"Siapa kamu? Mau kamu apa?!"
"Dek, bangun dek! Kamu kenapa?" Kurasakan tamparan pelan di pipiku yang berasal dari Mas Hanif.
Aku tiba-tiba terbangun karena merasa seperti ada yang menarik sukmaku masuk kembali ke dalam badanku. Dengan peluh yang bercucuran di kening dan detak jantung yang lumayan cepat, aku melihat keadaan sekelilingku. Bingung, kenapa tiba-tiba aku berada di kamar dengan posisi tidur?
"Kamu mimpi apa dek kok sampai kayak orang ketakutan gitu? Liat nih keringat kamu banyak banget keluarnya." Tanya Mas Hanif.
Ahhh, akhirnya aku paham bahwa ternyata aku sedang bermimpi tadi. Tapi, mimpi itu terasa sangat nyata sehingga aku tidak bisa membedakan berada di dunia mana aku saat itu. Kulihat jam yang menempel di dinding, waktu telah menunjukkan pukul 2 malam. Sama persis saat aku juga terbangun di dalam mimpiku. Aku takut, kali ini aku masih tetap dalam keadaan bermimpi.
"Mas, cubit Sarah, mas." Ucapku ke Mas Hanif.
Mas Hanif langsung mencubit tanganku dan membuat diriku langsung teriak seketika karena sakit.
"Loh, katanya minta dicubit." Ucap Mas Hanif kembali.
"Iya, buat mastiin kalau Sarah udah ga mimpi lagi. Ngomong-ngomong kok Mas Hanif bisa masuk ke sini?"
"Kamarmu ga dikunci, terus pas mas lewat karena mau ke dapur, mas denger kamu teriak kayak orang ketakukan, jadi mas buru-buru masuk takut ada apa-apa sama kamu."
Mas Hanif menatapku dengan heran ,seolah menunggu jawaban dariku perihal apa yang barusan terjadi kepadaku.
"Sarah mimpi mas. Tapi anehnya, masa Sarah mimpi didalam mimpi. Aneh banget, terus bikin ngeri." Aku menjelaskan ke Mas Hanif sambil bergidik.
Mas Hanif memberikan minum untukku terlebih dahulu agar merasa lebih tenang. Dia mengelus rambutku dengan pelan. Aku terdiam kembali karena masih memimpikan mimpi-mimpiku tadi. Sangat aneh, mengapa suara perempuan misterius itu menyebut nama nenekku? Apa yang pernah terjadi sebelumnya.
Ya, nama yang dimaksud oleh perempuan misterius itu adalah nama nenekku. Kemala, lengkapnya Kemala Aningtyas. Aku tidak tahu persis bagaimana kehidupan nenekku jaman dahulu, yang kutahu hanya nenekku adalah anak dari seorang tuan tanah pada jamannya sehingga tak heran harta warisan nenekku dari kedua orang tuanya sangat banyak karena nenek merupakan anak satu-satunya dari tuan tanah tersebut.
Berdasarkan cerita kakek dan pakdeku yang merupakan anak tertua dari kakek dan nenek, ketika kakek menikah dengan nenek, kakek adalah seorang pemuda yang berasal dari keluarga sederhana. Bahkan bisa dibilang hidupnya serba kekurangan karena kedua orang tua kakekku atau buyutku hanya bekerja sebagai buruh yang disuruh untuk menggarap sawah milik warga, tentunya dengan upah yang tidak seberapa namun cukup untuk makan sehari-hari.
Kakekku sempat dipandang sebelah mata oleh kedua mertuanya atau buyutku dari pihak nenek. Karena berasal dari keluarga miskin, kakekku sempat tidak dianggap sebagai menantu di keluarga besar nenek. Beliau bahkan disuruh ini itu seperti pembantu rumah tangga di kediaman rumah orang tua nenek.
Tapi semua itu akhirnya berubah setelah orang tua nenek, lebih tepatnya kakek buyutku menderita suatu penyakit aneh dan tidak ada satu orangpun yang bisa mengobatinya. Sudah puluhan dokter dan orang pintar yang datang ke rumah mencoba untuk mengobati penyakit kakek buyut, namun penyakit tersebut tetap saja tidak hilang, bahkan sampai membuat badan kakek buyut menjadi kurus kering.
