Share

Bab 2

Author: Sasha
Valencia berjalan keluar dari TK. Melihat tampangnya yang muram, kepala pembantu memberi usul, "Nyonya, kamu mau ke mana? Aku akan mengantarmu."

Ke mana? Valencia tidak memiliki kerabat atau teman. Hanya ada satu tempat yang bisa dia tuju.

"Nggak usah."

Kepala pembantu memperhatikan Valencia pergi dan merasa ada yang tidak beres. Pada saat ini, ponselnya tiba-tiba berdering.

Suara pembantu yang ketakutan terdengar dari ujung telepon. "Nyonya sudah tahu rahasia Tuan."

Pembantu itu benar-benar dikejutkan oleh kekacauan di ruang kerja.

Kepala pembantu segera memberi tahu ibunya Stewart mengenai hal ini.

Valencia mengemudikan Panamera-nya dan melaju kencang di jalan raya. Dia melarikan diri dari hiruk pikuk kota dan pergi ke pegunungan.

Pada saat ini, di ruang istirahat presdir.

Stewart dan Josie sedang bergulat di ranjang. Ponsel di meja samping tempat tidur tiba-tiba berbunyi. Stewart pun mengambil ponselnya dan membuka aplikasi pelacak. Sebuah titik merah di layar terlihat bergerak menjauh.

"Suamiku, kelas tinju Hayden sudah hampir selesai," ucap Josie dengan suara yang lembut dan menggoda sambil memeluk Stewart dari belakang.

Stewart mendorong Josie menjauh dan memperhatikan titik merah yang bergerak makin menjauh dari pusat kota. Saat mendengar kata "suamiku", hatinya terasa sangat tidak nyaman, seolah-olah dirinya sedang kehilangan sesuatu.

"Jangan panggil aku begitu," ucap Stewart dengan dingin.

Tidak ada orang yang berhak memanggilnya "suamiku", kecuali Valen-nya. Tadi, dia hanya kehilangan akal sehatnya untuk sesaat. Dia mengenakan celananya, lalu berjalan keluar dari ruang istirahat tanpa menoleh.

Setelah Stewart pergi, senyum Josie yang penuh sanjungan langsung sirna. Dia mengulurkan tangan dan menyapu foto Stewart dan Valencia dari meja samping tempat tidur ke tempat sampah.

Dia lebih muda dan cantik daripada Valencia. Stewart juga lebih menyukainya di ranjang. Sekarang, bahkan Hayden lebih menyukainya daripada Valencia. Namun, kenapa Stewart masih begitu mengkhawatirkan Valencia?

Stewart pasti hanya masih terikat oleh perasaan lama. Jika begitu, dia bisa turun tangan sendiri.

...

Di pemakaman pinggiran kota, hujan musim semi turun dengan deras.

Valencia sudah berdiri lama di depan makam. Dia pernah berjanji kepada ibunya bahwa dirinya akan selalu bahagia. Kini, dia tidak bisa menepati janji itu.

Dia berujar dengan suara tercekat, "Ma, maaf. Aku sudah putuskan untuk ceraikan Stewart dan memberinya hak asuh Hayden. Aku mau bawa Mama tinggalkan tempat ini."

"Kamu mau bawa Mama ke mana?"

Sebuah payung tiba-tiba muncul di atas kepala Valencia dan melindunginya dari angin serta hujan. Sebuah suara yang lembut juga terdengar di samping telinganya.

Di mata Valencia yang membelalak terkejut, terpantul wajah Stewart yang jernih.

"Kok kamu tahu aku ada di sini?" tanya Valencia sambil mengerutkan kening. Sepertinya, Stewart tidak mendengar kata-kata sebelumnya.

"Tentu saja karena hati kita terhubung."

Stewart menarik Valencia ke dalam pelukannya dan mengeratkan pelukannya.

"Sayang, aku khawatir banget waktu tahu kamu tiba-tiba meninggalkan kota."

Kehangatan tubuh Stewart seperti ingin mencairkan hati Valencia yang sedingin es, tetapi hati Valencia tidak akan pernah bisa dihangatkan lagi.

Valencia bisa mencium aroma parfum bunga daisy dari tubuh Stewart. Itu adalah aroma parfum yang sering dipakai Josie.

"Apa yang perlu dikhawatirkan? Memangnya kamu melakukan sesuatu yang mengkhianatiku dan takut aku meninggalkanmu setelah mengetahuinya?" tanya Valencia sambil mencoba membaca raut wajah Stewart untuk mencari petunjuk.

