Share

Hadiah Misterius

Author: minaya
last update Last Updated: 2025-07-25 09:59:51

“Happy birthday, Mommy.” Ellio dan Enzo berucap secara bersamaan sembari memeluk Thana dengan erat.

Wanita cantik itu tentu membalasnya dengan senyuman merekah. Ketiganya sedang berada di sebuah restaurant untuk merayakan ulang tahun Thana yang ke 27.

“Makasi ya sayang,” jawab Thana. Lalu disusul oleh Bu Wati yang memeluk Thana dengan erat sembari memejamkan matanya.

Thana bagai harapan hidup baru bagi Bu Wati setelah kematian tragis anak menantu dan cucunya sendiri. “Thana sayang….Ibu sangat beryukur ada kamu selama ini, terimakasih ya Nak, selamat ulang tahun semoga semakin sukses dan sehat selalu,” ujar Bu Wati lembut.

Air mata Thana sudah menggenang di pelupuk matanya karena dia orang yang sangat cepat menangis dan terharu.

“Bu…seharusnya aku yang paling berterimakasih selama ini sudah tidak terhitung berapa kali Ibu sudah membantu,” lirih Thana dengan tatapan yang sangat tulus. Tidak bisa dipungkiri lagi Thana sudah menganggap wanita paruh baya ini ibunya sendiri.

Bayangkan saja, Bu Wati merawat kedua putra kembarnya, mennyekolahkan Thana hingga dia berhasil memegang jabatan penting di perusahaan Neondra milik Bu Wati dan segalanya sudah tidak terhitung jumlahnya.

Thana sangat bersyukur bisa mengenal Bu Wati mungkin juga jawaban dari Tuhan atas doa-doanya selama masa-masa terburuk dalam hidupnya kala itu.

“Nanti kita bicarakan lagi ya soal kepindahanmu ke Andreson sekarang kita nikmati dulu perayaan ulang tahunnya,” ucap Bu Wati berbisik-bisik membuat si kembar menatapnya dengan mata memincing.

Thana sudah selesai meniup lilinnya dan mengucapkan doa yang tidak jauh hanya tentang putra kembarnya dan Bu Wati sendiri.

“Ayo Nenek punya hadiah apa untuk Mommy setelah itu baru kita,” ujar Elio bersemangat.

“Kita lihat saja, hadiah siapa yang lebih spesial kali ini,” ujar Bu Wati berusaha mengejek Elio dan Enzo lalu mengeluarkan sebuah kotak beludru yang terlihat sudah sedikit usang.

“Nak….ini hadiah yang sangat spesial dari Ibu untuk kamu,” ucap Bu Wati, matanya terlihat sendu.

Thana menerimanya dengan tulus lalu membukanya. Ternyata sebuah kalung permata yang sangat indah. “B-bu ini sepertinya terlalu mahal untukku,” ujarnya menolak dengan halus.

“Nak, ini adalah warisan turun temurun dari Keluarga Neondra. Ibu seharusnya memberikan ini kepada menantu sebagai penerus tetapi karena kejadian itu sudah tidak ada yang berhak memiliki kalung ini, kecuali kamu, Thana.”

Thana seketika menggeleng. “Bu tidak…aku tidak berhak….ini terlalu berharga untuk–“

“Shtt, Ibu sudah memberikannya dan itu artinya kamu seberharga itu dimata Ibu, Nak. Jadi terimalah hadiah ini, ya.”

Dadanya terasa sesak saat melihat kalung ini. Designnya memang sangat simple tetapi maknanya sangat dalam. Thana tidak bisa membayangkan semenderita apa Bu Wati selama ini.

“Enzo….sepertinya kita kalah lagi tahun ini dari nenek,” bisik Ellio yang terdengar sangat keras.

“Tidak papa yang penting mommy bahagia, ayo keluarkan saja hadiah kita,” ujar Enzo.

Thana dan Bu Wati langsung terlihat sumringah ketika mendengar perdebatan kecil antara kedua anak laki-laki itu. “Memangnya apa sih hadiah kalian sampai berbisik-bisik seperti itu,” goda Bu Wati.

