Share

Bab 2

Author: Estiana
Setelah mematikan alarm, pada pukul tujuh pagi, aroma wangi dari dapur tercium sampai ke dalam kamar.

Aku memiringkan kepalaku dan melihat bantal tebal di samping. Pemilik setengah ranjang di sampingku tidak pulang semalaman.

Aku pun membungkus tubuhku dengan jaket, lalu menuruni ranjang sembari menguap.

Di dalam dapur, Daniel sedang mengenakan celemek pasangan yang kubeli sembari mengaduk bubur di atas kompor.

“Kamu sudah bangun. Sini, biar suamimu cium dulu.”

Aku melangkah mundur selangkah, lalu bergumam, “Aku baru bangun, belum gosok gigi.”

“Bukannya kita sudah sering ciuman sebelum gosok gigi? Suamimu ini juga nggak keberatan.” Daniel mencondongkan tubuhnya lagi untuk mendekat. Aku spontan mengerutkan kening dan mengangkat tanganku untuk mendorongnya.

Daniel mengangkat tangannya untuk menarik lenganku. Gerakannya cukup kasar sehingga menyentuh lukaku. Aku pun menjerit kesakitan. Air mata keluar dari ujung mataku.

“Ada apa?” Daniel tidak beronar lagi. Dia melepas jaketku, lalu melihat dua luka panjang yang sangat jelas di lenganku. Kulitnya sudah terkelupas dan aku hanya mengobatinya seadanya.

“Lukanya separah ini? Kenapa kamu nggak telepon aku! Suamimu juga bukan cuma pajangan!” omel Daniel dengan wajah serius. Dia buru-buru ke ruang tamu untuk mencari kotak P3K, lalu mengobatiku dengan lembut.

Daniel bukan suamiku. Dulu, dia termasuk kekasih gelapku. Sekarang, aku juga tidak tahu dia termasuk apa.

Luka ini sangat dalam. Begitu disentuh oleh Daniel, aku langsung menjerit kesakitan. Dia terpaksa meringankan gerakannya, tetapi mataku masih berkaca-kaca.

“Sepertinya, cuma aku saja yang bisa menerima tuan putri semanja ini. Ayo, yang patuh. Setelah lukanya diobati, aku akan bawa kamu pergi makan yang manis-manis.”

Aku asal membalas, “Kalau kamu nggak tahan, aku bisa pergi.”

Gerakan tangan Daniel yang sedang membereskan kotak P3K berhenti. Dia pun berkata dengan tersenyum, “Tahan kok. Aku akan terima dengan senang hati seumur hidup. Oke, Tuan Putriku?”

Orang yang bersikap penuh kasih sayang saat ini adalah orang yang sama dengan orang yang tidak ragu untuk mencampakkanku semalam.

Saat ini, aku baru mengerti betapa munafik dan penuh drama si Daniel. Dia adalah seorang penyanyi terkenal. Selama tujuh tahun berpacaran, kami jarang keluar-masuk dari mobil yang sama.

“Mengenai lagu utama dalam album, kakakmu bilang dia punya sebuah ide yang sangat bagus. Setelah mendengarnya, aku memang sangat menyukai ide itu. Makanya, aku baru serahkan lagu itu kepadanya. Kalian berdua itu kakak beradik. Menurutku, sama saja mau siapa yang mengerjakan hal sepele ini. Kamu nggak akan marah sama kakakmu, ‘kan?”

Saat menunggu lampu merah, Daniel mengungkit masalah album. “Semua lagu lain di dalam albumku adalah ciptaanmu. Setelah album dirilis nanti, aku akan umumkan hubungan kita.”

Aku menunduk dan memainkan aksesori baru yang ditambahkan di atas sabuk pengaman. “Apa kamu sangat familier dengan kakakku?”

Lampu hijau sudah menyala. Terdengar suara klakson dari mobil belakang. Daniel mulai menjalankan mobilnya sembari menatap ke depan. “Aku dan dia cuma sebatas teman sekolah. Waktu dia tahu kamu sekolah di Kota Harman, dia juga minta bantuanku buat jaga kamu.”

‘Alhasil, kamu menganggap adik dari mantan kekasihmu menjadi penggantinya, sampai-sampai kamu menjaga kebutuhannya di ranjang,’ cibirku dalam hati.

“Aku nggak marah sama Kakak.”

Seorang pengganti tidak pantas untuk marah.

“Baguslah kalau begitu. Semalam, kakakmu terluka dan dia masih dirawat di rumah sakit. Kita pergi jenguk dia, ya. Dia juga sangat merindukanmu.”

Mobil membelok ke jalan lain menuju ke rumah sakit. Aku dipaksa untuk menjenguk kakak yang sudah sepuluh tahun tidak bertemu.

Orang tuaku telah bercerai. Kakak mengikuti Ibu pergi ke luar negeri. Ayah bercerai tanpa mendapatkan sepeser pun. Dia membawaku tinggal di ibu kota. Sejak itu, kami tidak pernah berhubungan lagi.

