Share

3. TERIMA PERJODOHAN ATAU CARI PACAR?

Hana terus saja menggerutu sejak laki-laki itu pergi, hingga Hana menerima pesanannya kemudian kembali ke dalam taksi yang ia tumpangi. Hal itu disaksikan oleh sang sopir dan membuat laki-laki paruh baya itu mengernyit.

"Enak banget dia! Abis ngatain aku rakus terus pergi gitu aja? Awas aja kalau ketemu lagi bakal aku lempar ke lubang buaya!" Hana mengomel demikian dan sang sopir mendengar dengan jelas.

"Neng beli banyak sekali makanan, dan tidak terima dikatakan rakus oleh seseorang? Bukannya Neng ini memang kelihatan rakus?" celetukan sang sopir membuat Hana melotot tajam namun sopir tersebut pura-pura tidak tahu.

"Emangnya saya bilang kalau saya membeli makanan sebanyak ini untuk saya habiskan sendiri? Kalau nggak tau apa-apa mending Bapak diam saja!" Hana membalas, tidak mempedulikan kesopanan lagi karena ia sudah amat sangat dibuat kesal.

"Oh, begitu." Sang sopir menjawab singkat dan terkesan mengalah daripada nanti penumpangnya itu melaporkan dirinya pada atasannya, bisa-bisa dirinya akan kena omel dan bonusnya akan dipotong.

"Jalan sekarang, Pak!"

"Baik, Neng!"

***

Hana menyeret kopernya memasuki sebuah resort, dan mengetuk pintu tempat tinggal sahabatnya dengan sedikit kerepotan karena membawa banyak pizza ditangannya. Meski sebagian sudah diberikan pada sang sopir dengan mengatakan pizza itu untuk anaknya yang masih kelas empat SD itu, tetap saja pizza ditangan Hana masih banyak.

Pintu dibuka dari dalam oleh Salsa—sahabat Hana, dan gadis itu terkejut melihat kedatangan Hana disana.

"Hana? Ngapain disini? Dan, apa ini? Kenapa bawa-bawa koper segala?" Salsa menghujani kedatangan Hana dengan banyak pertanyaan.

Tanpa mengindahkan pertanyaan Salsa, Hana menerobos masuk meninggalkan si tuan rumah yang masih terbengong di ambang pintu.

"Aku kabur!" ujar Hana sambil menghempaskan bokongnya ke sofa kemudian membongkar pizza yang ia bawa dan segera memakannya tanpa peduli tangannya kotor atau tidak.

Melihat apa yang dilakukan sahabatnya, tentu saja Salsa berseru protes.

"Jorok banget, sih? Tanganmu pasti banyak kumannya!" Salsa merebut sepotong pizza yang sudah sempat digigit oleh Hana, lalu menyemprotkan cairan antiseptik pada telapak tangan Hana sebelum akhirnya membiarkan sahabatnya itu menyantap makanan fast food yang ia bawa itu lagi.

Salsa bukan termasuk orang yang gila kebersihan, hanya saja ia merasa menjaga kesehatan itu perlu.

"Ngapain kabur? Dijodohin lagi?"

Hana mengedikan bahu. "Ya begitulah." Hana menjawab pertanyaan sahabatnya dengan mulut penuh.

Salsa menghela napas, ikut prihatin dengan perjodohan yang diatur untuk sahabatnya itu. Kemudian tiba-tiba Salsa memekin ketika menyadari sesuatu.

"OH MY GOD! Hana, apa kamu gila? Kamu beli makanan sebanyak ini? Junk food?" serta merta Salsa mengomel begitu menyadari makanan yang dibawa oleh Hana dengan posri yang tidak sedikit itu adalah Pizza.

"Udah deh, nggak usah ngomel. Mau bantu aku habisin ini?" Hana sengaja menggoda Salsa agar gadis itu ikut makan.

Hana tahu sahabatnya itu memiliki suatu kelebihan tersendiri, yaitu berat badannya akan mudah naik jika ia makan banyak. Berbeda dengan dirinya yang makan banyak pun tidak akan begitu berpengaruh pada berat badannya.