Thana juga menunggu sambil tersenyum. Sebelum akhirnya Elio dengan bangga menyodorkan sebuah kotak berisi tas putih yang sangat mewah kepada Thana.

“Itu hadiah spesial dari kami dengan jerih payah untuk mendapatkannya benar kan Enzo?” Tetapi Enzo tidak menjawabnya dia malah terlihat tegang.

Begitu juga dengan Bu Wati dan Thana. “Wahh…ini tas yang sangat indah, terimakasih ya sayang….tetapi bagaimana kalian bisa mendapatkannya? Tas ini keluaran terbaru dan sangat mahal,” ucap Thana.

Dia tentunya sangat yakin putranya tidak mencuri tetapi bagaimana bisa keduanya membelinya dengan uang sakunya rasanya mustahil.

“Ada Om Tampan yang sangat baik memberikan kita diskon–”

“Mommy…maaf itu salah kami. Sepertinya Om itu berbohong. Dia berkata jika kita bisa menjawab pertanyaan matematikanya katanya pemilik toko akan memberikan kita diskon untuk membeli tas ini,” ujat Enzo sembari menunduk takut dimarahi oleh Thana.

Elio disisi lain heran. “Enzo apa maksudmu?”

Thana memegang tangan kedua putranya. Dia tau Elio sifatnya lebih ekstrovert sementara Enzo lebih sedikit berbicara tetapi dia bisa memahami situasi dalam diamnya.

“Mommy hargai hadiah kalian, tapi lain kali hati-hati ya kalau bertemu orang asing. Bagaimana kalau dia pria jahat hm?”

Elio langsung menggeleng tidak setuju. “Nggak Mom, omnya sangat tampan, Elio lupa tanyakan namanya dan minta nomornya untuk mommy.”

“Eh untuk apa minta nomornya buat mommy?” Thana keheranan sementara Enzo mendelik adiknya dengan tajam.

“Sepertinya dia sangat cocok untuk mommy.”

Bu Wati langsung pecah tawanya saat mendengar itu. “Tuh liat Than, anak kamu lebih pinter lo,” bisiknya.

“J-jadi Om itu bilang dia temenan sama pemilik toko tas ini?” tanya Thana. Dia akan mencari siapapun pria ini untuk membayar sisanya karena Thana tau betul tas ini pasti memiliki harga yang sangat fantastis.

“Iya Mommy, Elio cuma inget omnya sangat tampan saja.”

**

“Bu Thana, ini materi rapat kita hari ini dengan Pak Sergio.” Meira, asistennya selalu Manager Kreatif menaruh sebuah maps kuning.

“Terimakasih ya Meira, silahkan persiapkan ruangan rapatnya dulu 5 menit lagi saya datang kesana.”

“Baik Ibu.”

Thana duduk dan menaruh tas putih baru pemberian putra kembarnya itu, lalu membaca materi rapat hari ini.

Ada banyak sekali pembahasan mulai dari rencana pelincuran model tas dan pakaian baru dan segala detailnya.

Lalu, perhatian Thana langsung tertuju kearah sebuah gambar tas putih yang sangat familiar. Disana tertulis design tas kerja terbaru yang baru diluncurkan bulan lalu.

Berarti manager sebelumnya yang dipecat yang menangani ini.

“T-tunggu… kenapa tas ini sangat mirip dengan….haa.” Thana menutup mulutnta terkejut lalu langsung menyembunyikan tasnya.

“J-jadi tas ini merk dari Andreson? Lalu siapa pria yang membantu Elio dan Enzo kemarin?”

Thana benar-benar tidak habis pikir. “Meira apa kamu masih disini? Tolong datang ke ruangan saya.”

Meira datang setelah mengetuk pintu. “Ada yang perlu saya kerjakan lagi Ibu?”

“Meira saya ingin bertanya karena kamu bekerja disini lebih dahulu. Apa tas ini design milik perusahaan kita?” Thana mengeluarkan tasnya.

Meira mengangguk. “Benar Ibu, itu keluaran terbarunya, hanya ada di Mall Andreson.”

