Share

2. HANA KABUR

Hana menyelinap pergi keluar butik ketika sang ibu masih sibuk memilah dan memilih dress yang cocok untuk dikenakan putrinya.

Hana melihat ke kanan dan ke kiri untuk mencari sang sopir yang mengantar mereka tadi. Beruntung sang sopir terlihat sedang asik mengobrol dengan security disana. Cepat-cepat Hana menyetop taksi dan meminta si sopir taksi untuk pergi dengan segera.

Hana kembali ke rumah namun Hana meminta sang sopir untuk menunggu karena Hana ingin pergi lagi.

Gadis berambut kecoklatan itu masuk ke dalam kamarnya, membongkar lemarinya dan memasukkan beberapa potong pakaian ke dalam koper miliknya kemudian ia segera pergi meninggalkan kamar tercintanya itu.

Masuk ke dalam taksi, Hana meminta sang sopir untuk segera meninggalkan rumah setelah Hana memberi tahu alamat yang akan ia tuju.

Hana meraih ponselnya dan mencoba menghubungi sahabatnya, namun sialnya gadis itu tak mendapat jawaban sama sekali. Hana membanting ponselnya ke samping begitu saja, tidak peduli apakah ponselnya akan meloncat dan terjun ke bawah kemudian rusak atau tidak. Gadis itu terlanjur kesal bukan main. Disaat dibutuhkan sahabatnya itu malah tidak bisa dihubungi. Bukan tidak bisa dihubungi, tapi tidak merespon panggilannya.

"Neng ini kabur dari rumah ya? Nggak baik, Neng, nanti kalau orang tua Neng nyariin gimana? Kasihan, jangan ngerepotin orang tua, Neng. Mereka udah repot ngurusin Neng dari kecil."

Tiba-tiba saja sang sopir bersuara dan terlihat menasehati penumpangnya.

Hana semakin kesal. Sang sopir tidak permasalahan yang tengah ia hadapi tapi bisa berkomentar demikian. Hana mendengus pelan.

"Pak, Bapak punya anak laki-laki yang sudah besar, tidak?" celetuk Hana bertanya.

"Ada, Neng, memangnya kenapa?"

"Beneran? Apa anak Bapak ganteng?"

"Ganteng, dong, lihat bapaknya aja seganteng ini." Sang sopir membanggakan diri.

Hana memutar bola matanya. Mendengar ucapan sang sopir yang menurutnya sama sekali tidak rupawan itu, Hana ingin muntah rasanya. Namun sebisa mungkin ia tahan.

"Apa Bapak punya foto anak Bapak? Coba biar saya lihat, kalau beneran ganteng saya mau jadikan anak Bapak sebagai pacar saya."

Dengan satu gerakan pasti sang sopir menginjak pedal rem dengan kuat, membuat mobil yang mereka tumpangi berhenti mendadak.

"Bapak bisa nyetir apa nggak, sih! Kenapa berhenti sembarangan kayak gini? Kalau saya sampai kenapa-kenapa Bapak harus bertanggung jawab, ya!" Hana langsung mengomel tidak peduli sang sopir usianya lebih tua darinya. Menurutnya sang sopir tidak becus dalam menyetir.

"Apa? Pacar?" Tidak menghiraukan omelan penumpangnya, sang sopir menanggapi ucapan Hana sebelumnya, yang berhasil membuat laki-laki itu sangat terkejut hingga spontan menginjak rem secara mendadak dan hampir membahayakan penumpangnya.

"Anak saya masih kelas empat SD, Neng, mana mungkin jadi pacar Neng. Meskipun Neng ini terlihat seperti orang kaya, tetap saja saya tidak mengizinkan anak saya menjadi korban pedofil!" lanjut sang sopir.

"What?" Hana dibuat super terkejut. Kelas empat SD katanya?

"Kenapa Bapak nggak bilang dari tadi kalau anak Bapak masih seorang bocah kecil? Lagian memangnya saya doyan anak kecil? Emangnya tampang saya ini tampang gadis nggak laku? Pria dewasa aja banyak yang ngejar-ngejar saya, ngapain saya nyari bocah kecil?" Hana kembali mengomel panjang pendek. Kesal sekali dia karena dituduh sebagai seorang pedofil dan seolah sang sopir itu menganggap dirinya adalah orang kaya yang bisa bertindak semena-mena sampai tega melakukan hal buruk pada anak kecil pula.

"Neng nggak nanya umur anak saya, kan?" sang sopir membela diri.

Hana membuang napas kesal kemudian mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela.

Sopir taksi siap melajukan mobilnya kembali namun Hana menghentikannya. Karena mereka sudah terlanjur berhenti di depan toko yang menjual pizza dan makanan fast food lainnya, Hana berpikir untuk turun sebentar untuk membeli makanan disana.

"Bapak tolong tunggu sebentar, ya? Saya mau beli makanan dulu sebentar. Gara-gara berdebat sama Bapak saya jadi lapar." Hana meminta sang sopir menunggu sebentar.

"Baik, Neng, silakan," balas sang sopir dan Hana seger turun dari taksi yang ditumpanginya.

"Kenapa gara-gara saya? Si Neng sendiri yang nggak nanya umur anak saya." Sang sopir menggerutu sendiri sepeninggal Hana.

Hana melenggang masuk ke dalam toko franchise tersebut dan langsung memesan beberapa loyang pizza berukuran extra large dengan berbagai topping yang berbeda.

"Gadis yang tidak terlalu berisi ternyata makannya sangat banyak, ya?"

Seorang pemuda yang wajahnya tertutup masker, berkata demikian tepat disamping Hana. Karena Hana tidak melihat siapa pun disana, tentu saja ia merasa pemuda itu sedang berbicara dengan dirinya.

"Kamu ngomong sama aku?" Hana menunjuk pada diri sendiri sambil bertanya pada pria yang wajahnya tertutup masker tersebut.

"Emang disini ada gadis lain?" ujar pemuda itu dengan senyum miring dibalik masker yang menutupi sebagian wajahnya itu.

"Kamu ngatain aku rakus, gitu?" Hana menekan ucapannya sambil menahan emosi.

Pemuda itu tidak menanggapi pertanyaan Hana. Ia mengambil alih pesanannya yang telah siap dari tangan pelayanan kemudian melenggang pergi begitu saja.

"Kamu belum jawab pertanyaanku dan main pergi gitu aja? Awas aja! Kalau ketemu lagi bakal aku bikin kamu membayar pelecehan ini!"

Mendengar seruan Hana yang melengking, pemuda itu kemudian menghentikan langkahnya dan berbalik seketika.

"Kalau kita ketemu lagi, aku bakal bikin kamu jatuh cinta sama aku!"

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status