Share

6. Pertengkaran

Author: Queenazalea
last update Last Updated: 2023-06-08 11:58:28

Dara sudah cukup lelah sekali bekerja hari ini. Robi yang mengantarkan dia untuk pulang ke apartemen istirahat dan tidak diperbolehkan ke mana pun usai dia pergi ke Bandung dengan sepupunya.

Jadi pulang dari sana pria itu meminta dia untuk fokus istirahat saja dibandingkan harus mengurus kehidupan asmaranya. Gio juga menghubungi sedari mereka ada di Bandung, pria itu agak posesif dengan Robi. Padahal tidak ada hubungan apa pun yang harus dicemburui. Juga karena Gio memang tipikal yang ingin memiliki dengan sangat.

Tapi Dara tidak suka dengan pria semacam itu yang bisa membuat mentalnya tidak baik-baik saja.

Sudah sekian lama dia menjalin hubungan tapi jika ada alasan di mana Dara dengan Robi, pasti mereka berdua bertengkar.

Jadi, ini yang akan jadi suaminya?

Sungguh Dara juga sering sekali tertekan dengan pria semacam ini. Tapi dia mencintai Gio, kapan pun dia butuh, pria itu akan cepat datang kalau Dara butuh. Itu adalah kelebihannya Gio akan selalu ada setiap kali Dara membutuhkan sandaran saat dia dan Leta bertengkar. Apalagi ingat ucapan orangtuanya beberapa bulan lalu saat dia dikatakan jangan melangkahi Leta.

Oh sungguh, ini penyakit hati yang dia benci. Kenapa dia tidak bisa menikah kalau Leta belum menikah? Kakaknya juga tidak pernah mengenalkan pasangannya kepada siapa pun.

Sejujurnya dia juga tidak mengerti dengan kakaknya yang di mana banyak pria yang menyukainya, tapi tidak ada satu pun yang diberikan kesempatan oleh kakaknya.

Baru saja dia selesai mandi dan mengeringkan rambutnya, dia duduk di ruang tengah sembari menyalakan televisi menonton berita yang terjadi hari ini. Wanita itu tersenyum ketika mendapati pesan dari Gio. “Aku ke apartemen kamu, bawain kamu makanan.”

Memang belum sempat dia membeli makanan untuk dirinya sendiri karena lelah sekali perjalanan hari ini yang diminta untuk menemani Robi bertemu dengan salah satu kliennya.

Robi dan ayahnya memang bekerja sama dengan baik, jadi di mana pun Dara berada. Pasti itu juga atas permintaan ayahnya Robi.

Waktu dia mendengar suara pintunya diketuk. Dia segera beranjak dari tempat duduk dan membuka pintu untuk Gio.

Pria itu langsung mencium bibirnya. “Hey, ada apa sih?” tanya Dara mendorong tubuh pria itu dan mencium bau alkohol. “Sayang, sejak kapan kamu mabuk.”

“Kepalaku hanya pusing, Sayang.”

Tetap saja Dara mendorong pria ini. Sejak kapan juga pria ini jadi pemabuk yang membuat dirinya merasa risih. “Kamu kenapa mabuk?”

“Karena kamu jalan sama Robi. Aku nggak suka dia selalu ada di sisi kamu.”

Tapi tunggu sebentar. Mereka ini sudah pacaran berapa tahun? Kenapa baru sekarang dia lihat Gio seperti ini. “Aku ingin menginap malam ini.”

Tidak mungkin dia biarkan Gio menginap dalam keadaan sedang mabuk seperti ini. Dia bisa melakukan hal nekat nanti ketika Dara sedang tidur. Kamar tidur hanya ada satu di apartemennya. Yang sebelah lagi digunakan sebagai tempat olahraga khusus oleh Dara.

Wanita ini sepertinya harus tetap hati-hati lantaran Gio tidak bisa dia kendalikan. Pria itu meletakkan makanan di atas meja dan langsung berbaring di atas sofa.

Tatapan Dara langsung tertuju pada lehernya Gio.

“Gio, siapa yang lakukan ini?”

Pria itu langsung bangun dari tempat tidurnya barusan yang dia berbaring di sofa apartemennya Dara. Dia melihat kalau Dara terlihat sangat curiga dengannya. Gio mabuk lantaran dia merasa sangat bodoh, yang terjadi adalah—dia meniduri Leta.

