Home / Romansa / Kenikmatan dalam Luka / 2. Satu Bulan Lagi

Share

2. Satu Bulan Lagi

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2025-06-07 21:21:47

"ADUH SAKIT! LEPASKAN!"

"Mana mungkin," jawab Ariana dengan mata melotot, sambil memegang kuat rambut panjang seorang perempuan. "Setelah kau tertangkap basah selingkuh tunanganku, aku mana mau melepasmu."

"Ari, tolonglah." Seorang lelaki yang terlihat panik, berusaha menenangkan. "Ini tempat umum dan ...."

"Harusnya itu kalimatku." Kini Ariana melotot pada lelaki yang baru saja bicara. "Semua orang tahu kita bertunangan, lalu kau mencium dan meraba bokong perempuan ini?"

"Kau salah lihat." Sang tunangan dengan cepat menggeleng. "Kau salah lihat."

"Kurasa kau salah menjambak." Tidak mau ketinggalan, Bastian malah mengompori. "Yang harus dijambak itu biang keroknya, bukan pelaku yang ditipu."

Ucapan itu jelas saja membuat Ariana makin melotot, kali ini mengarah pada lelaki yang baru saja bicara. Makin melotot lagi saat Bastian malah melebarkan senyumannya dan melirik ke arah tunangan perempuan yang sedang mengamuk itu.

"Jangan memancing emosinya," hardik sang tunangan pada Bastian. "Lagian, kau itu kenapa bisa ada di sini dengan Ariana? Kalian seli ...."

Tunangan Ariana tidak mampu berkata-kata, karena merasa kesakitan. Itu karena Ariana menendang tulang keringnya dengan sangat keras.

"Berani kau mengatakan hal aneh, maka aku akan membunuhmu," desis Ariana masih mempertahankan mata melototnya.

"Aku rasa cukup sampai di sini." Bastian menepuk tangannya sekali. "Kau sudah harus pulang."

"Lepas." Ariana menepis tangan lelaki yang menarik tangannya. "Aku belum puas memukul mereka."

"Kau mabuk, Ari. Jadi ayo pulang, sebelum ayahmu marah dan reputasinya tercoreng."

"Aku tidak peduli dengan reputasi," hardik Ariana jelas sekali terlihat mabuk. "Yang aku mau hanya ...."

Ariana tidak lagi bisa melanjutkan kalimatnya, karena dia mulai oleng. Hanya sebentar saja, sebelum perempuan berambut panjang itu pada akhirnya limbung dan tubuhnya segera ditangkap oleh Bastian.

"Kalian beruntung karena dia mabuk," ucap Bastian pada pasangan yang tadi diserang Ariana. "Tapi percayalah, nanti dia akan datang lagi dan memukul lebih keras."

***

"Bisa jelaskan apa yang terjadi di sini?" Seorang pria paruh baya bertanya dengan mata melotot. "Rasanya kemarin aku minta tolong membawa Ariana pulang, tapi kenapa malah ada laporan kekerasan dari polisi?"

Bastian yang ditanyai, tidak langsung menjawab. Dia terlebih dulu menatap perempuan yang sedang dibicarakan dan duduk di sebelahnya. Sayangnya, Ariana terlihat cuek.

"Tunangan Ari selingkuh." Enggan disalahkan, Bastian memilih mengaku. "Kebetulan saja kami melihat."

"Hei." Ariana langsung menyikut lelaki yang duduk di sebelahnya sambil melotot. "Bukannya aku sudah bilang jangan bilang-bilang?"

"Ah, rupanya begitu." Sang ayah mengangguk pelan. "Sesuai dugaanku."

"Dad." Ariana langsung melotot.

"Aku sudah bilang kan? Tunanganmu itu tidak benar, tapi kau tidak percaya." Kali ini sang ibu yang berbicara.

"Untuk itu maaf dan terima kasih sudah mengingatkan," ucap Ariana berusaha untuk tidak tersulut emosi. "Tapi tenang saja, aku akan memutuskan hubungan dengan dia."

"Tunggu dulu, apa yang kau bilang?"

Semua orang tersentak mendengar suara yang tiba-tiba terdengar itu, dan berbalik melihat siapa yang datang. Rupanya, tunangan Ariana muncul dengan membawa sebuket besar bunga.

Hal itu jelas saja membuat pelayan yang mengantar si tunangan, mendapat pelototan dari Ariana. Untung saja sekarang Ariana bersama orang tuanya. Kalau tidak, mungkin pelayan tadi akan kena marah.

"Ari, kau tidak benar-benar akan mengakhiri pertunangan kita kan?" Alih-alih menyapa calon mertua, sang tunangan langsung mendekati Ariana. Dia bahkan mendorong Bastian agar menyingkir.

"Jangan sentuh aku." Tentu saja Ariana akan menolak. "Kau menjijikkan."

"Yang kemarin itu salah paham saja, Sayang. Aku tidak selingkuh."

"Terus, yang kau cium itu manekin? Atau mungkin kau menganggap bokong itu sebagai buah persik?"