Thana semakin terdiam.

“Oke. Lalu apakah dua hari lalu Pak Sergio setelah memecat Marlina datang ke Mall Andreson?” tanya Thana.

Meira mengangguk mantap. “Benar Ibu. Pak Sergio datang sendiri ke Mall.”

Tidak!

Ini hanya kebetulan. Tidak mungkin Elio dan Enzo bertemu dengan Sergio.

Kecuali dia memastikannya sendiri

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembar Rahasia: Bolehkah Kami Memanggilmu Daddy?   Bab 48 Kenapa Papa?

    “Elio inget ya rencana kita, ini kesempatan kita untuk membahagiakan mommy jangan sampai kita buat kesalahan,” ujar Enzo, mewanti-wanti kembarannya itu. Elio mengangguk paham, “Iya, aku paham kau tenang saja. Kita pastikan kali ini mommy bisa bahagia.” Enzo mengangguk dan tersenyum kearah Elio. Tetapi anak laki-laki itu malah termenung membuat enzo bertanya-tanya. “Ada apa?” tanya anak laki-laki itu, walau lebih pendiam tetapi Enzo sangat peka dan sensitif. Elio benar-benar terlihat sedih. “Jadi benar ya kata Daniel, sepertinya papa memang sudah berpisah dengan mommy dan tidak menginginkan kita lagi? Dan mommy juga bisa mencari pasangan lain?” Enzo ikut termenung juga, dia paham betul perasaan kembarannya itu. Walau sedih, Enzo berusaha menjadi kakak bagi Elio dengan merangkul pundaknya. “Kita harus yakin dengan keputusan mommy, Elio. Jika memang papa dan mommy sudah bercerai maka mungkin itu yang terbaik untuk kita semua,”

  • Kembar Rahasia: Bolehkah Kami Memanggilmu Daddy?   47. Keputusan Final

    Thana mencuci wajahnya dengan kasar. Dia menatap kearah cermin di toilet itu dengan khawatir.Dia benar-benar berada dijalan buntu sekarang. Besar kemungkinan Enzo akan mendapatkan juara dan sebagai seorang Ibu, bukannya merasa bahagia tetapi Thana malah khawatir.Khawatir semuanya akan menyorotnya dan Sergio melihatnya ada disana. Thana tidak pernah menyangka akan ada kemungkinan seperti ini.Sergio benar-benar ada dimana-mana.“Halo, Ibu, ini Thana.”Suara ibunya terdengar bersemangat. “Gimana hasil lomba Enzo? Dapet juara dia Than?” tanya ibunya tetapi bukan itu masalah utama sekarang.“Baru aja selesai Bu sesi lombanya masih nunggu pengumuman sekarang,” jawab Thana seadanya.Dia bergerak mondar mandir di toilet itu. “Ibu daritadi gak tenang makan gara-gara kepikiran enzo terus, nanti kabarin Ibu ya, Than hasilnya gimana.”Thana mengiyakan. “Bu, aku sebenarnya ingin membi

  • Kembar Rahasia: Bolehkah Kami Memanggilmu Daddy?   46. Rencana Si Kembar

    “Mom? Kenapa sih dari tadi kayak gak nyaman gitu? Jangan-jangan mommy juga sama kayak Enzo tegang mikir hasilnya?” tanya Elio keheranan ketika keduanya sudah duduk di area makan didekat gedung acara itu.Thana sengaja mengajak putranya untuk keluar membeli es krim sementara dia merenungkan nasib hidupnya.Sergio Andreson, ah kenapa pria itu ada dimana-mana? Pertama di acara pembukaan taman bermain yang ternyata adalah milik pamannya dan sekarang apa keluarga Andreson juga memiliki hubungan dengan pemilik acara lomba ini?Thana dengan gerakan secepat kilat langsung membuka ponselnya dan berusaha mencari bisnis apa saja yang sebenarnya dilakukan oleh keluarga Andreson. Dan fakta mengejutkan dia dapatkan, bukan hanya donatur utama dari kegiatan ini tetapi lebih parahnya lagi adalah Keluarga Andreson yang ternyata menjadi pemilik Alexandria Internasional School atau AIS.Sekolah tempat Elio dan Enzo sekolah. Sekujur tubuhnya melemas, semua hal mem

