Dara melotot sempurna mendengar kalau kakaknya menikah dengan Gio—kekasihnya Dara sendiri yang sudah dipacarinya lima tahun ini. Rasanya, dia mati kutu ketika pulang dari apartemennya. Dara tinggal di apartemen karena lebih dekat ke kampus dan juga ke kantor. Tapi begitu dia pulang, justru kabar buruk yang menyambutnya. Lalu apa yang bisa dia maklumi, ketika pulang dengan perasaan hancur saat melihat kakaknya dengan perut besar tanpa pemberitahuan apa pun untuk Dara mengenai kakaknya yang telah menikah dengan Gio.
Hatinya juga hancur saat dia dan Gio yang selama ini baik-baik saja menyembunyikan bara api yang langsung menyentuh hatinya hingga melepuh. Gio duduk di dekat Leta—kakak perempuan satu-satunya yang Dara punya. Tapi tidak harus mengambil Gio yang sangat Dara cintai. Mereka telah menghabiskan waktu yang cukup lama juga untuk menjalin hubungan.
Matanya panas, lidahnya kelu tidak bisa bertanya banyak hal. Orangtuanya hanya terdiam juga begitu Dara pulang. Dara yang selama ini bekerja di perusahaan Arga –adik Raffi—papanya Dara.
Mau menangis pun sudah tidak bisa. Bagaimana mungkin dia memaafkan Gio atas pengkhianatan ini?
Sejenak dia memejamkan matanya. “Kami semua bisa jelaskan ini sama kamu, Dara.”
Matanya benar-benar sangat panas sekali sampai tidak sengaja air matanya pun akhirnya jatuh setelah bersusah payah dia tahan. Mendengar kalau kakaknya tadi sempat menyebut Gio sebagai 'Mas' yang artinya itu adalah panggilan suami istri. Karena Mas yang dimaksudkan ini bukan kakak. Melainkan mereka mesra waktu Dara datang, mereka berdua terlihat panik.
Raffi menatap Dara yang menangis karena pasti sedih, kekasih anak keduanya menikah dengan Leta yang merupakan saudara kandung satu ayah dengan Dara.
Dadanya sesak sekali, benar-benar dia ingin kabur sekarang, melangkah dengan cepat dari tempat ini agar tidak ada orang yang menyaksikan dia menangis. Apalagi dengan cincin yang bertengger di jari keduanya.
Kakinya terasa bergetar, lututnya juga tidak bisa digerakkan sama sekali. Hatinya telah hancur oleh kakak sendiri.
“Aku ke kamar dulu.”
Dia pamit kepada semua orang. Termasuk juga Leta yang menatap adiknya yang menangis ketika pergi dari sana. Mereka semua benar-benar tidak bisa bicara ketika berhadapan dengan Dara.
Gio juga demikian.
“Kamu masih mikirin, Dara?” Leta bertanya saat suaminya langsung melepaskan genggaman mereka berdua yang tadi begitu erat. Tapi saat Dara datang semuanya telah hancur begitu saja.
Di dalam kamarnya sendiri, Dara mencoba menerima ini. Apa yang terjadi pada kakaknya membuatnya bingung, juga dengan pertemuannya dua hari lalu dengan Gio masih terjadi. Yang artinya Gio dan Leta sudah menikah meskipun Dara menjalin hubungan dengan pria itu. Sungguh, itu di luar nalarnya Dara untuk menerima kenyataan seperti ini.
Iriana masuk ke dalam kamarnya Dara sewaktu gadis itu merapikan bajunya untuk dimasukkan ke dalam koper. “Kamu mau ke mana sekarang?”
“Aku lebih baik keluar dari rumah ini selamanya, Ma.”
Tangan Iriana dengan cepat memegangi Dara. “Mama bisa jelaskan ke kamu soal kejadian ini. Mama akan akui kalau Leta juga salah. Tapi Gio dan Leta baru menikah dua bulan lalu.”
“Tapi perutnya sudah sebesar itu?” dengan pertanyaan penuh penghakiman. Dara tertawa sambil menangis. Adalah level tertinggi orang pada saat kecewa.
