Share

2. Posesif

Dara duduk di ruang tamunya ketika dia baru saja selesai mandi di kediaman Arga, hanya di sana dia bisa bersantai dengan menjadi nyonya di sini. Om dan tante selalu mengharapkan dia ada di sini. Andai saja dia dan Robi bukan sepupu, sudah pasti mereka berdua akan diminta untuk menikah saja, dibandingkan harus menjadi sepupu seperti ini. Apalagi keluarga besarnya Arga tahu seluk beluknya Dara.

Sewaktu dirinya mendapatkan pesan dari Gio, dia langsung membukanya. “Kapan pulang?”

“Abis ini pulang.”

“Pulang sekarang juga! Aku nggak suka kamu keluyuran!”

Salah satu yang akan membuat Dara tersadar bahwa dirinya harus tetap menjaga hati sang kekasih. Begitu diminta untuk pulang, maka dia akan pulang. Sampai sekang pria itu malah menjadi orang yang keras kepala. Bertahun-tahun mereka pacaran, sikapnya Gio masih tetap sama. Yaitu dia akan menjadi orang yang pertama kali mengekang hidupnya Dara.

Tapi dengan cara seperti itu Dara suka. Karena menganggap bahwa Gio adalah pria yang sangat perhatian kepadanya. “Aku jemput sekarang juga.”

Dia tersenyum, saat dirinya tadi hendak marah karena dikekang oleh pria itu. Tapi tidak lagi karena dia merasa sangat disayangi oleh Gio. “Aku tunggu sekarang.”

Arga baru saja menghampiri keponakannya. “Kamu kenapa senyum-senyum?”

“Nggak ada, Om.”

Arga sendiri sudah tahu bahwa keponakannya menjalin hubungan dengan, Gio. Dia tidak suka terhadap pria itu. Bahkan tidak segan-segan memperlihatkan ketidaksukaannya terhadap Gio sekalipun itu di depan Dara.

Bukan tanpa sebab dia merasa seperti itu kepada Gio. Karena dia juga sebenarnya tahu masa lalu pria itu yang pernah menjadi seorang playboy. Dia meminta kepada anak buahnya mencari tahu keberadaan dan juga kehidupan pria itu dari beberapa orang. Akan tetapi sekalipun dia memberitahu Dara. Jawaban Dara akan tetap sama. Setiap orang memiliki masa lalu yang tidak bisa menjadi tolok ukur untuk menilainya.

Maka jawaban Arga akan tetap mengalah kepada keponakannya.

Tidak lama waktu mereka asyik mengobrol. Tiba-tiba terdengar suara mobil yang sudah ada di depan rumah. “Om, aku balik dulu, ya.”

“Iya, kamu hati-hati, ya.”

Arga tidak mau keluar ketika ada Gio di sana. Sudah tahu pria itu akan pintar sekali mencari muka di hadapan Arga.

“Om nggak ke depan?”

“Kamu aja, Om harus selesaikan pekerjaan dulu.”

Waktu itu dia langsung pergi dari rumah Arga. Waktu di sana dia melihat Gio berdiri di depan mobilnya. “Kamu lama.”

“Maaf, tadi aku lagi ada urusan soalnya. Lagi ngobrol sama, Om.”

“Kamu tahu sendiri aku nggak suka kamu keluyuran. Pulang kerja ya pulang ke rumah. Bukannya malah ke sini. Aku nggak suka lihat kamu di sini tahu.”

Maka sekarang dia mendekat ke arah Gio. “Maaf, aku kan nggak bermaksud bikin kamu marah. Aku sama sekali nggak mau bikin kamu kesal sama aku.”

Gadis itu mengamati ekspresi kekasihnya begitu sudah ada di dalam mobil. Sekarang dia diantar ke apartemennya oleh Gio. “Kamu tadi pulang sama Robi?”

“Iya, soalnya Om Arga suruh aku pulang ke rumahnya.”

“Besok nggak usah ke sana lagi. Aku nggak suka kamu sama Robi.”

Dara mengusap bahunya mendengar permintaan dari Gio. Biar bagaimanapun juga Robi adalah sepupunya. “Kamu nggak suka dilarang seperti itu?”

