Share

5. Dikenalkan

Kencan?

Oh sialnya Dara yang sudah beberapa kali diberikan harapan palsu oleh Gio baru kali ini bisa berkencan dengan kekasihnya. Setelah kejadian beberapa waktu lalu saat Gio meminta izin untuk menyentuhnya. Mereka tidak lagi berkomunikasi. Dara yang enggan untuk mengalah pada kekasihnya. Lagi pula hubungan seperti itu hanya akan membuat hari sakit sekali. Jadi dia tidak bisa menolak ajakan pria ini kalau memang akan pergi nanti.

Dara baru saja siap-siap dan Gio langsung memasukkan ponselnya. Dengan tatapan curiganya Dara kepada kekasih yang telah dia pacari beberapa tahun terakhir. Menampakkan kecurigaan yang tidak ingin diketahui oleh Dara.

Ada apa?

Permainan apa yang sedang dilakukan oleh Gio.

Apa sekarang pria itu sedang bermain api dengannya?

“Atasanku yang menghubungi.”

Pria itu langsung berkata demikian tanpa ditanyakan oleh Dara. Menghilangkan kecurigaan yang terjadi antara dirinya dan Dara. Sebenarnya yang menghubunginya adalah Leta. Mereka memang sering berkomunikasi.

Perasaan Gio juga sangat besar kepada Dara. Meskipun dia ingin memulai hubungan dengan Leta, tapi wanita ini tidak bias dia sia-siakan. “Apa penampilanku tidak terlihat aneh?” pria itu menatap lekat ke penampilannya Leta dengan sweater dan rok pendek. Oh sialnya kenapa wanita ini juga selalu berpenampilan menarik sampai menggoda Gio.

Gadis ini nampak imut, bibirnya dipoles dengan lipstik berwarna merah. Kulitnya putih dan bersih. Ya, jelas saja siapa yang melihat Dara pasti akan tergoda oleh bentuk tubuhnya. Membayangkan kalau wanita ini ada di bawahnya.

Sialannya lagi Gio malah berpikir seperti itu untuk Dara. “Kita menikah sebentar lagi. Aku harus menabung lebih giat.”

Mendadak Gio bahas pernikahan, tapi Dara malah menghadap lain. Senyumannya merekah mendengar ucapan Gio yang mengatakan jika sebentar lagi akan ada pernikahan mereka berdua. Tidak pernah dia bayangkan kalau pria yang sering ngambek ini punya tujuan yang baik untuk hubungan mereka.

Gio sering membayangkan gadis kecil ini mengenakan baju tidur dengan motif bulan bintang lalu naik ke atas kasur bermanja dengannya. Meletakkan kepalanya di atas dada Gio sembari bertanya apakah Gio menginginkannya malam itu.

Dara mendekat ke arahnya. “Sayang, apa yang tadi kamu ucapkan itu serius?”

Gio mengangguk dengan sangat pasti kalau dia memang menginginkan pernikahan. Cepat atau lambat dia harus tetap menikah dengan pria ini karena memang sangat mencintai Gio. Kalau bisa, dia tidak akan masalah jika melangkahi Leta. “Mengenai pernikahan, apa kamu tidak keberatan melangkahi kakakmu?”

Dara menggeleng dengan pelan. “Aku tidak masalah. Lagi pula, Papa sama Mama tidak akan masalah bukan kalau kita menikah cepat?”

Gio mengangkat bahunya. “Jadi kalau begitu, hari ini kita kencan sampai malam. Tapi apa kamu tidak ada tugas dari perusahaan atau dari kampus?”

Seperti yang diketahui kalau Dara juga masih menempuh pendidikan. Wanita ini memang benar-benar tidak lelah belajar. Dia masih sibuk dengan pendidikan juga dengan kariernya.

Dara berdiri di dekat pria itu saat dia baru saja memakai tasnya. “Kurasa tidak. Memangnya ada apa?”

“Tidak ada, biasanya kamu yang sibuk. Setiap kali aku ingin mengajakmu keluar, kamu akan sibuk dengan berbagai macam alasan.”

Seingatnya Dara, yang sibuk adalah Gio. Sangat sulit sekali diajak untuk berkencan. Malah sekarang dirinya yang dikatakan sibuk oleh pria ini. Tidak benar seperti itu kejadiannya. Karena yang memang sibuk itu adalah pria ini. Bukan Dara.

Mobilnya Gio berhenti di salah satu restoran yang dituju. “Apa kita akan makan di sini?” nampak bahagia sekali raut wajahnya wanita ini ketika dia melihat kalau wanitanya begitu bahagia.

“Tentu saja. Aku akan mengajakmu makan di sini.”

Senyumannya merekah, pelayan datang membawakan buku menu dengan memberikan pilihan berbagai macam hidangan.

“Kamu pesan apa sayang?”

