Share

Bab 3

Author: Sasha
Josie berlutut di hadapan Valencia dan berujar, "Kak Valencia, tolong jangan biarkan Bu Lilian mengusirku."

Jendela belakang mobil diturunkan, lalu Hayden menjulurkan kepalanya sambil mengeluh, "Mama, kenapa kamu jelek-jelekkan Bibi Josie di depan Nenek?"

Hayden sedang menyalahkannya.

Valencia menatap Josie yang berlutut di atas lumpur dan memasang tampang sedih. Tujuan Josie membawa Hayden kemari adalah untuk memecah belah mereka.

"Hayden, nggak boleh teriak-teriak sama Mama. Mamamu nggak akan pernah menjelek-jelekkan siapa pun!" Terdengar suara Stewart yang membelanya.

Valencia bertemu pandang dengan tatapan penuh kasih sayang pria itu. Jika tidak mengetahui faktanya, dia pasti akan tersentuh. Sekarang, Valencia hanya merasa semua ini sangat absurd.

"Kalau bukan Mama yang ngadu, kenapa Nenek bisa tiba-tiba usir Bibi Josie? Ini pasti ulah Mama!" Hayden masih bersikeras menyalahkan Valencia. Kemudian, dia keluar dari mobil dan menarik Josie untuk berdiri sambil berkata, "Bibi Josie, cepat berdiri! Pakaianmu sudah basah kuyup."

Valencia memperhatikan Hayden yang mengkhawatirkan Josie, tetapi sama sekali tidak peduli pada dirinya yang sudah basah kuyup dan menggigil di tengah hujan. Rasa sakit yang tajam seketika menyerang hatinya.

Bibir Josie melengkung membentuk senyum kemenangan, tetapi dia masih berpura-pura sedih. "Hayden, aku baik-baik saja. Selama Kak Valencia nggak mengusirku, aku bersedia berlutut selama apa pun."

Valencia dengan sabar menegur Hayden, "Hayden, Mama pernah mengajarimu untuk nggak menuduh orang tanpa bukti."

Hayden memasang tampang cemberut dan menyahut, "Kalau begitu, suruh Nenek untuk jangan usir Bibi Josie. Habis itu, aku akan percaya padamu."

Bagi Hayden, Josie sangat baik. Bahkan ayahnya juga menyukai Josie. Siapa lagi selain ibunya yang mungkin mengadukan Josie?

Valencia tidak percaya bahwa putranya akan mengajukan permintaan seperti itu demi Josie. Dia yang terlalu memanjakan Hayden sehingga Hayden merasa dirinya bisa memanfaatkan kasih sayang ibunya untuk bertindak semena-mena.

"Hayden, keputusan nenekmu nggak bisa diubah. Kamu nggak bisa ajukan sesuatu yang begitu nggak masuk akal pada mamamu."

Stewart terlihat seperti sedang membela Valencia, tetapi sebenarnya sedang memberi saran kepada Hayden.

"Kalau begitu, aku akan pergi cari Nenek sendiri! Papa, ayo kita pergi ke rumah lama!"

Hayden menarik Josie ke kursi belakang dan Josie masuk dengan berpura-pura enggan.

Valencia memperhatikan putranya dan Josie yang terlihat seperti ibu dan anak. Dia sudah berulang kali meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia akan segera pergi dan putranya tidak lagi memiliki hubungan apa pun dengannya. Akan tetapi, hatinya masih terasa sakit.

Ketika merasakan jari-jarinya yang membeku digenggam oleh seseorang, Valencia baru tersadar kembali.

Stewart berkata dengan lembut, "Jangan masukkan kata-kata Hayden ke hati. Kamu nggak usah peduli sama hal sepele seperti ini. Setelah Josie dipecat Mama, semuanya akan kembali normal."

Kembali normal? Mustahil!

"Mama telepon aku dan minta kita pulang. Tempat ini dekat dengan rumah lama. Kamu basah kuyup dan harus ganti baju secepatnya."

Ibunya Valencia bisa dimakamkan di pemakaman ini karena Lilian Wijaya, ibunya Stewart. Dia berkata ingin sering datang berkunjung.

