Jordan melirik Harris lalu menganggukkan kepalanya. “Yang dia katakan benar, memang esensi batu mata Naga sudah diserap oleh Nathan, dan tanganku juga dipenggal oleh pemuda itu.”
Kieran yang mendengarnya menunjukkan kekagetan, perlu diketahui Jordan sudah berada di puncak tingkatan tahap awal penguasa Ingras, bagaimana mungkin Nathan bisa memenggal tangannya Jordan? Lantas penilaiannya salah, dan orang itu mungkin menyembunyikan kekuatannya sejak awal, sengaja membawa beberapa orang gadis untuk membuat dirinya bingung.
“Sialan!” Saat ini Kieran merasa dirinya sudah tertipu, dan berkata pada bawahannya. “Jalankan kapalnya, kita pulang!”
“Tuan Muda, orang-orang yang ada di pulau itu—”
“Biarkan mereka memikirkan caranya sendiri!” Kieran memotong ucapan bawahannya dan berkata dengan raut wajah dingin.
Segera, kapal pesiar itu berlayar, namun Keluarga Holcy, Keluarga Ransom maupun keluarga Yaju jauh lebih beruntung karena bisa ikut dengan kapal pesiar itu dan kembali ke Kota Mantik.
***
Saat itu sudah larut malam, di depan jendela sebuah penginapan di Kota Mantik, Zephir sedang melamun memandangi lautan yang tidak jauh.
“Paman Zephir, istirahatlah, kamu sudah berdiri disana selama seharian,” Rebecca berjalan ke samping Zephir dan membujuknya dengan lembut.
Sejak Nathan dan yang lainnya pergi ke pulau Draken, Zephir terus berdiri disana, karena dia merasa lega bisa melihat pulau Draken dari sini.
“Rebecca, kamu tidur saja dulu, aku akan tinggal sebentar lagi,” Zephir berkata lalu mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya.
“Uhuk! Uhuk!”
Baru saja dia menghisapnya, dia sudah mulai terbatuk-batuk.
Buk! Buk! Buk!
“Paman Zephir, kamu sudah cedera jangan merokok lagi!” Rebecca bergegas menepuk punggung Zephir.
“Tidak apa-apa, hanya luka lama, tidak akan membunuhku,” Zephir tersenyum tipis dan mulai menghisap rokoknya lagi.
Dia terluka karena bersembunyi dari kejaran keluarga Zellon, demi mencari Nathan, Zephir dan Marcel kabur dari keluarga Zellon, dan terus diburu oleh keluarga Zellon, dalam sekejap beberapa tahun sudah berlalu.
“Paman Zephir, sebaiknya kamu segera istirahat, Nathan dan yang lainnya baru berangkat hari ini. Walaupun bisa mendapatkan batu mata Naga, mereka juga tidak akan kembali secepat ini,” Rebecca masih terus membujuk Zephir.
Tok! Tok! Tok!
Tepat saat Zephir hendak mengatakan sesuatu, pintu kamar mereka diketuk oleh seseorang.
Rebecca dan Zephir sedikit tercengang. “Sudah selarut ini, siapa yang datang kemari?”
Zephir mengisyaratkan kepada Rebecca untuk membuka pintu, sedangkan dia bersiap untuk menyerang. Saat Rebecca membuka pintu, dia menemukan Nathan Sarah dan yang lainnya sudah kembali.
“N-Nathan …. Kenapa kalian sudah kembali?” Rebecca bertanya dengan kaget.
Zephir melihat Nathan sudah kembali juga mengernyitkan keningnya. “Nathan? Kalian …. kalian kembali secepat ini, apakah terjadi sesuatu?”
Nathan menggelengkan kepalanya. “Paman Zephir, aku sudah mendapatkan batu mata Naga dari Naga Yang!”
Zephir yang mendengarnya bergegas menggunakan kesadaran spiritualnya untuk menyelimuti tubuh Nathan, dan memang merasakan perubahan pada tubuh Nathan dan berkata dengan bersemangat. “Kamu bisa mendapatkan batu mata Naga dengan begitu cepat? Bagus sekali! Lalu, bagaimana dengan batu mata Naga dari Naga Yin?”
