“Tuan Yu!” Saena berbalik lalu melompat memeluk tengkuk Yu Silan. Yu Silan terkejut karena tidak siap lantaran Saena menumpukan seluruh berat tubuhnya dengan bergelayut pada tengkuknya. Yu Silan gagal menjaga keseimbangan tubuhnya hingga keduanya jatuh di atas ranjang.
“Akh!” Saena memekik lantaran tubuhnya tertindih dengan tubuh Yu Silan. “Apa aku melukaimu?” Tanya Yu Silan dengan tatapan mata terkejut. “Um,” Saena menggelengkan kepala lalu menunjuk tubuh Yu Silan yang kini tengah menindih tubuhnya. “Tuan Yu menindihku.” Ucapnya pada Yu Silan. “Ah!” Yu Silan segera menarik diri dari atas tubuh Saena. Yu Silan beralih menatap ke arah cermin untuk merapikan rambutnya sendiri. “Apa yang membawamu hingga datang ke sini malam-malam begini?” Saena bangkit dari posisi tidurnya lalu duduk di tepi ranjang. “Tuan Yu bilang akan membawaku pulang ke sini, tapi Tuan Yu malah mengantarkanku pulang keDi sisi lain Antonio menolak menjadi cleaning servis di Ailen, jadi pria itu kembali ke perusahaan cabang. Antonio tetap berada di sana sampai dia ditransfer kembali ke Ailen oleh Yu Silan, dan entah kapan itu akan terjadi. Rasanya mustahil Yu Silan bersedia mengubah keputusannya setelah sejauh ini.“Mama tidak bisa aku andalkan lagi! Padahal aku yakin, aku bisa kembali ke Ailen karena Kevan Yu sangat mencintai Mama. Tidak tahunya pria itu malah tidak bisa diandalkan dan malah memintaku kembali ke perusahaan cabang!” Gerutunya sambil mengusap wajahnya dengan gelisah.Di dalam kediamannya, Kevan Yu sedang duduk di ruang tengah. Meline Sujune baru saja mendapatkan telepon dari Antonio, putranya tersebut menyatakan semua keluhan atas pekerjaan di perusahaan cabang. Antonio ingin Meline bertindak segera, dia sudah tidak tahan ditempatkan di wilayah terpencil.Meline berjalan mendekat ke arah Kevan Yu. “Papa ingin Mama membuatkan camilan?” Tawarnya pada Kevan Yu.Kevan Yu
Yu Silan tidak mungkin mengabulkan keinginan Saena tanpa membicarakan pada Abraham. Meski Abraham memberikan Saena sepenuhnya pada Yu Silan. Yu Silan masih memikirkan cara terbaik untuk membimbing Saena agar gadis itu tumbuh menjadi sosok yang tangguh dan mampu menggenggam De Fayer Group.“Saena kita harus tetap ke perusahaan!” ujarnya setelah beberapa saat terdiam lantaran mulai bimbang setelah Saena mengungkapkan semua keinginan yang disimpan dalam hati padanya.“Tuan Yu menolakku? Tuan Yu tidak cinta padaku?” Saena tiba-tiba memasang wajah sedih, gadis itu melelehkan air matanya sambil berjalan mundur menjauh. Yu Silan khawatir Saena salah mengartikan niatnya. Pria itu segera berjalan mendekat untuk menjelaskan maksud dari ucapannya barusan.“Saena, kamu sudah salah paham. Aku ingin membahas hal penting denganmu, ini terkait dengan permintaan Tuan Abraham padaku.”Saena memalingkan wajahnya ke arah lain, wanita itu meremas baju yang membalut dadanya. Dia merasa Yu
Saena tidak menyahut, dia membiarkan Yu Silan melepaskan seluruh bajunya hingga tidak tersisa satu helaipun. Yu Silan juga melepaskan baju yang membalut tubuhnya sendiri. Yu Silan mulai menikmati bibir Saena, lalu leher dan kedua bukit kembar pada dada Saena. “Ssshh, Tuan, Tuan Yu, ouhhh, Tuan..” rintih Saena dengan manja. Saena membuka kedua kakinya, organ intim wanita itu sudah basah sejak Yu Silan menyapukan lidah pada kedua bukit kembarnya. “Tuan Yu, lakukan sekarang, juga, ouhh, Tuan, aku tidak tahan, ouhh.” Pinta Saena pada Yu Silan. Yu Silan mulai menekan organ intim miliknya ke dalam area intim Saena yang sudah basah. Perlahan pinggul Yu Silan mulai memukul-mukul ke depan untuk menggesek organ intim Saena menggunakan kejantanannya. Saena nampak sangat menikmati kegiatan pagi itu, bibir ranum mungilnya tidak berhenti mengerang nikmat. Area intim Saena terasa semakin basah dalam gesekkan Yu Silan.
