Home / Romansa / Kenikmatan dalam Luka / 12. Suara Yang Membuka Luka

Share

12. Suara Yang Membuka Luka

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2025-07-20 08:07:49
Langkah Ariana terdengar cukup nyaring saat heels sepatunya menjejak di atas lantai yang dilapisi semen. Tatapan matanya lurus ke depan dan terlihat cukup tenang, tapi bola mata perempuan itu sama sekali tidak terlihat tenang.

Tatapan Ariana sesekali melirik ke sembarang arah, menatap lahan parkir kosong, atau mobil mewah seseorang yang terparkir dengan rapi. Setidaknya, sampai dia melihat sang suami yang duduk di kap mobil mereka dengan tatapan kosong.

"Kenapa juga dia harus melamun seperti itu." Ariana hanya bisa menggeleng pelan, dengan kening yang berkerut. "Hei, kenapa menunggu di luar?"

Suara keras yang terdengar tiba-tiba itu, membuat Bastian tersentak pelan. Namun, senyuman selalu terbit di wajahnya yang tadi terlihat lesu.

"Kau sudah selesai?" tanya Bastian sambil membukakan pintu mobil untuk sang istri. "Apa pembicaraannya berjalan dengan lancar?"

"Lancar." Ariana mengangguk, sebelum masuk ke dalam mobil. "Aku merasa sangat lancar saat menolaknya."

"Kau tolak?" Ke
5Lluna

Yang ini setia kok, Bu.

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kenikmatan dalam Luka   60. Bisikan Maut

    "Ariana, jangan berjalan terlalu cepat." Bastian berlarian sambil membuka jasnya, mengejar sang istri yang sudah melangkah lebih dulu ke arah tempat mobilnya diparkir. "Kau bisa kedinginan, jadi ...." "Masalahnya, aku lebih suka kedinginan dibanding tidak tahu." Ariana yang masih kesal, memotong kalimat sang suami. Membuat Bastian batal menyampirkan jasnya. "Lagi pula aku juga pakai outer." "Aku minta maaf," ucap Bastian pelan, menunduk pelan. "Tidak usah minta maaf, karena kau belum mau mengatakan apa pun," ucap Ariana hanya sedikit lebih lembut. "Beri aku waktu. Setidaknya sampai ...." "Sampai sebelum kau kabur lagi," potong Ariana dengan mata melotot. "Kalau kau sampai kabur ke sini lagi tanpa izin, aku mungkin akan melaporkanmu pada Dad. Dia sudah lama mau menghukummu." "Aku mengerti." Mau tidak mau, Bastian hanya bisa mengangguk. "Kau mengerti, tapi belum tentu juga menepati janji. Untungny

  • Kenikmatan dalam Luka   59. Suara yang Teredam

    Dalam temaram lampu merah, Bastian bisa mendengar suara percakapan yang samar. Sekali dengar pun dia langsung tahu siapa pemilik suara, bahkan hanya dari suara langkah kaki pun sudah bisa dia tebak. Tapi, pemandangan yang dia lihat sama sekali tidak menyenangkan. Bastian mengenali Ariana, tapi tidak mengenali lelaki yang mengejar istrinya dan dia tidak suka adegan itu. "Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Bastian refleks saja, bahkan ketika harus mengucapkan pertanyaan yang sama sebanyak dua kali. "Mungkin sudah saatnya aku mundur." Le Corbeau mengangkat kedua tangan. "Sepertinya kau sudah punya janji." Tidak ada yang berbicara lagi, bahkan Ariana dan Bastian hanya menatap kepergian lelaki misterius tadi. Mereka bahkan masih saling menatap tanpa kata, saat hanya ada mereka berdua di pertengahan tangga. "Kenapa kau datang?" tanya Ariana dengan ekspresi datar, tanpa bisa dia tahan. "Bukannya kau yang mengundangku?" Bastian membalas dengan kening berkerut. "Aku mengundan