Iriana juga malu mengatakan ini kepada Dara. Tapi memang kenyataannya seperti itu. Gio dan Leta melakukan hubungan terlarang yang mereka akui, bahkan pernikahan mereka pun tanpa ada paksaan setelah Gio datang mengakui tentang kehamilannya Leta.
“Kakak kamu hamil empat bulan, waktu itu Mama sama Papa juga nggak tahu. Tapi menurut kabar yang mereka akui. Mereka sudah pacaran satu setengah tahun.”
Dara semakin tidak percaya dengan yang diucapkan oleh Iriana. “Mereka berkhianat di belakang aku, Ma? Mama tahu itu sejak kapan?”
“Mereka baru mengakuinya. Mereka akui itu setelah mengaku soal anak yang ada di dalam kandungan kakak kamu itu anaknya, Gio. Gio juga tanggung jawab dan dia ngaku kalau itu adalah darah dagingnya.”
“Mama sama Papa pikirin nggak perasaan aku kayak gimana?”
Tidak ada yang bisa Iriana bela. Satu sisi Dara adalah pacar Gio yang sudah lima tahun lebih pacaran dengan putri keduanya. Tapi satu sisi juga Gio adalah menantunya yang menikahi Leta lantaran anak pertamanya itu hamil empat bulan. Anak yang tidak bisa dijaga oleh Iriana dan juga Raffi tapi tiba-tiba saja mengatakan bahwa dirinya tengah berbadan dua.
“Kak Leta itu murahan. Dia nggak kurang dari seorang pelacuu...”
Plaaaak
Iriana tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menampar Dara saat ucapan anaknya sangat sadis untuk Leta. “Mereka berdua memang melakukan kesalahan, ya. Tapi nggak seharusnya kamu ngomong begitu.”
“Mama belain dia gitu?”
Emosinya Dara membuncah saat Iriana menamparnya barusan. Tiba-tiba Gio masuk ke kamar setelah mendengar ada suara ribut yang menjadi sumber masalahnya itu adalah dirinya.
Gio langsung memegangi Dara sewaktu gadis itu terjatuh. “Pria bajingan kayak kamu nggak perlu sentuh aku kayak gini. Kamu menjijikkan, Gio!”
Tidak akan dia sangkal bahwa dirinya memang selingkuh dengan Leta sudah lama. Bahkan dua hari lalu dia sempat menengok Dara ke apartemennya. “Ya, aku akui itu. Aku sama Leta sudah lama menjalin hubungan. Aku udah ajak kamu nikah berapa kali, Dara? Kamu selalu bilang Leta belum menikah jadi kamu nunda terus. Sedangkan aku ini pria, aku juga inginkan keturunan. Umur aku sudah tiga puluh, Dara. Kamu mau sampai kapan tunda pernikahan? Aku sama Leta lakukan itu atas suka sama suka. Kami saling mencintai, kamu selalu nolak diajak nikah. Leta mikirin kamu juga.”
Dara tersenyum getir lalu dia menoleh ke arah Leta yang memegangi perutnya yang sudah membesar itu. “Kalian sudah menikah dua bulan tapi perut dia udah sebesar itu. Kalian lakukan atas dasar suka sama suka. Aku mikirin dia yang belum nikah karena dia selalu bilang nggak mau dilangkahi. Aku nggak mau dia sedih karena umurnya sudah hampir kepala tiga. Apa kurang sayang aku ke dia? Apa kamu juga nggak mikir gimana perasaan aku ke kamu, Gio. Aku nunda karena aku juga takut nyakitin hati dia. Tapi kenapa yang nyakitin itu malah kalian berdua?” Dara berteriak karena tidak tahan lagi dengan emosinya yang benar-benar sangat tinggi sekali.
Raffi berdiri di belakang Leta takut kalau emosinya Dara tidak bisa dikendalikan lalu menghajar Leta dengan perut yang membuncit. “Karena aku nolak diajak melakukan itu di luar nikah, kamu sama Kak Leta lakukan itu?”
“Aku ini pria. Nggak tahu kapan aku kebablasan. Sementara Leta yang apartemennya dekat sama aku dan akhirnya kami memutuskan tinggal bersama. Ya, aku akui aku sama dia salah. Dia hamil lalu dia pulang ke rumah orangtua kamu. Aku ke sini tanggung jawab, aku mencintai Leta dan anakku.”