Ibunya Valencia adalah sahabat Lilian. Sejak ibunya meninggal, Lilian yang merawat dan menyayanginya seperti anak kandung. Pengkhianatan Stewart tidak ada hubungannya dengan Lilian.

Memikirkan hal ini, Valencia menepis tangan Stewart dan menjawab, "Aku akan nyetir sendiri."

Dia merasa jijik pada tempat yang pernah Josie duduki. Jadi, dia berjalan menuju Panamera yang diparkir di pinggir jalan. Stewart memayunginya dan mengantarnya ke mobil. Kemudian, mobil multiguna yang dikendarai Stewart pun terlihat makin kecil di kaca spion.

Valen tiba di rumah lama Keluarga Gunawan.

"Valen, kok kamu basah kuyup?" Lilian yang dikelilingi para pembantu yang memegang payung memeluk Valencia dan bertanya, "Di mana Stewart? Kenapa dia nggak pulang bersamamu?"

Lilian memerintahkan para pembantu untuk menyiapkan air panas dan teh jahe, lalu merangkul Valencia sambil berjalan masuk ke rumah.

Begitu mendengar kekhawatiran Lilian, mata Valencia pun berkaca-kaca. Jika tahu Stewart telah mengkhianatinya, Lilian pasti akan sangat sedih.

Valencia tidak ingin Lilian khawatir dan menjawab, "Ma, dia akan segera tiba."

Lilian menghibur Valencia, "Kamu naik saja dulu dan mandi air panas biar nggak masuk angin."

Ketika Valencia keluar dan berganti pakaian, Lilian menggenggam tangannya.

"Jangan sedih, Nak. Mama sudah tahu segalanya. Kamu itu anak kesayanganku. Nggak seorang pun boleh membuatmu menderita. Mama akan bela kamu, juga dukung semua keputusanmu," kata Lilian dengan tegas.

Tatapan penuh kasih sayang dan cinta Lilian yang tak tergoyahkan membuat Valencia tidak mampu mengendalikan air matanya.

Valencia berasumsi bahwa betapa pun Lilian menyayanginya, Stewart tetap adalah yang paling utama di hatinya. Meskipun Lilian akan sedih dan marah setelah mengetahui Stewart telah mengkhianatinya, Lilian tetap akan mengorbankannya demi Grup Gunawan dan Stewart. Tak disangka, Lilian malah memihaknya.

Valencia sangat terharu dan hendak memberi tahu Lilian mengenai keputusannya. "Ma, aku berencana untuk ce ...."

Hayden tiba-tiba membuka pintu dan berlari masuk. Dia melemparkan diri ke pangkuan Lilian dan menyela ucapan Valencia.

"Nenek, aku nggak akan panggil Bibi Josie mami lagi. Tolong jangan usir Bibi Josie," mohon Hayden dengan berlinang air mata.

"Ma, jangan manjakan dia. Dia sudah buat Valen sangat marah," kata Stewart sambil berjalan masuk.

Begitu melihat ayah dan anak itu, Valencia memalingkan muka dengan jijik.

Stewart berjalan mendekat dan mengulurkan tangan untuk menyentuh dahi Valencia, sedangkan Valencia tidak sempat menghindar. Berhubung Valencia tidak demam, Stewart pun menghela napas lega.

Lilian memperhatikan interaksi mesra pasangan muda itu, lalu menunduk untuk menatap cucunya. Dia merasa bahwa telepon dari kepala pelayan sebelumnya tidak berdasar. Apalagi, kepala pelayan juga tidak melihat Valencia meninggalkan ruang kerja. Jadi, kekacauan itu pasti ditimbulkan oleh salah satu pembantu.

Lilian mulai menceramahi Hayden.

"Hayden, kamu mana boleh panggil Josie mami? Valen itu barulah mamamu. Demi melahirkanmu, tubuhnya jadi lemah. Setiap hujan, pinggangnya akan selalu sangat sakit. Mana boleh kamu sakiti mamamu seperti ini? Nenek nggak akan biarkan siapa pun sakiti mamamu. Josie sudah mengajarimu jadi nggak sopan. Dia harus pergi."

Mata Hayden berkaca-kaca dan dia terlihat sangat sedih. Bukan dia yang memaksa ibunya untuk melahirkannya, melainkan ibunya yang memilih untuk melahirkannya. Kenapa dia harus disalahkan atas semua penderitaan ibunya?