  • Kembar Rahasia: Bolehkah Kami Memanggilmu Daddy?   45. Takdir Berkata

    “Enzo kenapa rotimu tidak habis kau makan?” tanya Elio sembari menatap kembarannya itu dengan raut wajah keheranan. “Kalau tidak habis, sini biar aku saja yang makan aku masih lapar.”Seperti biasa, tanpa menunggu jawaban dari Enzo, Elio sudah langsung mencomot roti di kotak bekal milik kakaknya itu dengan gerakan cepat.Enzo diam, dia mengalah walau dia tidak memakannya bukan karena tidak lapar, melainkan hal lain.Hari ini, Elio, Enzo, dan Thana ada di sebuah aula tempat lomba olimpiade matematika untuk tingkat nasional diadakan. Thana sengaja menyempatkan dirinya mengambil izin untuk menemani Enzo sesuai janjinya.Akan tetapi pagi-pagi seperti ini keduanya sudah ribut-ribut saja, memang selalu ada tingkahnya. Apalagi jika ada Elio.“Enak gini buatan mommy malah gak dihabisin.” Elio ngedumel sendiri sembari mengunyah roti lapis itu dengan rakus.Thana menyadari Enzo lebih diam dari biasanya dan beralih d

  • Kembar Rahasia: Bolehkah Kami Memanggilmu Daddy?   44. Harus Bagaimana?

    “Twinkle…..twinkle little star….up above the world so high,” gumam Thana sembari mengusap puncuk kepala Elio dan Enzo bergiliran. Wanita itu menyanyikan lagu tidur dan melihat kedua putranya terlelap dengan wajah lelah seharian sekolah dan les membuatnya juga ikut mengantuk.Namun ketukan dari pintu luar yang setengah terbuka itu membuat Thana menoleh. Ibunya berdiri diambang pintu dengan wajah yang sendu.Thana bergerak secara perlahan agar tidak membangunkan kedua putranya dan berjalan mendekatinya ibunya. “Nak, Ibu tidak bisa tidur, kita berbicara sebentar dibawah,” ajak Bu Wati dibalas anggukan oleh Thana.Bu Wati menyodorkan teh hangat yang dia buat dan beralih menatap putrinya itu dengan penuh kekhawatiran diwajahnya. Thana tahu apa yang sedang ibunya pikirkan dan diapun juga memikirkan hal yang sama.“Nak….masalah dengan Sergio, bagaimana kamu akan menghadapinya sekarang?” lirih Bu Wati. Tengah malam, suasana hening dan lampu yang temaram, benar-benar membuat Thana merasakan pe

  • Kembar Rahasia: Bolehkah Kami Memanggilmu Daddy?   43. CEO Killer

    Thana duduk dengan tidak nyaman disalah satu kursi di ruangan konferensi. Ada seluruh direktur, dan kepala manager dari berbagai macam divisi berkumpul untuk rapat evaluasi di kuarter ketiga tahun 2025 ini.Perutnya masih sakit ditambah Sergio yang duduk meja utama, menatapnya dengan tatapan tajam.Sergio sudah memberikan perintah agar Thana mengambil cuti tetapi wanita itu mau tidak mau harus hadir karena tidak tega meninggalkan Meira sendiri untuk mempresentasikan semua hasil kinerja divisi kreatif yang begitu banyak itu.Thana berusaha mengabaikan tatapan dan pesan Sergio, dia akan menjelaskannya pada pria itu nanti tetapi sekarang sudah segera giliran divisinya untuk presentasi.“Jadi seluruh dananya tidak tereliasasi sesuai plan sebelumnya? Apa yang timmu kerjakan kalau begitu selama 3 bulan ini?” sinis Sergio sembari mengetuk-ngetukkan jemarinya diatas meja.Terhitung sudah hampir 3 jam Sergio mengeluarkan kata-kata tajam itu karena dia selalu bisa saja menemukan kelalaian dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status