Aku samar-samar sudah melupakan wujud kakakku. Berkat Daniel, sekarang aku sudah mengingatnya dengan jelas.

Di dalam kamar pasien, Yuna menyapaku dengan datar, lalu berbicara dengan nada manja terhadap Daniel, “Aku sudah bilang aku cuma terluka ringan. Kamu malah bersikeras suruh aku tinggal di rumah sakit untuk diawasi. Kamu sudah temani aku semalaman. Kenapa kamu nggak pulang untuk istirahat?”

“Luka ringan juga nggak boleh diabaikan. Gimana kalau sampai infeksi? Satu minggu lagi, lagu utama dari album baruku akan dirilis.”

Aku berdiri di samping dengan tenang sembari menatap mereka berdua yang sedang mengobrol.

Pada akhirnya, Daniel mengalah dan setuju untuk mengurus prosedur keluar rumah sakit.

Yuna mengamatiku. “Kita memang saudara kandung. Makin lama, kita makin mirip saja. Aku juga punya bros itu.”

Yuna mengambil ponselnya untuk mencari bros dengan model yang sama di dalam album fotonya. Aku meliriknya sekilas. Memang sama, semuanya dibeli oleh Daniel.

Yuna memelukku dengan ringan. “Adik kesayanganku, nggak masalah kalau kita suka barang yang hampir mirip, tapi jangan sampai kita suka sama cowok yang sama. Gimanapun, sejak kecil, kamu nggak mampu rebutan sama aku.”

Aku hanya terdiam dan tidak membalas.

Yuna merapikan rambutnya dengan santai, lalu berjalan di depan bersama Daniel yang baru kembali.

Aku mengusap perutku yang keroncongan akibat kelaparan.

‘Daniel, apa aku tidak pantas untuk makan yang manis-manis?’

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kencan Buta Setelah Pulang Kampung   Bab 9

    Setelah menghabiskan waktu bersama cukup lama, aku menyadari bahwa Roger sangat suka berlagak lemah untuk membuatku merasa sakit hati. Namun kenyataannya, dia adalah serigala berbulu domba yang sangat jahat.“Aku sudah tinggal serumah bersama Daniel selama tujuh tahun. Kami ....”Bibir Roger langsung menempel ke bibirku. Dia menyumpal semua sisa ucapanku.Beberapa saat kemudian, aku mendorong Roger dengan napas terengah-engah. Jika kami tidak berpisah, takutnya kami akan kehilangan kendali di ruang tamu ini.“Nad, itu cuma tujuh tahun saja. Aku akan tinggal serumah bersamamu selama 70 tahun, tapi secara sah!” Roger tanpa sadar terus memberiku rasa aman.Berita hari itu dipenuhi oleh berita Daniel dan Yuna. Tidak ada satu pun foto aku, ayahku, dan Roger yang terekspos.Roger bukanlah orang yang bisa ditindas semena-mena. Dia melindungiku dengan sangat baik.Dunia Daniel sudah sepenuhnya runtuh. Satu per satu pihak iklan mulai mengakhiri kerja sama. Dia juga kehilangan banyak penggemar.

  • Kencan Buta Setelah Pulang Kampung   Bab 8

    “Jangan ngomong lagi. Jangan ngomong lagi. Nad, aku salah. Semua itu bukan kata hatiku. Kamu itu bukan pengganti. Kamu itu Nadya yang paling aku cinta. Kamu itu istriku!”Daniel berlutut di depanku sambil menangis dan memeluk kakiku.Aku menunduk untuk menatapnya, lalu melanjutkan ucapanku, “Saat kamu mengiakannya di dalam ruang istirahat, hatiku bagai ditusuk pisau dan hal itu langsung membunuhku yang begitu mencintaimu. Daniel, kamu membuatku merasa bahwa mencintaimu adalah suatu hal yang sangat menjijikkan.”“Putus-sambung sebenarnya wajar dalam hubungan percintaan. Seandainya kamu nggak cinta lagi, kita bisa putus. Tapi, kamu nggak ngerti dengan apa yang dinamakan harga diri. Kamu malah melakukan hal-hal yang begitu menjijikkan.”“Sejak aku meninggalkan Kota Harman, aku berharap aku nggak akan melihatmu lagi seumur hidupku. Apa perbuatanku masih belum cukup jelas?”Air mata Daniel memburamkan pandangannya.Daniel tahu aku pergi dengan sangat tegas. Hanya saja, masih ada sedikit har