Ibu Ariana mendengus pelan berusaha untuk menahan tawa. Dia jelas merasa ucapan sang putri adalah lelucon.

"Pokoknya, yang kemarin itu salah paham." Si tunangan hanya bisa mengatakan hal berulang. "Karena itu aku datang ke sini untuk menjelaskan dan melamarmu secara resmi. Maksudku, aku mau bicara dengan kedua orang tuamu."

"Tapi orang tuaku ada di sebelah sana." Ariana menunjuk ke depannya. "Kau menghadap ke arah yang salah."

"Oh, tentu saja." Si tunangan bergegas untuk berbalik dan memasang senyum terbaik yang dia punya. "Maaf, karena aku menyapa Ariana lebih dulu. Aku harap, kalian berdua tidak tersinggung."

"Aku tersinggung." Sang ayah langsung membalas, disertai tatapan mata menghakimi. "Amat sangat tersinggung."

"Aku benar-benar minta maaf, jadi bisakah Pak .... Mungkin aku sekarang harus memanggil kalian Dad dan Mom?" ralat si tunangan dengan percaya diri. "Tidak ada orang yang mau menikahi Ariana selain aku."

Kedua orang tua Ariana mengerutkan keningnya. Mereka jelas tidak senang dengan apa yang dilakukan oleh kekasih sang putri, apalagi dengan fakta kalau lelaki itu berselingkuh.

"Dengar ...."

"Sayang."

Ayah Ariana baru ingin bicara, tapi ibunya menahan. Dia tersenyum pada sang suami, meminta izin untuk bicara hanya dengan senyuman saja. Tentu izin itu didapatkan dengan sangat mudah.

"Pertama, terima kasih karena sudah datang dengan niat baik dan sebuket bunga yang indah." Ibu Ariana mulai berbicara dan membuat si tunangan besar kepala. "Tapi maaf, kami harus menolak."

"Tentu saja kau harus menolak." Ariana langsung mengangguk setuju.

"Soalnya, Ariana akan segera menikah."

"What?" Bukan hanya yang empunya nama yang terkejut, tapi semua orang.

"Ini berita baru," ucap Bastian dengan kening berkerut.

"Tentu saja bukan, Nak. Aku sudah merencanakan pernikahan kalian, kurang dari sebulan lagi."

"Mom barusan bilang apa?" Ariana tentu saja akan bertanya.

"Kalian berdua, Ariana dan Bastian. Kalian akan menikah kurang dari sebulan lagi."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kenikmatan dalam Luka   98. Pasangan Tak Terduga

    Padahal rencana Bastian adalah mengajak istrinya makan siang bersama. Tapi, siapa sangka kalau dia malah menemukan pemandangan yang tidak seharusnya dia lihat saat membuka pintu ruangan Ariana, tanpa mengetuk pintu lebih dulu.Itu adalah Ariana yang sedang memojokkan Elian dengan kedua tangan. Jelas terlihat kalau ada sesuatu, entah apa itu dan Bastian tidak suka."Maaf," gumam Bastian pelan. "Mungkin ... aku bisa kembali lagi nanti?" lanjutnya malah dalam kalimat tanya."Oh, tidak perlu." Melihat ada celah, Elian segera merunduk cukup rendah, untuk meloloskan diri. "Aku punya banyak pekerjaan dan tidak perlu salah paham. Aku sama sekali tidak suka Ariana dari segi apa pun itu," lanjut Elian sambil melangkah keluar dengan cepat."Hei, tahan dia." Tentu saja Ariana akan meminta sang suami untuk menahan asistennya, tapi yang ada Bastian malah bingung.Rasanya, siapa pun akan bingung jika ada di posisi Bastian. Apalagi, Elian juga bergegas mendorongnya yang masih berdiri di amban

  • Kenikmatan dalam Luka   97. Bagian dari Mereka

    "Bagaimana?" tanya Ariana pada asistennya yang baru masuk ke dalam ruangan. "Dia menolak." Sayangnya, Elian harus menggeleng. "Bagaimana dia bisa menolak sponsor?" pekik Ariana dengan mata yang sudah nyaris keluar dari rongganya. "Atau jangan-jangan, tawaran kita lebih sedikit dari Dominique ya?" "Sayangnya tidak." Elian hanya bisa menghela napas saat menjelaskan. "Pelukis Vita sendiri bilang tawaran kita sangat banyak, tapi tidak bisa mengecewakan investor yang sebelumnya." "Kenapa dia lurus sekali sih?" Ariana sampai menempelkan tangan ke pipi dan menariknya turun dengan kuat. "Seharusnya kau hasut dia lebih jauh lagi." "Aku sudah melakukannya." Elian nyaris saja menghardik bosnya. "Aku sudah menawarkan lebih dari yang kau tawarkan, tapi dia tetap tidak mau. Lagi pula, orang mana yang tidak tertarik dengan uang?" "Tidak ada," balas Ariana pelan. "Harusnya tidak ada orang yang tidak suka uang, tapi ternyata ada." "Dia sebenarnya hampir menerima karena jumlahnya besar,