Kakek yang saat itu sudah menjadi suami nenek menjadi tidak tega melihat mertua laki-lakinya menderita. Walaupun tidak pernah dianggap sebagai menantu, tetapi kakekku tetap menunjukkan baktinya sebagai seorang anak kepada orang tua nenek. Di saat semua orang bingung dengan penyakit yang menyerang kakek buyutku, kakek mengajukan diri untuk membantu menyembuhkan penyakit tersebut. Awalnya, banyak orang yang meremehkan niat kakek, termasuk istrinya sendiri yaitu nenekku. Tapi kakek tidak perduli, dengan hati yang lapang dan ikhlas, kakek tetap mencoba menyembuhkan penyakit kakek buyut sedikit demi sedikit.
Hanya dengan bermodalkan sholat, dzikir, dan amalan doa-doa khusus yang di baca dengan khusyuk secara terus menerus setiap hari, kakek meminta kepada Allah untuk dibantu menyembuhkan penyakit mertuanya itu. Ajaib, penyakit itu secara perlahan, sedikit demi sedikit berkurang dengan sendirinya bahkan hingga akhirnya kakek buyut menjadi sembuh total. Seluruh keluarga yang tadinya menyepelekan keberadaan kakek menjadi takjub dan menaruh hormat. Termasuk kedua orang tua nenekku. Mereka berdua menjadi lebih menghargai kakek dan menyayangi kakekku seperti anak kandungnya sendiri karena kakek berhasil menyembuhan penyakit aneh tersebut. Kakek dan nenek buyutku bahkan sempat menawarkan beberapa hektar sawah dan harta lainnya untuk kakek sebagai ucapan terima kasih mereka. Namun kakek menolak semua itu. Kakek lebih memilih menyuruh mereka untuk segera bertobat dan mendekatkan diri ke Allah agar selalu diberi ketenangan lahir dan batin serta terhindar dari segala marabahaya.
Dengan perasaan haru, kakek dan nenek buyutku meminta kakekku untuk mengajari mereka ilmu agama, namun kakekku menolak. Kakek merasa belum pantas untuk mengajari seseorang ilmu agama karena dirinya sendiri masih berguru dengan seorang kiai untuk memperdalam ilmu agama. Kakek lalu mempersilahkan kedua mertuanya untuk ikut belajar mendalami agama dengan kiai tersebut.
Mulai dari situlah, sedikit demi sedikit kehidupan kakek menjadi lebih baik, usaha yang telah kakek bangun sendiri selama ini, mulai terlihat perkembangannya sehingga semakin membuat orang-orang terutama keluarga besar nenek, menaruh rasa hormat terhadap kakek.
Beralih ke kisah nenek yang hanya sedikit aku dengar ceritanya dari Mas Hanif, katanya nenekku yang bernama Kemala, awalnya adalah seorang gadis yang lemah lembut dan baik hatinya. Dengan wajah yang manis dan berpenampilan modis, nenekku juga merupakan salah satu primadona di wilayah mereka tinggal pada masanya, ditambah lagi nenek yang merupakan anak orang terpandang di desa, semakin membuat banyak lelaki ingin meminang nenek pada saat itu. Namun, dari banyaknya lelaki yang ingin melamar nenek, hanya kakek seorang yang bersikap cuek dan masa bodo terhadapnya. Hal tersebut membuat nenek menjadi sangat penasaran dengan sosok kakek.
Akhirnya nenek pun mulai mencari tahu jati diri kakek yang saat itu masih bekerja mengurusi sawah milik orang lain. Ternyata kakek bersikap seperti itu karena kakek sedang menjalani suatu hubungan dengan seorang gadis yang tinggal di kampung sebelah. Mulai saat itu, setelah tahu keadaan yang sebenarnya, entah mengapa nenek berubah menjadi sosok yang terobsesi dengan kakek dan melakukan segala cara agar bisa mendapatkan perhatian kakek. Bisa dibilang, sosok Kemala ini berubah menjadi gadis yang ambisius. Mungkin hal tersebut terjadi karena biasanya dia selalu mendapatkan apapun yang dia inginkan tanpa bersusah payah, termasuk perhatian dari semua lelaki. Hanyak kakek saja yang tidak perduli dengan keberadaan nenek pada waktu itu.