Namun, dalam menghadapi tatapan tajam nenek dan ayahnya, Hayden tidak berani menolak.

"Valen, jangan khawatir. Meski Josie itu kerabat jauh Mama, dia sudah ajari Hayden yang nggak-nggak. Mama akan menghukumnya, juga menyuruhnya pergi sesegera mungkin."

Valencia menatap Lilian dan menyadari bahwa Lilian mengusir Josie bukan karena mengetahui tentang perselingkuhan Stewart, melainkan karena kejadian di TK pagi ini. Namun, hal ini saja sudah membuat Lilian begitu marah. Jika dia mengetahui perselingkuhan Stewart, entah akan seberapa marah dia.

Hayden berlutut di depan Valencia dan menggenggam tangannya.

"Mama, tolong jangan biarkan Nenek usir Bibi Josie. Ulang tahunku akan tiba 30 hari lagi. Bukannya Mama selalu tanya apa yang kuinginkan sebagai hadiah ulang tahun? Aku nggak menginginkan apa pun. Aku cuma mau Bibi Josie bersamaku selamanya. Mama, kamu nggak boleh ingkar janji."

Valencia menatap wajah polos Hayden. Meskipun sedang memohon, ekspresinya tetap terlihat arogan. Dia memang diperalat oleh Josie, tetapi dia sendiri yang memilih untuk tidak menunjukkan rasa hormat terhadap ibu kandungnya. Apabila dia menyesal setelah mengetahui kebenarannya kelak, itu juga adalah akibat dari perbuatannya sendiri.

Namun, Valencia tetap ingin memberi Hayden satu kesempatan terakhir.

"Hayden Gunawan, kamu yakin ini hadiah ulang tahun yang paling kamu inginkan?"

"Iya."

"Hayden Gunawan, kamu nggak akan menyesalinya?"

"Nggak!" Hayden menggeleng dengan penuh semangat. "Aku cuma mau Bibi Josie bersamaku selamanya."

"Oke. Kalau begitu, aku akan mengabulkannya." Valencia menarik tangannya dari genggaman Hayden dan melanjutkan, "Hayden Gunawan, 30 hari lagi, kamu akan dapatkan hadiah ulang tahun ini."

Hari itu juga adalah hari kepergian Valencia.

Melihat Valencia yang memalingkan wajah, ada satu bagian di hati Hayden yang terasa sakit. Seumur hidupnya, dia hampir tidak pernah mendengar ibunya memanggilnya dengan nama lengkapnya. Sekalipun marah, ibunya juga tidak pernah begini. Namun, hanya dalam waktu singkat, dia sudah mendengarnya sebanyak tiga kali.

Hanya saja, setelah mengingat bagaimana Valencia selalu menuruti segala keinginannya di masa lalu, Hayden pun mengabaikan rasa tidak nyaman itu. Meskipun ibunya marah sekarang, amarahnya juga akan reda dengan sendirinya seperti biasa.

Hayden berseru ke arah Lilian, "Nenek, Mama sudah setuju. Aku nggak akan panggil Bibi Josie mami lagi. Nenek jangan usir Bibi Josie, ya."

Berhubung Valencia tidak menuntut apa pun dan bersikap setenang anak kucing di bawah perawatan Stewart, Lilian pun berasumsi bahwa masalahnya sudah berakhir.

"Mamamu memang setuju untuk nggak usir Josie, tapi Nenek nggak setuju. Mulai hari ini, Nenek akan suruh orang lain untuk merawatmu. Keputusan Nenek sudah bulat."

Lilian memecat Josie tepat di depan Valencia. Tidak peduli bagaimana pun Hayden membantah, itu sia-sia saja.

Melihat Lilian yang membelanya, hati Valencia terasa hangat. Jika dia tiba-tiba menghilang 30 hari lagi, Lilian pasti akan sangat sedih. Jadi, dia memutuskan untuk meninggalkan pesan kepada Lilian supaya dia tidak khawatir.

Saat membayangkan dirinya tidak harus menyaksikan drama Josie selama sebulan ke depan, suasana hati Valencia pun membaik. Berhubung tidak ingin membuat Lilian khawatir, Valencia pulang bersama Stewart dan Hayden.

