"Saat ini saya sedang tidak bekerja, Tante. Saat pertama bertemu dengan Hana, saya sedang melakukan tugas saya sebagai petugas resort.""Jadi kamu hanya seorang petugas resort dan sekarang tidak bekerja? Bagaimana kamu bisa menghidupi Hana kalau kamu saja tidak punya pekerjaan?" Suara Sonya langsung meninggi, merasa tidak bisa menoleransi pemuda seperti itu."Maaf, Tante, saat ini saya memang sedang tidak bekerja, tapi saja berjanji akan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak, saya pasti bisa bertanggung jawab menghidupi Hana, dan saya akan memperhatikan kebahagiaan putri Tante," ujar Oliver mantap."Apa kamu tau, Hana gadis yang boros, dia suka berbelanja, suka jalan-jalan, dan dia selalu memilih barang-barang yang bagus dan mahal. Bagaimana kamu bisa mencukupi itu semua, Oliver?" tanya Sonya lagi semakin menuntut."Saya tau itu, Tante, karena Hana sendiri sudah mengatakan itu pada saya. Saya keluar dari pekerjaan yang sebelumnya karena saya ingin mencari pekerjaan yang lebih benefit
Menjelang petang Sonya kembali masuk ke dalam kamar Hana yang sudah kembali rapi. Sonya geleng-geleng kepala ketika minat putrinya tertidur. Sepertinya gadis itu lelah mengamuk kemudian kembali membereskannya, sehingga ia ketiduran.Sonya mendekati putrinya kemudian mengguncang pelan tubuh Hana untuk membangunkan gadis itu.Hana menggeliat, pertanda dirinya dapat merasakan sentuhan ibunya pada pundaknya. Perlahan Hana membuka mata dan pandangannya langsung menangkap keberadaan ibunya yang duduk di tepi ranjang."Bangunlah, Sayang. Kamu harus cepat bersiap-siap. Om Johan mengundang kita makan malam untuk merayakan kepulangan putranya," ujar Sonya pada putrinya yang baru saja membuka mata.Hana mengubah posisinya, dari berbaring menjadi duduk."Mengundang? Bukannya tadi Mama bilang mereka akan datang?""Tadinya begitu, tapi Om Johan berubah pikiran. Dia ingin makan malam yang nggak biasa. Dia ingin makan malam kali ini spesial."Hana mengernyit mendengar penuturan sang ibu. "Makan malam
"Hana, besok luangkan waktumu sehari, turuti kata Mama, temui anaknya Om Johanl"Sonya, istri pengusaha sukses bernama Surya, memaksa putri semata wayangnya untuk menemui putra koleganya. Sonya yang gemas karena sang putri hanya tahu main-main dan tidak pernah serius mencari pacar di usianya yang sudah cukup untuk menikah, berencana menjodohkan putrinya dengan putra koleganya tersebut."Mama, buat apa aku ketemu anaknya Om Johan? Aku nggak mau, Ma!" Hana yang tidak suka dijodoh-jodohkan tentu saja menolak perintah ibunya."Hana, kamu sudah umur berapa sekarang? Dan kamu nggak pernah kenalin satu cowok pun ke Mama, kamu hanya tau main dan main aja. Lihat teman-teman seumuran kamu, mereka sudah pada punya anak. Mama juga ingin segera menimang cucu, Hana!"Selalu saja Sonya membanding-bandingkan Hana dengan teman-teman seumurannya dan juga menggunakan senjata ingin segera menimang cucu. Hana sudah hafal diluar kepala kata-kata ibunya itu, namun Hana sama sekali tidak ambil pusing. Hana t
Hana menyelinap pergi keluar butik ketika sang ibu masih sibuk memilah dan memilih dress yang cocok untuk dikenakan putrinya.Hana melihat ke kanan dan ke kiri untuk mencari sang sopir yang mengantar mereka tadi. Beruntung sang sopir terlihat sedang asik mengobrol dengan security disana. Cepat-cepat Hana menyetop taksi dan meminta si sopir taksi untuk pergi dengan segera.Hana kembali ke rumah namun Hana meminta sang sopir untuk menunggu karena Hana ingin pergi lagi.Gadis berambut kecoklatan itu masuk ke dalam kamarnya, membongkar lemarinya dan memasukkan beberapa potong pakaian ke dalam koper miliknya kemudian ia segera pergi meninggalkan kamar tercintanya itu.Masuk ke dalam taksi, Hana meminta sang sopir untuk segera meninggalkan rumah setelah Hana memberi tahu alamat yang akan ia tuju.Hana meraih ponselnya dan mencoba menghubungi sahabatnya, namun sialnya gadis itu tak mendapat jawaban sama sekali. Hana membanting ponselnya ke samping begitu saja, tidak peduli apakah ponselnya a