Entah apa yang dilakukan nenek hingga pada akhirnya kakek berhasil didapatkan dan bahkan menjadi suaminya hingga saat ini. Entah bagaimana pula akhirnya kisah cinta kakek dan gadis tersebut karena sejak kakek menjalin hubungan dengan nenek dan sampai akhirnya mereka menikah, gadis tersebut tidak terdengar kabarnya sama sekali.
Sebenarnya aku cukup prihatin dengan kisah cinta kakek. Aku merasa, kakek menikah dengan nenek dengan suatu paksaan bahkan ancaman terlebih dahulu. Namun disisi lain, jika kakek dan nenek tidak menikah, maka tidak mungkin mamaku dan pakdeku lahir ke dunia, sehingga tidak mungkin pula ada aku dan saudara-saudaraku ada di sini seperti saat ini.
Cinta memang sungguh membuat segala sesuatunya menjadi rumit.
Kemala terlihat begitu mengenaskan. Duduk di lantai kamar dengan pandangan mata yang kosong. “Bu,” sekali lagi Anita memanggil nama Kemala, bermaksud untuk menanyakan keadaannya, namun tak ada jawaban apapun yang keluar dari mulut Kemala.Dedi pun akhirnya menghampiri Kemala, berjalan dengan perlahan-lahan karena takut terkena pecahan kaca dari meja rias. Dedi kini berjongkok di hadapan Kemala dan bertanya, “kamu kenapa lagi?”Memang terkesan kasar saat seorang suami menanyakan keadaan istrinya seperti itu, tapi memang begitulah sikap Dedi sehari-hari kepada Kemala, tidak pernah basa basi dan langsung kepada intinya.Mendengar suara Dedi, secara perlahan Kemala mulai menunjukkan reaksinya. Kemala menatap wajah suaminya terlebih dahulu, dan tak lama kemudian tiba-tiba saja dia menangis sendu sambil mengangkat jari telunjuknya ke arah meja rias.“Tadi Asih ada di situ, mas.”“Asih? Siapa Asih?” terdenga
“Sarah?” Andre terkejut begitu mengetahui bahwa di belakangnya telah ada sosok Sarah, kekasihnya. Dia pun langsung berjalan menghampiri Sarah. “kamu udah lama di sini? Kenapa gak ngabarin aku?” Andre berusaha tetap terlihat tenang di hadapan Sarah walaupun sebenarnya di dalam hatinya dia khawatir jika Sarah akan berfikir yang tidak-tidak mengenai dirinya yang sedang bersama wanita lain.“Aku udah dari tadi ada di sini, maksudnya mau ngasih kamu suprise. Ngomong-ngomong dia siapa, Ndre?” tanya Sarah.“Ah, iya sebentar aku kenalin dulu. Anggun, kesini!”Anggun berjalan menuju Sarah dan Andre dengan langkahnya yang di buat seanggun mungkin. Dengan perasaan yang tidak menentu, dia akhirnya berhadapan langsung dengan Sarah setelah selama ini dia hanya mencari tahu sosok sarah –gadis yang berhasil mengalihkan perasaan Andre darinya- lewat media sosial.“Anggun, kenalin ini pacarku Sarah. Sarah, ini Ang
“Sarah?” Andre terkejut begitu mengetahui bahwa di belakangnya telah ada sosok Sarah, kekasihnya. Dia pun langsung berjalan menghampiri Sarah. “kamu udah lama di sini? Kenapa gak ngabarin aku?” Andre berusaha tetap terlihat tenang di hadapan Sarah walaupun sebenarnya di dalam hatinya dia khawatir jika Sarah akan berfikir yang tidak-tidak mengenai dirinya yang sedang bersama wanita lain.“Aku udah dari tadi ada di sini, maksudnya mau ngasih kamu suprise. Ngomong-ngomong dia siapa, Ndre?” tanya Sarah.“Ah, iya sebentar aku kenalin dulu. Anggun, kesini!”Anggun berjalan menuju Sarah dan Andre dengan langkahnya yang di buat seanggun mungkin. Dengan perasaan yang tidak menentu, dia akhirnya berhadapan langsung dengan Sarah setelah selama ini dia hanya mencari tahu sosok sarah –gadis yang berhasil mengalihkan perasaan Andre darinya- lewat media sosial.“Anggun, kenalin ini pacarku Sarah. Sarah, ini Ang