Baru saja mobil mereka keluar dari rumah lama, ponsel Valencia berbunyi. Itu adalah pesan dari Josie.

[ Kak Valencia, kamu pernah dengar cerita tentang keluarga kaya, yang mana menantunya mandul, jadi ibu mertuanya diam-diam cari perempuan lain untuk putranya? ]

[ Kak Valencia, aku kasihan banget sama kamu. Kamu sudah ditipu sama orang-orang yang paling kamu percayai. ]

[ Coba tebak di mana aku sekarang? ]

Josie segera mengirimkan foto bunga tulip di taman belakang rumah lama. Itu adalah bunga favorit ibunya Valencia, yang juga ditanam secara pribadi oleh ibunya. Sekarang, salah satu bunga itu sudah hancur berkeping-keping di tangan Josie.

Valencia menatap Stewart dengan marah dan berseru, "Cepat putar balik!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kepergianku Palsu, Cintamu Nyata?   Bab 100

    “Oke.”Setelah Veena keluar dari ruang baca, Valencia baru menggerakan mouse untuk mengangkat panggilan. Orang yang muncul bukanlah Calvin, melainkan putranya, si Theo.“Bibi Cantik, Theo sungguh merindukanmu. Kapan kamu bisa main ke rumahku?” Suara gemas Theo terdengar merdu. Ketika melihat wajah lugunya, Valencia merasa hatinya tidak gersang lagi.“Belakangan ini Bibi merasa agak sibuk. Sepertinya nggak bisa ke rumahmu.”“Oh.” Theo mencemberutkan bibirnya dengan kecewa. Dia pun kepikiran sesuatu. “Bibi Cantik, aku bawa kamu untuk lihat kamar papaku.”Theo mengambil kamera. Saat dia menelusuri koridor panjang, terdengar suara perbincangan orang dewasa di dalam ruang tamu. Kemudian, Theo pergi membuka pintu kamar utama.Kamar tidur utama dipenuhi potret Valencia dari berbagai periode, bahkan termasuk foto pernikahannya.Valencia spontan merasa terkejut. Hatinya seketika terasa seperti disuntik sesuatu hingga terasa membuncah.Padahal sudah enam tahun tidak bertemu, bagaimana mungkin …

  • Kepergianku Palsu, Cintamu Nyata?   Bab 99

    Kenny dipukul hingga menjerit kesakitan. “Mama, jangan pukul lagi. Aku akan ngomong. Sebenarnya anak itu, aku bantu ….”“Kenny, kamu bilang kamu bantu siapa untuk membesarkan anak itu?” Stewart menyela ucapan Kenny.Kenny menoleh, lalu melihat Stewart dan Valencia berjalan ke dalam. Dia pun terkejut hingga tergagap. “Aku nggak … nggak bilang aku bantu seseorang untuk membesarkannya. Maksudku, aku bantu melahirkan keturunan untuk Keluarga Darianto. Charin nggak bersedia untuk menikah sama aku. Papa dan Mama juga buru-buru, makanya aku suruh Josie untuk melahirkan anak buat aku. Papa, Mama, aku melakukannya juga demi meneruskan garis keturunan Keluarga Darianto.”Apa masih ada yang tidak dimengerti oleh Misha. Perempuan dan anak itu adalah “kambing hitam" yang ditanggung Kenny demi Stewart. Dia membuang cambuk, lalu memarahinya, “Dasar bodoh!”Ayah Kenny, Darkiat Darianto, merasa sangat emosi. Namun berhubung ada Stewart dan Valencia, dia juga tidak bisa melampiaskannya, melainkan hanya