  • Kenikmatan dalam Luka   58. Pengawas Langit Merah

    Ariana tidak pernah menyangka saat dia menginjakkan kaki di lantai lima, dia akan melihat pemandangan yang mencengangkan. Padahal keberadaan kamar di lantai lima saja tidak dia tahu, tapi sekarang ada hal lain yang membuatnya terkejut. Dominique, si ular perak bermata hijau yang tak bertopeng. Perempuan yang memanggil Ariana itu, kini sedang sibuk dengan dua orang lelaki tanpa busana. Satu lelaki dengan mata tertutup kain merah dan tangan terikat di belakang, sedang berlutut di antara kedua kaki Dominique. Menghindu aroma perempuan itu dari balik gaunnya. Sementara lelaki yang lain, duduk di belakang sang ular perak, menjamah tubuh Dominique dengan mata yang juga tertutup kain merah. Untung saja perempuan itu masih mengenakan gaun tipis berwarna perak. Itu pun tali penyangganya sudah turun sebelah dan sebelah tangan Dominique memegang cambuk dengan ujung pipih. "Maaf, mengganggu." Lelaki yang menemani Ariana menepuk tangan satu kali, hanya untuk menyadarkan orang-orang di dala

  • Kenikmatan dalam Luka   57. Dunia Merah yang Sesungguhnya

    "Mrs. Crawford." Seorang petugas keamanan berlari ke arah Ariana yang baru saja mau naik ke mobilnya. "Mrs. Crawford, ada kiriman untukmu." "Jackson," tegur Ariana langsung berbalik dengan mata melotot pada petugas keamanan. "Apa kau lupa nama suamiku?" "Tentu saja tidak. Aku sangat ingat dengan Mr. Bastian Jackson, tapi sekarang aku harus memberimu ini." Ariana menyambar amplop merah dengan ukuran yang lumayan besar dari tangan lelaki di depannya, masih dengan mata melotot. Hanya amplop polos dengan tulisan namanya di bagian depan. Tapi ketika dibalik, kedua alis Ariana langsung terangkat. "Dari mana kau dapat benda ini?" tanya Ariana pada petugas keamanan yang masih berdiri tegap di depannya. "Kurir membawanya dan dia bilang kalau ini adalah undangan VIP yang harus segera diserahkan. Makanya, aku mengejar sampai ke sini." "Sudah diperiksa dengan benar?" Ariana kembali bertanya. "Maaf?" Kening si petugas keamanan berkerut karena bingung. "Bukannya ada standar prosedur

  • Kenikmatan dalam Luka   56. Hukuman atau Kehilangan

    Ariana membuka matanya dengan pelan. Dia kemudian melepas headphone yang sejak tadi dia pakai untuk mendengar lagu demo. Sudah selesai direkam, tapi masih belum dipoles ulang. Cinta tanpa nama. Itulah judul yang diberikan untuk lagu yang terdengar seperti kejujuran bagi Ariana. Rasanya, dia tidak mau merilis lagu itu. Terlalu memalukan. "Tapi masalahnya sekarang, Bastian ini mau ikut atau tidak sih?" gumam Ariana menatap ponselnya dengan kening berkerut. Tadi siang Ariana sudah mengirim pesan untuk sang suami, tapi lelaki itu belum membalas. Jangankan dibalas, dibaca pun tidak. Mungkin Bastian sibuk, tapi Ariana yakin tidak seperti itu. "Dari dulu, dia biasanya selalu membalas singkat pesanku sesibuk apa pun itu. Sekarang bahkan sudah lewat berjam-jam dan tidak ada balasan? Dia pasti menghindar." Merasa bosan, Ariana memilih untuk membuka galeri ponselnya. Dia menggulir layar benda pipih itu, sampai mememukan sebuah foto lama. Foto dirinya dan Bastian di taman belakang rumah

  • Kenikmatan dalam Luka   55. Dunia Kotor

    Jemari Ariana mengetuk pelan permukaan laptop miliknya yang terbuka lebar. Dia baru saja sampai di studio ketika Elian mengatakan ada beberapa berkas yang harus dilihat. Namun, fokus Ariana selalu saja teralihkan dengan percakapannya dengan Bastian semalam. "Sepertinya kau sedang butuh ini." Ariana mendongak dan mendapati Sebastian baru saja datang, sembari meletakkan secangkir kopi instan di hadapannya. Membuat perempuan itu memperbaiki cara duduknya yang terlalu santai. "Santai saja." Sebastian menarik kursi di sebelah partner kerjanya. "Kau bisa berbaring kalau memang sedang lelah. Apalagi aku lihat, kau sepertinya kurang bersemangat." "Padahal, proyek kita sejauh ini berjalan cukup lancar loh. Antusias orang-orang juga cukup bagus," lanjut Sebastian dengan senyum lebar. "Aku hanya ... terlalu banyak pikiran kurasa." Ariana mengedikkan bahu, sambil mengambil gelas kertas berisi kopi di hadapannya. "Omong-omong, terima kasih u

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status