Bajingannya dia menginginkan Dara untuk jadi istrinya. Tapi sudah melakukan itu dengan Leta dan merenggut kehormatan calon kakak iparnya sendiri.

Dia sangat mencintai dan mengagumi Dara dari segi apa pun. Menjaga cintanya untuk tetap utuh. Memikirkan andai saja dia bisa bercinta dengan Dara, apakah semua bayangan tentang Leta yang disentuhnya itu bisa hilang.

Pikiran rumitnya mulai terasa dengan jelas sekali. Gio merasa bersalah sekaligus dia ingin lakukan itu dengan Dara. “You betrayed me?”

Tatapan Gio tertuju pada Dara, siapa yang berkhianat? Kenapa pikiran itu lewat di pikirannya Dara. “Did you see me do it, Dara?”

I guess I'm not right, Gio. Sorry.”

Gio mengangguk, lalu dia merangkul Dara dengan perlahan. Tapi Dara mencoba tetap pada kesadaran agar dia bisa tahan terhadap Gio yang menyengat sekali aroma alkoholnya. “You're not gonna upset?”

“Aku hanya berpikir kamu sedang ada masalah, jadi aku tidak ada alasan untuk marah padamu.”

Dara pengalah, dia hanya mencintai Gio. Berharap bahwa ini tidak akan berlanjut lagi kalau Gio mabuk seperti ini. “Aku tidak pernah minum alkohol sebelumnya. Tapi aku hanya berpikir aku ada masalah dengan diriku sendiri.”

“Aku mengerti. Aku ambilkan selimut untukmu. Kalau kamu mau bermalam di sini, silakan.”

Wanita itu pergi dari ruang tengah lalu mengambilkan selimut untuk Gio. Sekembalinya dari kamar dia telah melihat pria itu sudah terlelap. Sialnya lagi sekarang dia harus bagaimana. Apakah harus menghubungi Robi? Bagaimana kalau pria ini nekat menyetubuhinya? Mengingat kalau beberapa waktu lalu juga Gio selalu mengajaknya bercinta. Sementara Dara ingin menikah terlebih dahulu sebelum disentuh oleh Gio.

Harus bersabar menghadapi pria ini. Jadi, untuk esok paginya dia bisa meminta libur terlebih dahulu untuk istirahat karena pasti lelah sekali.

Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa di lehernya Gio ada bekas ciuman. Tidak mungkin itu bekas luka atau apa pun itu. Dia sedikit berpikir ucapannya Robi kalau dia sibuk bekerja. Lalu Gio bertingkah seperti ini. Sebenarnya tidak ada konflik antara mereka berdua. Tapi makin ke sini Dara semakin lelah jalin hubungan dengan pria posesif seperti Gio.

Ingin mengakhiri tapi waktu yang telah dihabiskan itu banyak sekali. Yang membuat dia menyayangkan adalah kenangan yang dihabiskan. Bukan tentang dia yang terus saja ingin mengakhiri.

Tentang bekas ciuman di leher?

Dara tidak pernah lakukan hal hina seperti itu menjatuhkan harga dirinya untuk seorang pria. Dia tidak pernah lakukan sama sekali untuk hal seperti itu. Sama sekali dia tidak akan pernah mau terlihat liar di depannya Gio.

Mungkin jika hanya berciuman itu sudah jadi hal biasa baginya. Tapi jika soal berhubungan badan, maka dia akan menolak keras soal itu. Tidak akan mungkin dia lakukan sebelum menikah. Akan merugikan diri sendiri. Tidak semua pria juga mau menerima wanita yang pernah tersentuh.

Meskipun banyak yang akan menerima apa adanya, tapi tidak banyak yang menerima lantaran kebodohan itu. Juga karena Dara masih ingin menjaga harga diri dan nama baik orangtuanya. Mau tidak mau dia harus menjaga diri sampai pernikahan itu tiba.

Dia masuk membawa makanan yang telah diberikan oleh Gio untuknya.

Keesokan harinya Dara memiliki janji dengan teman-temannya di salah satu kafe untuk berkumpul. “Tumben nggak sibuk? Btw, kamu nggak kencan nih?”