Ekspresi Stewart berubah serius. Dia mengangkat tiga jari ke langit dan bersumpah, "Sayang, aku bersumpah di hadapan Mama. Aku nggak pernah mengkhianatimu baik itu dulu maupun sekarang, juga nggak akan pernah mengkhianatimu kelak. Kalau aku mengkhianatimu, aku akan disambar petir."

Begitu dia selesai berbicara, terdengar suara petir bergemuruh di langit. Hal ini pun mengejutkan Stewart. Bahkan Tuhan juga tidak dapat menahan diri untuk tidak mengungkap kebohongannya.

Mengingat Stewart sudah berselingkuh bertahun-tahun, tetapi masih menunjukkan cinta yang mendalam terhadapnya, mata Valencia yang indah nan besar berkilat dingin.

"Nggak perlu disambar petir." Valencia tidak ingin mengotori tangan Tuhan. Dia melanjutkan, "Kalau kamu mengkhianatiku, aku akan meninggalkanmu."

"Sayang, aku nggak akan mengkhianatimu." Stewart meraih tangan Valencia, lalu menciumnya dan berkata, "Kita akan melewati segala suka dan duka bersama. Aku nggak akan memberimu kesempatan untuk meninggalkanku seumur hidup ini."

Selama ini, Valencia telah tertipu oleh perasaan mendalam yang ditunjukkan pria ini. Dia mencibir dalam hati, tetapi menjawab dengan nada melunak, "Aku percaya padamu."

Valencia menyadari bahwa meninggalkan Stewart tidak semudah yang dia bayangkan. Dia baru meninggalkan kota kurang dari dua jam, tetapi Stewart telah menemukannya.

Apalagi, seluruh hak pengelolaan transportasi di bandara dan pelabuhan seluruh Kota Alderta adalah milik Keluarga Gunawan. Jika Stewart menolak untuk melepaskannya, dia tidak akan bisa pergi. Dia berencana untuk bertahan sampai Ketua Militer mengirim orang datang menjemputnya.

Stewart memeluk Valencia dengan lembut dan berujar, "Terima kasih atas kepercayaanmu, Sayang. Tapi, tadi kamu bilang mau bawa Mama pergi. Mau pergi ke mana?"

Valencia mendorong Stewart. Berhubung dia menunduk, Stewart tidak melihat rasa jijik yang terpampang di matanya.

"Sudah lama makam Mama nggak dirawat. Aku mau pindahkan abunya ke rumah duka untuk sementara."

Stewart menghela napas lega, lalu melepas jasnya dan menyampirkannya di bahu Valencia. Kemudian, dia menyerahkan payungnya kepada Valencia dan membungkuk untuk mencabuti rumput liar di sekitar batu nisan.

"Tanahnya memang agak gembur dan perlu diperbaiki. Aku akan minta pihak pengelola untuk pindahkan abu Mama dulu. Beberapa tahun yang lalu, aku ada beli sebidang tanah atas namamu dan bangun makam untuk Mama di sana. Aku akan minta ahli fengsui pilih hari baik untuk pemindahan abu Mama."

"Lokasi tempat itu dekat dengan laut dan gunung, juga ditanami tulip, bunga favorit Mama. Ada staf khusus yang akan rawat dan jaga keamanan makam di sana. Mama pasti akan menyukainya. Aku awalnya berencana untuk kasih tahu kamu kejutan ini di hari peringatan kematian Mama."

Seusai berbicara, Stewart berdiri dan menggenggam tangan Valencia.

Guntur dan kilat masih menyambar.

"Di sini nggak aman. Ayo kita pulang."

Stewart memegang payung dan melindungi Valencia saat menuruni gunung.

Valencia menatap mata Stewart yang penuh kasih sayang, lalu mengingat kesulitan yang dia dan ibunya alami sepuluh tahun lalu. Stewart-lah yang melangkah maju untuk membantunya. Berkat Stewart, ibunya baru dapat menjalani hari-hari terakhir hidupnya tanpa rasa khawatir.

Stewart jelas-jelas telah berkorban banyak deminya, kenapa Stewart malah mengkhianatinya? Bibir Valencia agak bergetar karena ingin meminta klarifikasi.

Pada saat ini, Stewart membuka pintu penumpang depan. Begitu melihat Josie duduk di sana, Valencia langsung menahan seluruh keraguan yang ingin ditanyakannya.

Josie mengenakan gaun putih bertali tipis yang dipadukan dengan kardigan yang diikat di bahu. Lehernya yang terekspos dipenuhi bekas ciuman yang mencolok. Sebuah kalung dengan liontin cincin bertengger di lehernya. Cincin itu samar-samar menyerupai cincin kawin Valencia yang baru saja hilang tidak lama ini.