Tanpa aba-aba dia menampar Gio karena dua hari lalu pria itu memeluknya, mencium keningnya seperti biasa. Tapi malah sudah menikah dengan kakak Dara sendiri. “Kamu untuk apa kasih aku uang untuk biaya pernikahan kita kalau ternyata kamu adalah seorang bajingan yang tidur dengan wanita murahan seperti dia,” tunjuk Dara yang emosinya sudah ada di ubun-ubun ketika mendengar pengakuan kekasih dan juga keluarga besarnya.
“Jaga bicaramu, Dara!”
Giliran Raffi yang meminta dia untuk jaga bicara sekarang. Sementara itu hatinya telah hancur dengan rasa yang tidak bisa utuh lagi.
“Kalian semua sama saja. Sama-sama nggak punya hati.”
Arvin mengajak istrinya untuk ke rumah sakit menjenguk Leta yang baru saja melahirkan. Menurut Dara, dia ingin sekali ke sana dan tidak membenci Leta sedikit pun. Oleh karena itu Arvin juga ingin membantu hubungan Dara dengan keluarganya untuk membaik lagi.Sejak lama sekali hubungan itu hancur. Arvin tahu soal kehidupan istrinya.Menurut Dara, dia membenci Leta dan Gio bukan berarti membenci bayi yang sudah dilahirkan oleh Leta tersebut.Bayi tidak punya salah apa pun yang tidak layak untuk dibenci. Maka dari itu Arvin harus bisa mengimbangi diri juga. Tidak ada gunanya untuk membenci Gio dan juga Leta atas kesalahan yang pernah dilakukan.Mereka berdua adalah pelaku dari kesalahan itu. Maka, anak yang dilahirkan oleh Leta tidak boleh jadi korban untuk disakiti atas mereka berdua. Jadi, Arvin juga berharap dengan cara seperti ini dia bisa membuat hubungan baik antara istri dan juga orangtuanya.Dia membawakan banyak perlengkapan untuk bayi.Sampai di r
Arvin bersiap-siap untuk menyelesaikan semua pekerjaan untuk segera bisa pulang ke rumah orangtuanya seperti yang sudah diberitahukan oleh Khadafi padanya. Hari ini akan ada yang dibicarakan oleh Sabrina kepadanya.Tanpa membawa Dara untuk ke rumah itu. Untuk pertama kalinya Arvin pulang tanpa membawa istrinya. Biasanya sang mama juga akan meminta tolong untuk menjemput Dara terlebih dahulu.Pilihan setelah Sabrina mengatakan kalau Dara tidak boleh bekerja pun diikuti oleh Dara dan juga Arvin. Mereka ingin menjadi pasangan yang terus menurut kepada orangtua. Apa yang dikatakan Sabrina pun tidak pernah disangkal oleh Dara. Tugas Arvin kali ini bukan hanya untuk nafkahi Dara saja. Tapi juga untuk mendidik istrinya lebih patuh kepada apa yang dikatakan oleh orangtuanya Arvin.Melakukan hal yang sama juga kepada orangtuanya Dara. Tahu kalau hubungan istrinya dengan orangtua kandungnya sendiri tidak baik-baik saja. Meskipun dulu pernah membuatkan gaun pernikahan juga setelan untuk Arvin. B
Di kantor Arvin bekerja seperti biasanya seolah menjadi karyawan biasa yang tanpa jabatan tinggi di sini. Semua dia pelajari dari beberapa seniornya. Tahu bahwa menyelepelekan ini mungkin saja akan membawa dampak buruk bagi perusahaan orangtuanya. Kemudian Arvin tersadar kalau dia tidak bisa mengabaikan ini begitu saja.“Vin, bisa minta tolong bawa berkas ini ke Bapak?” salah seorang atasannya meminta untuk membawa berkas ke ruangan Khadafi. Memang Arvin tidak suka dipanggil dengan embel-embel bapak juga di kantor ini. Ingin dianggap seperti yang lainnya dan bisa berbaur.Arvin bangun dari kursi kerjanya dan mengiyakan. “Minta tanda tangan?”“Ya, nanti bawa ke ruangan saya kalau bisa.”Dia mengambil dokumen itu untuk dibawa ke ruangan papanya.Khadafi sibuk seperti biasanya. “Sampai kapan sih kamu jadi karyawan? Papa pengen pensiun, Vin.” Keluh Khadafi tapi memang belum waktunya. Masih ingin menikmati waktu bersama dengan istrinya.“Sebentar lagi, Pa. Mau pacaran dulu sama, Dara.”“Ya