  • Kencan Buta Setelah Pulang Kampung   Bab 7

    Berhubung Ayah menyukainya, aku dan Roger akan berhubungan dengan baik.Ketika aku mengira semuanya akan berlalu dengan tenang, malah kedatangan tamu tidak diundang di rumah. Orang itu adalah Daniel.“Nad, kenapa kamu pulang sendiri ke ibu kota? Aku sudah bilang, aku akan temani kamu pulang bersama.”Daniel mengangkat tumpukan kotak hadiah dengan tersenyum. Ketika bertemu dengan ayahku, dia juga menyapa dengan ramah.Semalam, aku sudah janjian dengan Roger, dan dia akan datang untuk menjemputku. Aku kira yang datang itu Roger, makanya aku membukakan pintu.Aku memanyunkan bibirku dan membiarkan Ayah untuk menjamunya.Ayah menunjukkan ekspresi kesal. “Aku nggak terima hadiah tanpa alasan. Lebih baik kamu bawa pulang hadiah-hadiah ini. Aku dan Nadya ada urusan. Kami mau keluar, jadi kami nggak bisa menjamu tamu.”Daniel lanjut mengatakan, “Pak Guru, sebenarnya aku datang kemari hari ini karena ada masalah penting. Aku dan Nadya sudah berpacaran selama tujuh tahun. Kami sudah berencana ma

  • Kencan Buta Setelah Pulang Kampung   Bab 6

    Perbuatanku benar-benar seperti pria berengsek yang hanya ingin bersetubuh tanpa menggunakan perasaan.Aku tahu bahwa aku bersalah, tapi aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi masalah ini dan apa yang bisa aku katakan.Roger sangat tampan, tapi aku tidak ingin dengan cepat memulai hubungan baru.“Nad, kamu masuk dulu. Aku pergi angkat telepon sebentar.”Baru saja memasuki pintu, aku telah dicampakkan. Dalam seketika, aku pun merasa lega. Saat melangkah ke anak tangga menuju ruangan VIP lantai dua, aku mendengar suara piano dari belakang. Perhatianku pun teralihkan. Apa lagu itu hasil kreasi sendiri?Samar-samar, terlihat ada seorang pria yang sedang bermain piano di belakang penyekat. Aku duduk di samping aliran air dan tidak mengganggu pertunjukannya. Aku mengeluarkan buku catatan untuk mencatat bagian yang menjanggal dari melodi itu. Setelah pertunjukan berakhir, aku pun melontarkan satu per satu perasaan dan usulanku kepadanya melalui penyekat.“Maaf, aku sudah lanca

  • Kencan Buta Setelah Pulang Kampung   Bab 5

    “Kenapa masih nggak balas teleponku?”“Kenapa nggak angkat telepon?”“Dia malah blokir nomorku! Aku ini putrinya!”Yuna melempar ponselnya dengan gusar. Dia bertanya pada Daniel dengan nada tidak bersahabat, “Apa Nadya baru akan merasa puas setelah menghancurkanku? Dia memang pencemburu sejak kecil, juga suka merebut barangku ....”“Aku akan pulang untuk melihatnya.” Daniel pergi tanpa menoleh sama sekali.Yuna pun mengentakkan kakinya lantaran merasa gusar.Daniel memegang erat setir mobil dengan tangan gemetar. Dia menginjak pedal gas dalam-dalam, juga berusaha untuk mengabaikan rasa tidak tenang di hatinya.Setelah kembali ke rumah, rasa dingin membuat Daniel berjalan mundur selangkah. Dia memanggil namaku, lalu menerobos ke setiap ruangan di dalam rumah dan mulai membongkar setiap laci. Namun, tidak ditemukan jejak keberadaanku sama sekali.“Nadya, keluarlah. Aku nggak akan marah. Ayo keluar!”Daniel memegang ponselnya dengan gemetar, tetapi dia tidak tahu siapa yang mesti dihubun

  • Kencan Buta Setelah Pulang Kampung   Bab 4

    Yuna merangkul tangan Daniel, lalu bertanya dengan nada kecewa, “Apa kalian lagi pacaran?”Daniel menunjukkan ekspresi panik. Setelah ragu sejenak, dia akhirnya menggeleng. “Dia itu cuma adik yang kamu dan Pak Guru minta aku jaga.”Kukuku menancap ke dalam telapak tanganku.“Iya, cuma adik saja.”Aku menunduk sembari berdiri, lalu segera pergi dengan langkah terhuyung-huyung.Pada hari Daniel merilis lagu utama dalam album barunya, dia menggandeng tangan Yuna untuk menghadiri acara konferensi pers. Aku menggerek koper sembari melihat ke sisi layar lebar di bandara. Hal yang paling kuinginkan sebelumnya telah dia berikan kepada orang lain.Setelah perpisahan tidak menyenangkan waktu itu, Daniel tidak menelepon maupun mengirim pesan singkat kepadaku lagi. Rumah itu sudah tidak pantas disebut sebagai rumah lagi.Barang-barang kelihatan menumpuk di dalam rumah, tetapi tidak memakan waktu lama bagiku untuk membereskannya. Barang kebutuhan sehari-hari Daniel tidak banyak. Kebanyakan adalah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status