Pada saat itu, Valencia sangat sedih. Stewart pun melepas cincinnya, lalu berjanji untuk memadukannya dengan yang baru supaya bisa menciptakan cincin kawin yang lebih sempurna.

Tangan kiri Stewart yang memegang payung masih dihiasi cincin kawin mereka. Cincin itu berkilauan dengan cahaya dingin dan tajam, bagaikan pisau tajam yang menusuk jantung Valencia, lalu mencabik-cabiknya hingga berlumuran darah.

Stewart datang ke makam ibunya bersama Josie? Stewart bahkan memberikan cincin kawinnya kepada Josie?

Ketika teringat bagaimana dirinya hampir memercayai ketulusan pria ini dan bahkan mengonfrontasinya tadi, Valencia merasa dirinya sangat konyol sekaligus menyedihkan. Stewart sama sekali tidak pantas untuk dipertahankannya.

Hati Valencia telah hancur lebur. Dia pun berbalik dan pergi.

Di belakangnya, terdengar teguran yang lantang, "Keluar! Siapa yang izinkan kamu duduk di kursi khusus istriku?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kepergianku Palsu, Cintamu Nyata?   Bab 100

    “Oke.”Setelah Veena keluar dari ruang baca, Valencia baru menggerakan mouse untuk mengangkat panggilan. Orang yang muncul bukanlah Calvin, melainkan putranya, si Theo.“Bibi Cantik, Theo sungguh merindukanmu. Kapan kamu bisa main ke rumahku?” Suara gemas Theo terdengar merdu. Ketika melihat wajah lugunya, Valencia merasa hatinya tidak gersang lagi.“Belakangan ini Bibi merasa agak sibuk. Sepertinya nggak bisa ke rumahmu.”“Oh.” Theo mencemberutkan bibirnya dengan kecewa. Dia pun kepikiran sesuatu. “Bibi Cantik, aku bawa kamu untuk lihat kamar papaku.”Theo mengambil kamera. Saat dia menelusuri koridor panjang, terdengar suara perbincangan orang dewasa di dalam ruang tamu. Kemudian, Theo pergi membuka pintu kamar utama.Kamar tidur utama dipenuhi potret Valencia dari berbagai periode, bahkan termasuk foto pernikahannya.Valencia spontan merasa terkejut. Hatinya seketika terasa seperti disuntik sesuatu hingga terasa membuncah.Padahal sudah enam tahun tidak bertemu, bagaimana mungkin …

  • Kepergianku Palsu, Cintamu Nyata?   Bab 99

    Kenny dipukul hingga menjerit kesakitan. “Mama, jangan pukul lagi. Aku akan ngomong. Sebenarnya anak itu, aku bantu ….”“Kenny, kamu bilang kamu bantu siapa untuk membesarkan anak itu?” Stewart menyela ucapan Kenny.Kenny menoleh, lalu melihat Stewart dan Valencia berjalan ke dalam. Dia pun terkejut hingga tergagap. “Aku nggak … nggak bilang aku bantu seseorang untuk membesarkannya. Maksudku, aku bantu melahirkan keturunan untuk Keluarga Darianto. Charin nggak bersedia untuk menikah sama aku. Papa dan Mama juga buru-buru, makanya aku suruh Josie untuk melahirkan anak buat aku. Papa, Mama, aku melakukannya juga demi meneruskan garis keturunan Keluarga Darianto.”Apa masih ada yang tidak dimengerti oleh Misha. Perempuan dan anak itu adalah “kambing hitam" yang ditanggung Kenny demi Stewart. Dia membuang cambuk, lalu memarahinya, “Dasar bodoh!”Ayah Kenny, Darkiat Darianto, merasa sangat emosi. Namun berhubung ada Stewart dan Valencia, dia juga tidak bisa melampiaskannya, melainkan hanya

