terlalu cepat. Dan kekuatannyaโnyaris mustahil ditandingi.โSudah laru
โMenara ini... bukan milik siapa pun. Tapi memilih sendiri siapa yang layak.โKaidar mengertakkan gigi. โKau sombong sampai akhir!โSeorang prajurit keluarga Winaya maju. โTuan Muda... apa yang harus kita lakukan?โKaidar memandangi Menara Kegelapan untuk waktu yang lama. Lalu matanya menyipit licik. โTinggalkan dua orang untuk berjaga. Kita bawa tua bangka ini pulang!โโNathan akan keluar. Dan saat dia keluar, kita gunakan para tetua ini sebagai umpan.โ Ia menyeringai. โOrang-orang ini terlalu keras kepala. Tapi bahkan logam pun akan meleleh di bawah tekanan yang cukup.โDi belakang mereka, organisasi Matilda tak lagi seperti sebelumnya. Bangunan-bangunan hangus, mayat berserakan, udara tercium bau darah yang pekat.Menara Kegelapan tetap berdiri, tak tersentuh, seperti dewa yang acuh tak acuh.Dan kabar ituโkehancuran Matilda, penangkapan para tetuanya, Nathan yang menghilangโmenyebar seperti wabah di dunia bela diri.Seluruh dunia pun mulai bergerak.โAnak dari Keluarga Winaya ini
Zechar muncul, memimpin sekelompok elit pasukan Matilda. Cahaya aura merah di sekeliling tubuhnya menyala terang, membuat bayangannya memanjang mengerikan.โLepaskan mereka!โNadanya datar, tapi mata Zechar mengandung badai. Aura yang ia pancarkan memecahkan batu kecil di sekitar. Tanah mulai bergetar pelan, Kaidar sempat terdiam.โAku tidak menyangka, Matilda akan bertaruh sebesar ini hanya demi bocah bernama Nathan,โ gumamnya. โApa hubungan kalian dengan anak itu?โZechar tidak menjawab, dia hanya memajukan satu langkah, tanah retak di bawah kakinya. Angin mengamuk dam para ahli keluarga Winaya mulai gugup.โMenyerah sekarang, atau kepala Famrik akan kuangkat tinggi-tinggi sebagai panji kemenangan!โ Kaidar menghunus pedangnya, mata pisau diarahkan ke leher Famrik yang tak lagi sanggup berdiri.โZechar,โ bisik Famrik dengan darah di tenggorokan. โIngat tugasmu. Jangan pedulikan kamiโฆ meski harus mati.โโSialan!โ teriak Zechar.Jleb!Namun, sebelum dia bisa bergerak, pedang Kaidar men
Di dalam markas organisasi Matilda, suasana duka dan luka menggantung seperti kabut pekat.Famrik duduk bersila di ruang kultivasi, wajahnya pucat, napasnya berat. Dia tengah mencoba mengumpulkan energi untuk menyembuhkan luka dalam yang sangat parah.Sementara itu, Arielโdengan tubuh yang juga penuh lukaโmemimpin sisa pasukan untuk membersihkan area pertempuran dan memperkuat pertahanan seadanya.Fernand kini hanya bisa terbaring di kamarnya. Kakinya dibalut kain perban tebal, tak bisa bergerak.Organisasi Matilda telah runtuh separuh.Dari puluhan ahli, kini hanya tinggal beberapaโdan hanya Zechar yang masih bisa berdiri gagah di Menara Kegelapan.Di saat Famrik mulai menenangkan pikirannya untuk berkultivasi, sebuah aura membara dan penuh pembunuhan menyapu masuk ke dalam lembah.Merasakan aura itu, nata Famrik yang sedang berkultivasi langsung terbuka.Di depan gerbang utama organisasi Matilda, Ariel berdiri dengan langkah mantap, menghadapi Kaidar, yang tiba membawa puluhan ahli
Sementara itu, di luar Kota Moniyan.โSialan! Bajingan tak berguna!โ maki Soyir meledak di atas kuda perang, tubuhnya masih membara karena dendam. โMereka lari di saat kemenangan tinggal sejengkal!โLuka di tubuhnya terus mengalirkan darah, tapi api dalam hatinya lebih panas dari penderitaan fisik. โJika Lasso keluar dari pengasingan, hanya butuh satu langkah untuk melumat Matilda!โ desisnya, menyebut nama kepala keluarga Wilford seperti mantra.Dua bawahannya di samping menunduk dengan wajah pucat. โTuan Kedua, kita terlalu gegabah. Kalau sekarang komunitas bela diri kota Moniyan menyerang, kita โฆ. kita tidak bisa melawan!โSoyir mendengus. โUnta kurus pun masih lebih besar dari kuda. Mereka tidak akan berani menyentuh kita.โLangit mendung menekan dari atas, dan tanah tempat mereka melintas mulai berkabut. Angin berhenti, suasana tiba-tiba sunyi dan mencekam.Tap โฆ. Tap โฆ. Tap โฆ.Lalu tiba-tiba terdengar suara langkah.Bayangan hitam muncul perlahan dari balik kabut. Belasan pria be