Tidak meleset yang dikatakan oleh Arvin mengenai acara malam ini. Beberapa karyawan meminta untuk foto bersama. Selesai itu akan langsung makan-makan dan salah seorang mengambil mikrofon setelah ada instrumen musik yang diputar.Pria itu berjoget di depan Arvin sampai Dara tertawa lepas bahkan Khadafi yang tertawa melihat kelakuan anak buahnya.Lagu dangdut sambil berjoget sampai Arvin malah tertawa melihat kelakuan orang yang menyanyikan lagu untuknya. Tidak sedikit juga yang datang untuk menyawer si pria sampai Arvin juga malah merasa lucu dengan pernikahannya.Arvin mau menyangkal kalau ini bukan konsep yang diinginkan, tapi inilah yang terjadi. Pernikahan dengan segala keseruan dari orang kantornya. Khadafi malah ikut mendekat dan ikut berjoget di sana. Jatuh sudah wibawa seorang bos besar yang malah berjoget di depan banyaknya karyawan yang lain sambil mengeluarkan uangnya dan berjoget di sana.“Papa malah ikutan juga,” kata Arvin yang terus tertawa melihat beberapa orang yang ma
Dara sudah mendengar keputusan dari Sabrina, bahwa ia positif tidak diperbolehkan bekerja oleh mertuanya. Meskipun keinginan itu sangat besar, tapi benar-benar diperlakukan seperti anak kandung. “Itu muka kenapa cemberut, sih?” Arvin menghampiri sembari mengunyah makanan.Dara menatap suaminya yang terus makan. “Kamu kenapa sih makan terus?”“Namanya juga lapar. Kamu datang bulan? Emosian amat sih,”Arvin menyindirnya dan pria itu duduk di sofa menaikkan sebelah kakinya. “Mama nggak bolehin aku kerja.”“Ya nggak masalah kalau nggak dibolehin.”Dara malah tidak dibela oleh suaminya. “Kamu setuju aku nggak kerja?”“Ya gimana, kalau Mama sudah bilang begitu aku nggak bisa komentar. Aku sudah pernah bilang kalau ada pilihan antara kamu sama Mama. Aku nggak bakalan pilih keduanya.”“Jadi, aku nggak boleh kerja?”Arvin masih mengunyah makanannya. “Emang Mama bilang apa sama kamu?” tanya Arvin masih santai menanggapi istrinya.Dara masih sedikit kesal lalu kemudian menjawab. “Mama bilang kal
Tapi sarapan sekaligus makan siang malah justru kali ini nasi goreng. “Kamu kenapa sekarang suka banget makanan beginian?” “Gimana nggak suka, Sayang? Kamu dari kita pacaran ya sudah disediakan aku nasi goreng, kadang nasi uduk. Sejak sama kamu lho aku udah nggak sarapan sama roti.” Dara menyadari itu, dia menyediakan nasi yang setiap hari kalau Arvin mampir ke apartemennya untuk sarapan. “Sayang, apa aku ini pengacau di hidup kamu?” “Nggaklah, justru aku bahagia ya sejak kamu punya pemikiran terbuka. Sekarang jadi istriku, semuanya serba berbeda sekali rasanya, Dara.” “Semoga sehat terus, ya, Mas. Biar nanti bisa sama-sama. Kita punya anak terus bisa main bareng, awasi mereka. Pasti nanti kamu juga ngerasain gimana enaknya sama-sama dari awal.” Dari awal memang itu tujuan Arvin untuk bersama dengan istrinya. Sekarang malah wanita itu yang mengatakan kalau dia pasti akan bahagia hidup dari nol bersama sang istri. Usai makan siang, Arvin mengajak sang istri jalan-jalan di sekitar