  • Kenikmatan dalam Luka   96. Pola yang Berulang

    "Ini gila." Arian mengatakan itu, sembari melangkah masuk ke dalam ruang kerja sang ayah. "Ini benar-benar gila.""Apa terjadi sesuatu?" Alaric yang kebetulan saja ada di dalam ruangan, tentu saja akan bertanya dengan ekspresi bingung."Sayangnya aku tidak tahu." Bastian yang menyusul sang istri, hanya bisa menggeleng pelan dan menutup pintu ruang kerja. "Aku tadi menjemput Ariana karena khawatir, tapi dia malah seperti ini," lanjut Bastian menjelaskan apa pun yang dia tahu. "Dia terus bilang gila atau sejenisnya.""Tentu saja ini gila," pekik Ariana membanting rambut palsu yang baru saja dia lepas dari rambutnya, menyisakan rambut asli perempuan itu yang ditutupi jaring. "Kalau kalian mendengar ini, kalian juga pasti akan bilang gila.""Baiklah." Alaric mengulurkan tangan, mencoba menghentikan gerakan apa pun yang akan dilakukan sang putri. "Bagaimana kalau kau duduk dulu dan mencoba menjelaskan, mulai dari ... penampilanmu.""Aku menyamar untuk masuk ke dalam galeri yang kem

  • Kenikmatan dalam Luka   95. Ide yang Makin Gila

    "Ariana, kau tidak perlu ke sana." Suara Bastian terdengar dari ponsel yang menempel di telinga perempuan yang empunya nama. "Aku sudah memeriksa daerah itu." "Tenang saja, Bas." Ariana membalas dengan pelan, tidak mau ada yang mendengar. "Aku sudah menyamar dan penyamaranku jauh lebih baik darimu." Ariana yang sedang merapikan poninya, tersenyum menatap cermin toilet. Dia yang tadinya berambut panjang, sekarang punya rambut sebahu. Pakaian yang biasanya mewah, kini berganti dengan kaos polo biasa dan celana panjang robek. Kali ini, Ariana memang terlihat berbeda. "Memangnya penyamaran seperti apa yang kau lakukan?" desis Bastian agak kesal juga. "Lebih baik, kau kembali ke kantor saja. Please!" "Hei, kemarin kau merengek ingin pergi sendiri. Jadi kenapa hari ini aku tidak boleh pergi sendiri," hardik Ariana dengan mata melotot yang terpantul di cermin. "Aku minta maaf soal kemarin, tapi sekarang aku takut kalau misalnya terjadi sesuatu denganmu. Aku juga akan berjanji tidak

  • Kenikmatan dalam Luka   94. Sama Tapi Beda

    "Ma'am, aku sudah dapat kabar dari orang yang mengikuti Bastian Jackson." Sebuah suara terdengar dari ponsel Dominique. "Katanya lelaki itu menyamar jadi Sebastian Moran dan datang mengunjungi galeri kita.""Kenapa dia tidak kreatif sekali?" tanya Dominique dengan kening berkerut. "Itu namanya bukan menyamar, tapi hanya ganti nama. Mana ganti namanya dari Bastian ke Sebastian. Dia dapat inspirasi dari mana sih?""Mungkin Sebastian Leclerc?" ucap lelaki dari ujung sambungan telepon. "Biar bagaimana, Mr. Jackson pasti cukup sering bertemu dengan Sir Leclerc bukan?""Cukup masuk akal." Dominique mengangguk. "Tapi tidak, Sebastian adalah anak yang patuh walau dia dominan. Mereka mungkin sering bertemu karena dia bekerja dengan Ariana, tapi tidak akan terlibat.""Kalau begitu, aku hanya akan mengawasi saja dulu." Lelaki tadi kembali bersuara. "Jika ada perintah lain, mungkin Master bisa sampaikan sekarang.""Tidak." Dominique menggeleng. "Untuk sementara, awasi saja dia dan Leo."**

  • Kenikmatan dalam Luka   93. Api Neraka

    "Kau yakin mau pergi sendiri?" tanya Ariana, menatap sang suami dengan serius."Tidak apa-apa, Ari." Bastian membalas sang istri dengan senyuman. "Tempat ini tidak ditangani langsung oleh Dominique.""Iya sih, tapi katanya aliran dana tempat ini besar kan?" Ariana masih mau berargumen. "Itu artinya Dominique bisa muncul kapan saja. Atau mungkin tangan kanannya dia.""Menurut data, belum ada yang seperti itu." Elian yang muak dengan drama pagi hari itu, langsung menyela. "Sekali pun Dominique datang, dia selalu berkunjung pada malam hari saja. Bastian akan aman.""Apa kau bisa menjamin hal itu?" tanya Ariana melirik sang asisten dengan tajam. "Apa kau mau tanggung jawab?""Aku akan tanggung jawab." Tidak mau ada perkelahian, Bastian segera menyela. "Jadi tidak apa-apa. Lagi pula, ada petugas keamanan kan?"Ariana mengembuskan napas cukup keras. Padahal dia sudah membujuk sejak masih di rumah, tapi setelah sampai ke tempat tujuan pun, Bastian masih tidak tergoyahkan. Sepertinya,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status