Mendengar Zephir membahas tentang batu mata Naga dari Naga Yin, Nathan teringat pada Prisly yang sudah berubah menjadi patung es dan suasana hatinya seketika tenggelam.
“Paman Zephir, aku tidak ingin mengorbankan orang-orang di sisiku untuk mendapatkan batu mata Naga itu!” Raut wajah Nathan menjadi berat.
Zephir yang mendengarnya melihat sekeliling dan tidak menemukan sosok Prisly, lalu mengerti dalam sekejap, matanya memerah. “Nathan …. ini sudah takdir, kamu jangan memikirkannya! Semoga kamu tidak menyia-nyiakan batu mata Naga yang sudah ditukar dengan nyawa Prisly!”
"Lihat dirimu! Ketua Martial Shrine, tapi kelakuan seoerti bos preman, mainnya keroyokan. Kau bilang anti-kultivator hitam, tapi? Apa kau tidak malu? Jika arwah orang tuamu lihat kelakuanmu sekarang, mereka mungkin minta dilahirkan kembali jadi anjing karena malunya!"Sancho melongo. Seluruh anak buahnya juga terbengong.Selama hidupnya, Sancho terbiasa dengan rasa hormat, ketakutan, atau tantangan yang formal. Ia belum pernah dimaki-maki seperti ibu-ibu di pasar oleh seseorang.Ini aneh. Ini tidak berkelas. Dan ini sangat efektif membuatnya marah."Ayo, serang aku, dasar pengecut!" lanjut Nathan, sengaja memanas-manasi. "Aku tidak takut! Maju semua sini!"Wajah Sancho yang tadinya pucat kini memerah karena amarah. Aura pembunuh yang pekat meledak darinya, begitu kuat hingga anak buahnya sendiri gemetar ketakutan."Bocah bedebah!" geramnya, "Hari ini, jika aku tidak mencabik-cabik mulut dan tubuhmu, aku akan pensiun jadi Ketua Aliansi!"Cahaya keemasan langsung menyelimuti tubuh Natha
Di tengah perjalanan, pikiran Nathan terus berkecamuk. Bayangan lengan Sarah yang penuh bekas jarum terus menghantuinya. Kekuatanku masih kurang, pikirnya frustrasi.Di mata orang lain, peningkatannya mungkin seperti roket. Tapi baginya, rasanya seperti siput. Dunia bela diri ini ternyata jauh lebih rumit. Di balik setiap klan besar, seolah ada tangan-tangan tak terlihat yang mengendalikan segalanya.Lelah, ia berhenti di bawah sebuah pohon beringin tua yang rindang. Ia menatap langit yang luas, pikirannya melayang. ‘Kalau aku benar-benar bisa jadi kultivator abadi, apa aku bisa membawanya pergi dari semua kekacauan ini?’Tiba-tiba, instingnya berteriak. Beberapa aura kuat yang familiar mendekat dengan kecepatan tinggi. Semuanya tahapan Villain.Wajah Nathan langsung berubah. "Orang-orang Martial Shrine?" gumamnya tak percaya. "Bagaimana mungkin mereka bisa menemukanku secepat ini?"Ia sudah lari ratusan mil. Tidak mungkin auranya masih bisa dilacak. Tanpa sempat berpikir lebih jauh,
"Bonang," kata Sancho, suaranya rendah dan mengancam. "Karena aku bisa sampai di sini, artinya aku sudah tahu siapa kau sebenarnya. Jadi, jangan pura-pura bodoh. Buatkan aku dua Jimat Pelacak, dan aku akan anggap kita tidak pernah bertemu."Pria tua yang dipanggil Bonang itu menatap Sancho, lalu ke token di atas meja. Akhirnya, ia menghela napas panjang, pasrah. Tanpa berkata apa-apa, ia mengangkat kasur jeraminya yang tipis dan mengeluarkan sebuah kotak kayu. Di dalamnya, ada setumpuk kertas jimat kuning dan sebuah batu sinabar berwarna merah darah.Ia menarik napas dalam-dalam, mengambil kuas, dan tangannya mulai menari di atas kertas dengan kecepatan kilat. Ujung kuasnya meninggalkan jejak cahaya merah yang samar. Tak sampai semenit, dua jimat yang rumit sudah selesai digambar.Kening Bonang basah oleh keringat.Sancho mengambil kedua jimat itu dengan puas."Jimat itu butuh setetes darah target untuk—""Aku tahu cara pakainya," potong Sancho cepat. "Tetap di sini. Aku mungkin akan