Salsa mulai merasa tergiur, kentara sekali bagaimana cara gadis itu menelan salivanya karena menahan diri setengah mati untuk tidak menyentuh makanan yang menggiurkan itu.

"Salsa, ayo makan. Kamu rela kalau makanan ini aku abisin semua?" Hana semakin memancing sahabatnya.

"Jangan!" Spontan Salsa melontarkan satu kata itu. Senyum puas terkembang di bibir Hana.

"Kalau gitu, makanlah!"

Salsa masih berusaha untuk tidak menyentuh makanan itu, menahan diri sekuat yang ia bisa, meskipun air liurnya hampir menetes ketika melihat Hana begitu menikmati makanan itu.

"Hana, kalau aku gendut, emang kamu mau tanggung jawab?" Salsa mengerucut bibirnya.

"Tenang aja, aku akan tetap jadi sahabat kamu meskipun kamu gendut, kok."

"Iya, tapi aku akan semakin sulit dapetin cowok idamanku, Hana!" Salsa merengek.

"Itu urusan kamu, bukan masalahku," balas Hana acuh tak acuh kemudian bangkit dan berlari menjauhi Salsa sebelum gadis itu menyerangnya dengan membabi buta.

"Hanaaa! Dasar, nggak punya perasaan!"

Suara Salsa melengking di udara namun Hana sama sekali tak menggubrisnya dan tetap melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar si tuan rumah.

Di waktu yang sama, Sonya yang tidak menemukan putrinya di seluruh sudut butik, kalang kabut.

Menaydari Hana tidak ada di butik, Sonya segera meminta sopir untuk mengantarkan pulang dan berharap putrinya sudah kembali ke rumah.

Sonya segera masuk ke dalam kamar putrinya dan ternyata kamar itu sedikit berantakan dengan lemari pakaian yang masih terbuka. Meskipun tidak kosong, tetapi Sonya tahu pakaian Hana yangbada di dalam lemari telah berkurang. Sonya segera mengecek koper milik putrinya dan benar saja benda itu tidak Sonya temukan. Hana pasti kabur.

"Dasar anak ini! Kenapa suka sekali merepotkan aku? Pergi kemana dia?"

Tak mau hanya menebak-nebak sendiri, Sonya segera menghubungi putrinya.

"Hana, pulang sekarang juga atau—"

"Atau Mama akan memblokir kartu kredit Hana?" Hana menyambung ucapan ibunya yang sudah dihafalnya di luar kepala. Ibunya memang kerap kali mengancam untuk memblokir kartu kredit Hana jika Hana tidak patuh, namun Hana tidak takut.

"Hana, dimanapun kamu berada, Mama perintahkan kamu untuk segera pulang sekarang juga!" tutur Sonya tegas.

"Hana nggak akan pulang kalau Mama masih akan menjodohkan Hana. Hana nggak mau dijodohkan, titik!"

"Kamu nggak mau dijodohkan? Oke, kamu boleh menolak perjodohan yang sudah Mama atur, hanya dengan satu alasan, jika kamu sudah punya kekasih. Selama kamu tidak punya kekasih, maka kamu harus patuh pada Mama, Hana!"

"Oke, Hana akan cari pacar, Mama tenang aja dan tunggu aja di rumah. Selama Hana belum punya pacar, Hana nggak akan pulang ke rumah."

"Apa? Jangan gila kamu, Hana! Mau tinggal dimana kamu?" Sonya tidak terima jika Hana harus tinggal di luar seorang diri.

"Mama nggak perlu khawatirin Hana, Hana bisa jaga diri Hana. Kalau gitu Hana tutup dulu, bye, Ma."

Tanpa menunggu respon dari sang ibu, Hana langsung mengakhiri panggilan setelah mengucapkan salam.

"Cih, cari pacar? Mau cari pacar dimana? Di Bazaar?" Salsa datang mencibir, setelah sejak tadi mendengar obrolan Hana di telpon dengan ibunya.

"Aku mau cari jodoh melalui aplikasi, Sa."

"What? Cari jodoh dari aplikasi?"

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status