“Tuan Yu!” Saena berbalik lalu melompat memeluk tengkuk Yu Silan. Yu Silan terkejut karena tidak siap lantaran Saena menumpukan seluruh berat tubuhnya dengan bergelayut pada tengkuknya. Yu Silan gagal menjaga keseimbangan tubuhnya hingga keduanya jatuh di atas ranjang. “Akh!” Saena memekik lantaran tubuhnya tertindih dengan tubuh Yu Silan. “Apa aku melukaimu?” Tanya Yu Silan dengan tatapan mata terkejut. “Um,” Saena menggelengkan kepala lalu menunjuk tubuh Yu Silan yang kini tengah menindih tubuhnya. “Tuan Yu menindihku.” Ucapnya pada Yu Silan. “Ah!” Yu Silan segera menarik diri dari atas tubuh Saena. Yu Silan beralih menatap ke arah cermin untuk merapikan rambutnya sendiri. “Apa yang membawamu hingga datang ke sini malam-malam begini?” Saena bangkit dari posisi tidurnya lalu duduk di tepi ranjang. “Tuan Yu bilang akan membawaku pulang ke sini, tapi Tuan Yu malah mengantarkanku pulang ke
Yu Silan mengantarkan Saena kembali ke kediaman Abraham. Dia batal membawa saena pulang ke rumah. Sampai di kediaman Abraham Yu Silan mengangkat tubuh Saena membawa gadis itu masuk ke dalam. Bai Yumei melihat Yu Silan membopong tubuh putrinya. wanita itu segera membukakan pintu lebar-lebar. "Presdir Yu, maafkan putriku, sepertinya dia selalu merepotkan Presdir Yu. Aku kira dia akan belajar dengan baik dan lebih giat di Ailen. Tapi ternyata dia malah lebih sering tertidur seperti ini." Ujarnya seraya menatap Saena dalam gendongan Yu Silan. "Saya akan merebahkan tubuh Saena di dalam kamarnya." Ucapnya pada Bai Yumei. Yu Silan mengatakan itu untuk mendapatkan izin dari Bai Yumei masuk ke dalam kamar Saena. “Ah, iya, mari Presdir. Silakan!” Ujarnya seraya memberikan jalan untuk Yu Silan agar pria itu bergegas menuju ke lantai atas. Abraham mendengar suara panik Bai Yumei. Dia segera keluar dari dalam kamarnya untuk melihat ke luar. Dari
“Akh! Tuan Yu!” Pekik Saena dengan nada terkejut. “Perhatikan langkah kakimu!” Pesan Yu Silan padanya, lalu segera melepaskan pelukan Saena dari pinggangnya. “I-iya, maaf, Tuan.” Saena mengangguk dengan wajah memerah, tentu saja dia merasa sangat senang sekali lantaran Yu Silan memperhatikannya. “Wajahmu seperti kepiting rebus, apa yang kamu pikirkan?” Seringai Yu Silan. “Pelukanmu padaku barusan tentunya tidak mungkin membuat milikmu basah!” Tambah Yu Silan dengan suara lirih, pria itu berbisik di telinga Saena. “Tuan Yu!” Pekik Saena seraya memukul lengan Yu Silan yang kini membungkuk di samping sambil membisikkan kalimat tersebut pada telinganya. “Aku hanya bercanda, tapi wajahmu memang memerah.” Tunjuk Yu Silan. “Tidak, tidak ada yang aku pikirkan selain perhatian darimu, Tuan Yu. Tuan Yu belum menjawab pertanyaanku.” Ucapnya dengan suara pelan. Saena tersipu malu saat mengatakan itu pada Yu Silan. “Ah, itu, k