Dara masih membaca menu. Sementara Gio memesan. “Australian Tenderloin Beef Steak, minumnya Lotus Biscoff Frappuccino.”

Gio lebih dulu memesan, sedangkan Dara masih bingung untuk memesan. Pria itu membiarkan apa saja yang jadi seleranya Dara.

Pilihannya pun telah ditentukan. “Italian Beef Lasagna, terus minumnya samain aja.”

Dara menyodorkan buku menu setelah dikonfirmasi pesanan mereka berdua. Lalu pelayan itu pergi setelah meminta mereka berdua menunggu.

Keduanya mengobrol dengan santai, tempat ini memang cukup romantis. Akan tetapi garis bawahi, ini adalah tempat di mana Gio membawa Leta waktu itu. “Malam ini antar aku ke rumah Mama, ya. Aku sepertinya menginap di sana.”

Gio tidak keberatan. Lagi pula dia sebenarnya ada janji dengan Leta. Pasti juga wanita itu akan keluar rumah nanti. Jadi tidak mungkin bertemu dengan Leta di sana. Gio mencintai Dara, tapi menginginkan Leta juga saat Dara sedang sibuk dengan pekerjaan juga dengan pendidikannya.

Sebagai seorang pria dia juga terbilang masih normal. Tidak munafik kalau ia menginginkan mereka berdua. Entah mana yang akan jauh lebih memahami dirinya suatu saat nanti. Antara Leta atau Dara. Tapi untuk pernikahan, dia menginginkan Dara. Memang itu terdengar tidak adil.

Akan tetapi ini adalah pilihan yang diinginkan oleh Gio.

Seharian penuh jalan-jalan, menghabiskan waktu yang mereka sempat pertengkarkan. Karena Gio menunggu Dara waktu itu cukup lama. Akhirnya dia bertemu dengan Leta dan mengajak wanita itu dibandingkan menunggu Dara.

Sampai di kediamannya Dara, Gio juga turun dari mobil untuk meminta izin secara sopan telah mengantarkan Dara.

“Nggak mampir dulu?”

Pria itu senyum setelah ditanya oleh ayahnya Dara. “Mungkin lain kali, Om. Dara minta diantar ke sini jadi saya antarkan ke sini.”

Dia memilih untuk berpamitan lalu pergi begitu saja setelah merasa kalau Leta pasti sudah ada di luar menunggunya.

Sedangkan di sana Dara yang disambut orangtuanya ketika pulang. “Apa kamu sama Gio memang serius jalani hubungan ini?”

Tiba-tiba Dara merasa kalau kepalanya dingin sekali mendengar pertanyaan dari orangtuanya. Memangnya ada keraguan dari Gio untuk menikahinya? Sedangkan Dara juga saat ini sedang menabung demi mereka berdua bisa melangsungkan pernikahan.

“Apa Papa meragukan dia?”

Sama sekali bukan itu yang dimaksud oleh orangtuanya. “Bukan, tapi Mama sama Papa hanya memikirkan soal kakak kamu. Apa tidak sebaiknya kamu tunggu saja kakak kamu menikah dulu baru kamu menikah dengan, Gio? Karena kalau perempuan dilangkahi adiknya, dia akan sulit mendapatkan jodoh.”

“Apa kak Leta sudah punya pacar? Kalau ada, aku akan bertanya kepadanya kapan akan menikahi Kak Leta. Sedangkan aku sama Gio sudah ada rencana.”

Pulang, bukannya mendengarkan kabar baik itu adalah suatu kebahagiaan juga kalau anak mereka tidak digantung. Tapi malah diminta untuk tidak melangkahi Leta lantaran wanita itu belum menikah. “Mama sama Papa nggak pernah dukung aku dari dulu.”

“Kenapa kamu berpikiran seperti itu?”

Baru saja orangtuanya mengikuti dari belakang, Dara memilih masuk ke kamar dan mengunci pintunya. Sungguh dia benci keadaan seperti ini. Alasan dia juga keluar dari rumah ini karena ketidakadilan orangtuanya memperlakukan dia dengan Leta yang pasti akan berat sebelah. Tidak seperti orangtua pada umumnya yang memperlakukan anak-anak mereka dengan adil. Justru ketidakadilan dirasakan oleh Dara dari dulu.

Rasanya kepalanya benci sekali dengan keadaan seperti ini. Baru saja dia pulang berkencan dan merasa bahagia sekali dengan Gio. Tapi tekanan batin dari orangtua sudah membuat dia merasa bahwa dunia ini memang tidak adil baginya.

Diperlakukan sungguh tidak biasa.

Mana pacar kakaknya?

Kalau dia menunggu lagi. Pasti Gio akan meninggalkannya.

Leta tidak pernah mengenalkan kekasihnya kepada orangtuanya seperti yang dilakukan oleh Dara yang mengajak Gio ke rumah orangtuanya untuk dikenalkan sebagai seorang kekasih. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status