Siang itu udara terasa sangat panas, sepanas hati seorang laki-laki setengah baya yang sedang berdiri di jendela menatap hamparan kebun buah yang mengelilingi rumah mungilnya yang berada di tengah-tengah perkebunan.Perawakannya tinggi besar dengan wajah yang masih bisa dibilang awet muda untuk usianya saat ini. Lelaki tua itu bernama Anton, sosok yang mendatangi Rumah Kemala secara tiba-tiba dan mengancam akan menyebarkan rahasia Kemala kepada Dedi.“Kamu terlalu meremehkanku, Kemala. Lihat saja, aku akan menuntut kembali apapun yang sudah menjadi hakku, bahkan jika itu harus menyingkirkan dirimu dan membuat diriku masuk ke dalam penjara!” dengan tersenyum smirk, Anton membalikkan tubuhnya dan duduk di kursi tua kesayangannya. Tak lupa dia menyalakan televisi tabung untuk sekedar melihat-lihat berita yang sedang ramai di perbincangkan oleh masyarakat saat ini.“Ayah?” terdengar suara seorang wanita yang memanggil Anton dengan sebut
“Ampuuunnnnn, maafkan aku Asih! Jangan ganggu aku lagi!”“Kau harus merasakan pembalasanku, dasar wanita biadab! Ha ha ha ha.”“Tidak! Kau sudah mati, Asih! Kau tidak akan bisa menyentuhku!”“Ha ha ha ha, kau akan segera merasakan pembalasan keji dariku!”“Tidaaaakkk! Tolooooong!”“Nek, nenek bangun, nek!” Terdengar suara Evan yang berusaha membangunkan neneknya dari mimpi buruk yang sedang menimpanya.“Hah? Aku di mana?” Tanya Nenek Kemala.“Nenek ada di dalam kamar nenek.”“Syukurlah. Nenek pikir setan itu sudah membawa nenek pergi jauh.”“Setan apa nek? Nenek mimpi apa sampai teriak-teriak histeris gitu?”“Nenek mimpi seram, Van. Ada perempuan jahat yang mau melukai nenek, bahkan mau membunuh nenek, nenek takut sekali, huhuhu,” kata Kemala dengan menunjukkan ekspresi yang sangat ke
Aku sedikit terkejut saat menyentuhnya dan bertanya apakah beliau sedang sakit? Tapi tidak ada tanggapan sama sekali dari mama. Malah mama langsung meninggalkanku begitu saja dan berjalan cepat menuju kamarnya lalu menutup pintu dengan sedikit membanting.Aku terkejut karena tidak biasanya mama bersikap seperti itu, selama ini mama terkenal sebagai wanita yang lemah lembut hatinya. Aku memutuskan untuk mendiaminya terlebih dahulu karena kupikir mama sedang ada masalah dan belum mau masalahnya itu di ketahui oleh anaknya, maka saat itu aku langsung menuju kamarku dan mengistirahatkan tubuhku sampai akhirnya aku tertidur lumayan lama dan terbangun menjelang magrib seperti saat ini.“Pa? Papa?”, teriakku memanggil papa. Rasa takut sudah mulai menyerangku saat ini.“Mas Evan? Mas Ivan?”, kali ini gantian aku meneriakkan dua nama kakak kembarku itu.Tetap tidak terdengar satupun sautan atau jawaban dari anggota keluargaku di rumah ini.