Dara mengaduk minumannya. “Nggak ah, nanti saja. Aku masih sibuk juga sebenarnya. Gio juga sibuk.”

“Ah itu ... Gio dekat sekali sepertinya dengan Leta. Sebagai calon ipar. Dia mendekati kakak kamu juga.”

Dara memicingkan matanya mendengar nama kakaknya disebut oleh Vina. “Ah mungkin kebetulan, dia memang ingin dekat dengan keluargaku semuanya. Biar nggak canggung nanti.” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kencan Buta CEO Tampan   38. Luka Itu Lagi

    Arvin mengajak istrinya untuk ke rumah sakit menjenguk Leta yang baru saja melahirkan. Menurut Dara, dia ingin sekali ke sana dan tidak membenci Leta sedikit pun. Oleh karena itu Arvin juga ingin membantu hubungan Dara dengan keluarganya untuk membaik lagi.Sejak lama sekali hubungan itu hancur. Arvin tahu soal kehidupan istrinya.Menurut Dara, dia membenci Leta dan Gio bukan berarti membenci bayi yang sudah dilahirkan oleh Leta tersebut.Bayi tidak punya salah apa pun yang tidak layak untuk dibenci. Maka dari itu Arvin harus bisa mengimbangi diri juga. Tidak ada gunanya untuk membenci Gio dan juga Leta atas kesalahan yang pernah dilakukan.Mereka berdua adalah pelaku dari kesalahan itu. Maka, anak yang dilahirkan oleh Leta tidak boleh jadi korban untuk disakiti atas mereka berdua. Jadi, Arvin juga berharap dengan cara seperti ini dia bisa membuat hubungan baik antara istri dan juga orangtuanya.Dia membawakan banyak perlengkapan untuk bayi.Sampai di r

  • Kencan Buta CEO Tampan   37. Penenang Istri

    Arvin bersiap-siap untuk menyelesaikan semua pekerjaan untuk segera bisa pulang ke rumah orangtuanya seperti yang sudah diberitahukan oleh Khadafi padanya. Hari ini akan ada yang dibicarakan oleh Sabrina kepadanya.Tanpa membawa Dara untuk ke rumah itu. Untuk pertama kalinya Arvin pulang tanpa membawa istrinya. Biasanya sang mama juga akan meminta tolong untuk menjemput Dara terlebih dahulu.Pilihan setelah Sabrina mengatakan kalau Dara tidak boleh bekerja pun diikuti oleh Dara dan juga Arvin. Mereka ingin menjadi pasangan yang terus menurut kepada orangtua. Apa yang dikatakan Sabrina pun tidak pernah disangkal oleh Dara. Tugas Arvin kali ini bukan hanya untuk nafkahi Dara saja. Tapi juga untuk mendidik istrinya lebih patuh kepada apa yang dikatakan oleh orangtuanya Arvin.Melakukan hal yang sama juga kepada orangtuanya Dara. Tahu kalau hubungan istrinya dengan orangtua kandungnya sendiri tidak baik-baik saja. Meskipun dulu pernah membuatkan gaun pernikahan juga setelan untuk Arvin. B

  • Kencan Buta CEO Tampan   36. Setelah Menikah.

    Di kantor Arvin bekerja seperti biasanya seolah menjadi karyawan biasa yang tanpa jabatan tinggi di sini. Semua dia pelajari dari beberapa seniornya. Tahu bahwa menyelepelekan ini mungkin saja akan membawa dampak buruk bagi perusahaan orangtuanya. Kemudian Arvin tersadar kalau dia tidak bisa mengabaikan ini begitu saja.“Vin, bisa minta tolong bawa berkas ini ke Bapak?” salah seorang atasannya meminta untuk membawa berkas ke ruangan Khadafi. Memang Arvin tidak suka dipanggil dengan embel-embel bapak juga di kantor ini. Ingin dianggap seperti yang lainnya dan bisa berbaur.Arvin bangun dari kursi kerjanya dan mengiyakan. “Minta tanda tangan?”“Ya, nanti bawa ke ruangan saya kalau bisa.”Dia mengambil dokumen itu untuk dibawa ke ruangan papanya.Khadafi sibuk seperti biasanya. “Sampai kapan sih kamu jadi karyawan? Papa pengen pensiun, Vin.” Keluh Khadafi tapi memang belum waktunya. Masih ingin menikmati waktu bersama dengan istrinya.“Sebentar lagi, Pa. Mau pacaran dulu sama, Dara.”“Ya

  • Kencan Buta CEO Tampan   35. Untuk Terkasih.