Hana terus saja menggerutu sejak laki-laki itu pergi, hingga Hana menerima pesanannya kemudian kembali ke dalam taksi yang ia tumpangi. Hal itu disaksikan oleh sang sopir dan membuat laki-laki paruh baya itu mengernyit."Enak banget dia! Abis ngatain aku rakus terus pergi gitu aja? Awas aja kalau ketemu lagi bakal aku lempar ke lubang buaya!" Hana mengomel demikian dan sang sopir mendengar dengan jelas."Neng beli banyak sekali makanan, dan tidak terima dikatakan rakus oleh seseorang? Bukannya Neng ini memang kelihatan rakus?" celetukan sang sopir membuat Hana melotot tajam namun sopir tersebut pura-pura tidak tahu."Emangnya saya bilang kalau saya membeli makanan sebanyak ini untuk saya habiskan sendiri? Kalau nggak tau apa-apa mending Bapak diam saja!" Hana membalas, tidak mempedulikan kesopanan lagi karena ia sudah amat sangat dibuat kesal."Oh, begitu." Sang sopir menjawab singkat dan terkesan mengalah daripada nanti penumpangnya itu melaporkan dirinya pada atasannya, bisa-bisa di
"Hana, kamu serius mau cari jodoh online?" Salsa terkejut bukan main mendengar penuturan Hana yang membuatnya tak habis pikir.Hana manggut-manggut. Ekspresinya serius, menandakan bahwa gadis itu tidak sedang main-main."Aku serius. Daripada aku harus ketemu sama anaknya temen Mama yang aku sendiri nggak tau rupanya, lebih baik aku cari teman kencan sendiri aja. Setidaknya kalau cari teman kencan online aku bisa ninggalin dia kapan aja kalau ternyata dia jelek. Yang terpenting aku bisa menghindari perjodohan yang diatur Mama kalau aku punya teman kencan." Hana menjelaskan alasannya kenapa ia berpikir untuk mencari teman kencan online."Sadis! Itu sama aja kamu cuma memanfaatkan orang lain demi kepentingan kamu sendiri, Hana!""Bukannya seharusnya orang itu senang kalau hidupnya bermanfaat untuk orang lain? Bukankah hidup kita akan lebih berharga kalau kita bermanfaat untuk orang lain?" Hana mendebat dengan santainya."Dasar gila! Bukan gitu juga kali!" Salsa semakin dibuat tak habis p
Pagi hari, Hana menyeret Salsa untuk pergi ke pantai. Salsa yang sangat jarang bangun pagi buta seperti itu pun mengomel tiada henti dan terus memaki Hana karena telah menyita waktu tidurnya. Namun Hana tidak peduli, gadis itu memasang sikap acuh.Ya, Salsa memang tinggal di sebuah resort di pinggir pantai, hingga mereka bisa pergi ke pantai hanya dengan berjalan kaki saja."Hanaaa... Aku tuh masih ngantuk, tau!" Salsa melancarkan aksi protesnya, dengan menyentakkan tangan Hana yang sejak tadi setia melingkari pergelangan tangannya, kemudian Salsa melempar tatapan tak suka pada Hana sambil mengerucutkan bibir."Sa, kamu nggak liat badan kamu itu punya banyak lipatan? Masih aja kerjaannya cuma makan sama tidur? Cepat lari! Kita olahraga," ujar Hana sedikit panjang.Meskipun apa yang diucapkan Hana memang benar, tapi tetap saja Salsa merasa kesal jika diingatkan bahwa dirinya memiliki lipatan di perutnya. Dan sepertinya memang karena ia kurang berolahraga.Salsa mencibir. "Nggak puas, y
Setelah mendapat notifikasi dari aplikasi PLAY DATES dimana mengharuskan Hana melakukan pertemuan dengan seseorang yang memiliki kecocokan dengan tingkat tinggi dengan dirinya, Hana melesat kembali ke tempat tinggal Salsa dan segera bersiap melakukan kencan pertamanya.Melihat Hana yang begitu semangat untuk bertemu teman kencan butanya, Salsa geleng-geleng kepala."Kamu serius mau ketemu sama teman kencan buta kamu itu? Gimana kalau ternyata dia jelek, buluk, berkumis, berjenggot, dan—""Nggak mungkin! Aku yakin dia nggak seperti yang kamu katakan barusan," sela Hana."Kenapa nggak mungkin? Kalau dia ganteng, kaya, good looking, mana mungkin dia cari jodoh online? Kecuali kalau dia punya kelainan!" Salsa menghardik."Apa menurutmu aku ini punya kelainan juga?" Hana mengembalikan pertanyaan itu dan Salsa tak bisa menjawabnya.Melihat salsa terdiam seperti itu, Hana tergerak untuk menjelaskan niatnya tanpa diminta. Karena biar bagaimanapun Hana tahu Salsa sedang mengkhawatirkan dirinya.