“Aku bukannya nggak suka. Tapi ini kan keluarga aku. Kamu minta aku jauhi dia?”

“Itu hak aku minta kamu jauhi siapa pun. Kamu sebentar lagi jadi istri aku. Jadi seharusnya kamu tuh nurut sama aku.”

Gadis itu mengiyakan apa yang sudah dikatakan oleh kekasihnya barusan. “Kamu nggak suka ya bilang aja sih. Aku kan nggak maksa kamu juga.”

Tidak maksa bagaimana? Pria itu sudah mengatakan dengan jelas kalau dia tidak suka melihat Robi bersama dengan Dara. Sampai di apartemennya Dara, pria itu juga masuk ke dalam kamarnya. “Kamu kenapa sampai kamar sih?”

“Aku marah.”

“Marah kenapa? Kamu bisa marah besok. Jangan masuk ke kamar aku. Aku nggak suka.”

Pria itu mendekat lalu memeluk Dara. “Aku nggak suka kamu sama Robi. Itu aja yang aku benci. Dia bakalan jelek-jelekin aku di depan kamu. Itu sudah menjadi hal yang sangat biasa, Sayang.”

Dara menggelengkan kepalanya mendekat kepada Gio. “Kamu terlalu cemburuan, sayang.”

Pria itu mendekap Dara saat Dara hendak ke kamar mandi untuk menaruh baju kotor yang tadi dibawanya dari rumah Arga. “Aku mau nyuci.”

“Peluk bentaran doang.”

Gio seperti anak kecil bagi Dara, dia membiarkan pria itu memeluknya dengan erat. Dara berbalik lalu berpelukan dengan Gio. “Sayang.” Pria itu berbisik pada Dara saat Dara sedang menikmati pelukannya dengan Gio.

Suara deru napasnya Gio mulai memburu, cukup mengganggu ketenangannya Dara saat dia merasakan bahwa Gio menginginkan dirinya. “Boleh sekarang?”

Pasalnya bukan satu atau dua kali Gio mengajaknya bercinta. Tapi sudah sering pria itu mengajaknya dan kemudian Dara akan mencari cara yang bisa membuat dirinya terhindar dari pria itu. “Kamu sendiri tahu kan kalau kita belum menikah belum boleh lakukan itu.

“Tapi kita pasti akan menikah, sayang.”

Dara tetap menolak itu. Dia tidak mau dirusak oleh calon suaminya. Sekalipun itu adalah Gio sendiri. “Aku nggak mau.”

Pria itu menghela napas. “Sampai kapan?”

“Sampai kita resmi jadi suami istri. Tubuh aku berhak kamu miliki. Nggak sekarang, Gio. Aku jelas tidak akan pernah mau sekalipun kamu mengatakan bahwa kamu adalah calon suamiku. Nggak akan pernah kamu dapatkan hal itu. Aku nggak mau.”

Jadi ini adalah kesekian kalinya Dara menolak diajak bercinta oleh pria itu. Kalau hanya sekadar berciuman, menggigit lidah satu sama lain, gigitan lembutnya Gio pada bibir bawahnya Dara, itu jelas masih dalam kewajaran. Tapi kalau sudah menjurus pada seks, maka Dara akan menolak dengan keras. “Kamu marah?” Dara beranikan diri bertanya pada Gio yang melepaskan pelukannya tadi.

Pria itu kemudian menatapnya. “Nggak, kalau kamu memang nggak mau aku nggak maksa kok.”

Tapi bagi Dara ini jelas menyinggung dirinya juga sebagai seorang wanita. Kalau seorang pria sudah meminta jatah itu, sudah bisa dipastikan bahwa dia akan mendewakan nafsunya. Jadi Dara berusaha untuk menjaga dirinya dengan baik agar tidak terbuai juga dengan rayuan maupun pelukannya Gio untuknya. Dia hanya ingin menjalani hubungan dengan baik sekarang tanpa ada sentuhan di luar nikah. Apalagi menjurus ke seks, sungguh itu yang tidak akan pernah dilakukan oleh Dara.  

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status