Saat Sancho sadar dirinya baru saja dikerjai dengan trik paling murahan, amarahnya meledak."Bajingan! Beraninya kau membohongiku!" raungnya seperti guntur. "Kejar! Senjata teleportasi itu jangkauannya terbatas! Temukan dia! Siapa pun yang menemukan jejaknya, lapor padaku!"Para anggota Martial Shrine yang tersisa berhamburan, menyebar untuk memulai perburuan.Sancho dengan napas terengah-engah karena marah, menoleh dan menatap tajam ke arah Jazer, yang sejak tadi hanya berdiri menonton pertunjukan tanpa bergerak sedikit pun."Jazer," desis Sancho. "Jangan lupa, Keluarga Zellon juga bagian dari aliansi ini. Anakmu dibuat lumpuh olehnya. Kenapa kau hanya diam saja?"Jazer menatapnya dengan senyum sopan yang menyebalkan. "Ketua Sancho, Anda ini kan ahlinya. Buat apa saya ikut campur? Malah merepotkan nanti. Lagipula, saya masih ada urusan keluarga. Permisi dulu."Tanpa menunggu jawaban, Jazer berbalik dan pergi dengan santai. Sancho menatap punggungnya, hampir mati karena jengkel, tapi
Di seberang jalan, Scholar dan Milan menahan napas, wajah mereka pucat pasi. Sementara itu, Sancho tersenyum puas. Selesai sudah.BRAKK! KLANG! BANG!Suara benturan logam yang kacau balau terdengar. Senjata-senjata itu patah berkeping-keping. Benang-benang energi itu putus. Dan yang paling mengejutkan, sisik-sisik emas di tubuh Nathan meledak ke luar seperti pecahan peluru.Serangan gabungan itu memang tidak berhasil menembus dagingnya, tetapi mereka berhasil menghancurkan pertahanan luarnya, Tubuh Vajra Naga Emas miliknya.Dari tengah kepulan asap dan debu, Nathan melangkah keluar. Tanpa baju zirah emasnya, tubuh fisiknya yang sempurna kini terekspos, otot-ototnya menegang dan memancarkan cahaya keemasan yang redup. Wajahnya dipenuhi amarah yang dingin."Matilah," desisnya.Ia melayangkan tinjunya. Seekor naga emas yang agung melesat dari kepalan tangannya, meraung, dan langsung menelan hidup-hidup musuh.Tanpa jeda, pukulan lainnya menghabisi nyawa orang lain. Dalam sekejap, pengepu
Di dalam, Nathan bisa mendengar teriakan itu dengan jelas."Bachira!" kata Scholar dengan cepat. "Kumpulkan semua orang kita yang ada di kota! Kita akan mengawal Tuan Nathan keluar!"Tapi Nathan mengangkat tangannya, menghentikan mereka. "Tidak perlu," katanya tenang. "Kalian di sini hanya akan jadi target. Aku bisa bergerak lebih bebas kalau sendirian.""Tapi Tuan Nathan, mereka puluhan orang!" bujuk Scholar. "Dan Sancho, kekuatannya tidak bisa ditebak!""Aku punya perhitunganku sendiri," kata Nathan, senyumnya penuh keyakinan. Ia menepuk pundak Scholar, lalu berjalan keluar dengan langkah mantap.Saat ia melangkahkan kaki keluar dari gedung, puluhan anggota elit Martial Shrine langsung mengepungnya, aura membunuh mereka mengunci setiap pergerakannya."Nathan," cibir Sancho. "Berani juga kau keluar. Sekarang Ryujin sudah angkat tangan, aku ingin melihat kesombonganmu sampai kapan!""Berisik," balas Nathan, melirik kerumunan di sekelilingnya. "Jika kau memang berani, majulah.""Kau,"