  • Kepergianku Palsu, Cintamu Nyata?   Bab 98

    Begitu masalah ini terbongkar, sepertinya sulit untuk mendapat perlindungan dari Ketua Militer. Selain itu, ada terlalu banyak orang di dunia peretas yang ingin menantang “Cipher".“Aku mau segera menanganinya.” Veena segera duduk di depan komputer, lalu masuk ke dalam dunia internet untuk mencari tahu semua informasi mengenai Calvin. Akhirnya ditemukan foto bersama Calvin dengan Valencia.“Prof, sejauh ini, ini satu-satunya foto yang berhubungan dengan Kak Valencia.” Veena segera menemukannya. “Ini ….”Ketika melihat waktunya, saat itu Veena masih belum direkrut.“Foto itu diambil pada suatu aksi di enam tahun lalu. Dia merasa sangat sedih waktu itu karena berhasil menyelamatkanku, tapi dia nggak berhasil menyelamatkan asistenku. Aku membuatnya menampakkan diri. Saat aku menghiburnya, ada yang diam-diam mengambil fotoku.”“Foto sudah dilenyapkan.” Tangan Calvin mengusap wajah sedih Valencia yang berada di atas komputer. “Itu pertama kalinya dia merasa nggak berdaya, melihat asistenku

  • Kepergianku Palsu, Cintamu Nyata?   Bab 97

    Calvin dipukul secara mendadak. Dia pun tidak menghiraukan rasa sakit di wajahnya, melainkan segera mengayunkan tinjuan ke sisi Stewart.Calvin mempelajari tinju militer, sedangkan Stewart adalah ahli taekwondo. Keduanya sama-sama adalah master. Tidak ada satu pun dari mereka yang bersedia untuk mengalah. Mereka pun melanjutkan perkelahian.“Jangan pukul lagi!” Para peneliti dan pengawal di tempat segera melerai mereka untuk menghentikan kekacauan.“Prof Calvin, apa kamu baik-baik saja?” Valencia menatap luka yang mengalir di ujung bibir Calvin, lalu segera mengambil tisu ke sana.Calvin baru saja hendak mengulurkan tangan untuk mengambilnya, tisu pun langsung direbut oleh Stewart.“Valen, aku juga berdarah.” Stewart langsung menahan tangan Valencia, lalu menarik Valencia sekaligus tisu ke dalam pelukannya.“Rasakan!” Valencia meronta sejenak, tetapi dia tidak berhasil keluar dari genggaman telapak tangan Stewart. “Siapa suruh kamu sembarangan pukul orang! Segera minta maaf sama Prof C

  • Kepergianku Palsu, Cintamu Nyata?   Bab 96

    Valencia mulai berkomunikasi dengan Veena.Pada saat ini, Stewart pun tiba di departemen teknologi informasi. Kedatangan presdir pasti karena ada masalah serius. Manajer pun merasa agak gelisah.Manajer memanggil programer terhebat. “Aku ingin tahu di mana saja mobilku pernah diparkirkan. Bisakah kamu menyambungkan ponsel ke komputer mobil dan menyelesaikannya dalam dua menit?”Stewart teringat cara Valencia yang begitu lancar dan cekatan, lalu terdiam sejenak. “Bukan, bisakah diselesaikan dalam satu menit?”“Bisa,” jawab si programer, “Ini adalah teknik operasional yang sangat dasar, Pak Stewart.”“Dengan kemampuan istriku, apa dia juga bisa melakukannya?” Setelah kembali dari luar negeri, riwayat pekerjaan Valencia adalah di bidang desain web. Singkat cerita, bisa dibilang jurusan kecantikan dalam dunia komputer.Berhubung khawatir Valencia akan merasa terpukul, Stewart pun menempatkannya sebagai konsultan di departemen teknologi informatika. Manajer juga tidak diperbolehkan menggang

  • Kepergianku Palsu, Cintamu Nyata?   Bab 95

    Semua orang juga tahu dengan latar belakang istri dari presdir Grup Gunawan. Dia bahkan bisa menoleransi anak haram ayahnya. Dia memang sungguh baik hati.Reputasi bagus Valencia tersebar di luar sana. Reputasi itu pun menambah keindahan dalam percintaan mereka, bahkan saham Grup Gunawan melambung tinggi.Malam harinya, Stewart berbaring di samping Valencia. Tangannya diletakkan di atas perut kecil Valencia. “Sayang, kamu baru kehilangan anak, nggak boleh kecapekan. Belakangan ini kamu nggak usah ke perusahaan saja, biar nggak terlalu capek. Kamu cukup istirahat di apartemen saja.”Valencia sedang memejamkan kedua matanya. Dia pun membalas dengan mengiakan saja.Entah sudah lewat beberapa lama, tiba-tiba belakang punggungnya terasa ringan. Disusul, terdengar suara tutup pintu yang sangat pelan.Valencia duduk di tempat dengan ekspresi muram. Dia membuka laci, lalu mengeluarkan obat tidur yang dibuka Rachel. Dia menelan beberapa butir, lalu kembali berbaring. Tiba-tiba terdengar suara t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status