    Tidak meleset yang dikatakan oleh Arvin mengenai acara malam ini. Beberapa karyawan meminta untuk foto bersama. Selesai itu akan langsung makan-makan dan salah seorang mengambil mikrofon setelah ada instrumen musik yang diputar.Pria itu berjoget di depan Arvin sampai Dara tertawa lepas bahkan Khadafi yang tertawa melihat kelakuan anak buahnya.Lagu dangdut sambil berjoget sampai Arvin malah tertawa melihat kelakuan orang yang menyanyikan lagu untuknya. Tidak sedikit juga yang datang untuk menyawer si pria sampai Arvin juga malah merasa lucu dengan pernikahannya.Arvin mau menyangkal kalau ini bukan konsep yang diinginkan, tapi inilah yang terjadi. Pernikahan dengan segala keseruan dari orang kantornya. Khadafi malah ikut mendekat dan ikut berjoget di sana. Jatuh sudah wibawa seorang bos besar yang malah berjoget di depan banyaknya karyawan yang lain sambil mengeluarkan uangnya dan berjoget di sana.“Papa malah ikutan juga,” kata Arvin yang terus tertawa melihat beberapa orang yang ma

  • Kencan Buta CEO Tampan   34. Sedikit Ngambek.

    Dara sudah mendengar keputusan dari Sabrina, bahwa ia positif tidak diperbolehkan bekerja oleh mertuanya. Meskipun keinginan itu sangat besar, tapi benar-benar diperlakukan seperti anak kandung. “Itu muka kenapa cemberut, sih?” Arvin menghampiri sembari mengunyah makanan.Dara menatap suaminya yang terus makan. “Kamu kenapa sih makan terus?”“Namanya juga lapar. Kamu datang bulan? Emosian amat sih,”Arvin menyindirnya dan pria itu duduk di sofa menaikkan sebelah kakinya. “Mama nggak bolehin aku kerja.”“Ya nggak masalah kalau nggak dibolehin.”Dara malah tidak dibela oleh suaminya. “Kamu setuju aku nggak kerja?”“Ya gimana, kalau Mama sudah bilang begitu aku nggak bisa komentar. Aku sudah pernah bilang kalau ada pilihan antara kamu sama Mama. Aku nggak bakalan pilih keduanya.”“Jadi, aku nggak boleh kerja?”Arvin masih mengunyah makanannya. “Emang Mama bilang apa sama kamu?” tanya Arvin masih santai menanggapi istrinya.Dara masih sedikit kesal lalu kemudian menjawab. “Mama bilang kal

  • Kencan Buta CEO Tampan   32. Bahagia Usai Menikah

    Tapi sarapan sekaligus makan siang malah justru kali ini nasi goreng. “Kamu kenapa sekarang suka banget makanan beginian?” “Gimana nggak suka, Sayang? Kamu dari kita pacaran ya sudah disediakan aku nasi goreng, kadang nasi uduk. Sejak sama kamu lho aku udah nggak sarapan sama roti.” Dara menyadari itu, dia menyediakan nasi yang setiap hari kalau Arvin mampir ke apartemennya untuk sarapan. “Sayang, apa aku ini pengacau di hidup kamu?” “Nggaklah, justru aku bahagia ya sejak kamu punya pemikiran terbuka. Sekarang jadi istriku, semuanya serba berbeda sekali rasanya, Dara.” “Semoga sehat terus, ya, Mas. Biar nanti bisa sama-sama. Kita punya anak terus bisa main bareng, awasi mereka. Pasti nanti kamu juga ngerasain gimana enaknya sama-sama dari awal.” Dari awal memang itu tujuan Arvin untuk bersama dengan istrinya. Sekarang malah wanita itu yang mengatakan kalau dia pasti akan bahagia hidup dari nol bersama sang istri. Usai makan siang, Arvin mengajak sang istri jalan-jalan di sekitar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status