  • Kepergianku Palsu, Cintamu Nyata?   Bab 98

    Begitu masalah ini terbongkar, sepertinya sulit untuk mendapat perlindungan dari Ketua Militer. Selain itu, ada terlalu banyak orang di dunia peretas yang ingin menantang “Cipher".“Aku mau segera menanganinya.” Veena segera duduk di depan komputer, lalu masuk ke dalam dunia internet untuk mencari tahu semua informasi mengenai Calvin. Akhirnya ditemukan foto bersama Calvin dengan Valencia.“Prof, sejauh ini, ini satu-satunya foto yang berhubungan dengan Kak Valencia.” Veena segera menemukannya. “Ini ….”Ketika melihat waktunya, saat itu Veena masih belum direkrut.“Foto itu diambil pada suatu aksi di enam tahun lalu. Dia merasa sangat sedih waktu itu karena berhasil menyelamatkanku, tapi dia nggak berhasil menyelamatkan asistenku. Aku membuatnya menampakkan diri. Saat aku menghiburnya, ada yang diam-diam mengambil fotoku.”“Foto sudah dilenyapkan.” Tangan Calvin mengusap wajah sedih Valencia yang berada di atas komputer. “Itu pertama kalinya dia merasa nggak berdaya, melihat asistenku

  • Kepergianku Palsu, Cintamu Nyata?   Bab 97

    Calvin dipukul secara mendadak. Dia pun tidak menghiraukan rasa sakit di wajahnya, melainkan segera mengayunkan tinjuan ke sisi Stewart.Calvin mempelajari tinju militer, sedangkan Stewart adalah ahli taekwondo. Keduanya sama-sama adalah master. Tidak ada satu pun dari mereka yang bersedia untuk mengalah. Mereka pun melanjutkan perkelahian.“Jangan pukul lagi!” Para peneliti dan pengawal di tempat segera melerai mereka untuk menghentikan kekacauan.“Prof Calvin, apa kamu baik-baik saja?” Valencia menatap luka yang mengalir di ujung bibir Calvin, lalu segera mengambil tisu ke sana.Calvin baru saja hendak mengulurkan tangan untuk mengambilnya, tisu pun langsung direbut oleh Stewart.“Valen, aku juga berdarah.” Stewart langsung menahan tangan Valencia, lalu menarik Valencia sekaligus tisu ke dalam pelukannya.“Rasakan!” Valencia meronta sejenak, tetapi dia tidak berhasil keluar dari genggaman telapak tangan Stewart. “Siapa suruh kamu sembarangan pukul orang! Segera minta maaf sama Prof C

  • Kepergianku Palsu, Cintamu Nyata?   Bab 96

    Valencia mulai berkomunikasi dengan Veena.Pada saat ini, Stewart pun tiba di departemen teknologi informasi. Kedatangan presdir pasti karena ada masalah serius. Manajer pun merasa agak gelisah.Manajer memanggil programer terhebat. “Aku ingin tahu di mana saja mobilku pernah diparkirkan. Bisakah kamu menyambungkan ponsel ke komputer mobil dan menyelesaikannya dalam dua menit?”Stewart teringat cara Valencia yang begitu lancar dan cekatan, lalu terdiam sejenak. “Bukan, bisakah diselesaikan dalam satu menit?”“Bisa,” jawab si programer, “Ini adalah teknik operasional yang sangat dasar, Pak Stewart.”“Dengan kemampuan istriku, apa dia juga bisa melakukannya?” Setelah kembali dari luar negeri, riwayat pekerjaan Valencia adalah di bidang desain web. Singkat cerita, bisa dibilang jurusan kecantikan dalam dunia komputer.Berhubung khawatir Valencia akan merasa terpukul, Stewart pun menempatkannya sebagai konsultan di departemen teknologi informatika. Manajer juga tidak diperbolehkan menggang

  • Kepergianku Palsu, Cintamu Nyata?   Bab 95

    Semua orang juga tahu dengan latar belakang istri dari presdir Grup Gunawan. Dia bahkan bisa menoleransi anak haram ayahnya. Dia memang sungguh baik hati.Reputasi bagus Valencia tersebar di luar sana. Reputasi itu pun menambah keindahan dalam percintaan mereka, bahkan saham Grup Gunawan melambung tinggi.Malam harinya, Stewart berbaring di samping Valencia. Tangannya diletakkan di atas perut kecil Valencia. “Sayang, kamu baru kehilangan anak, nggak boleh kecapekan. Belakangan ini kamu nggak usah ke perusahaan saja, biar nggak terlalu capek. Kamu cukup istirahat di apartemen saja.”Valencia sedang memejamkan kedua matanya. Dia pun membalas dengan mengiakan saja.Entah sudah lewat beberapa lama, tiba-tiba belakang punggungnya terasa ringan. Disusul, terdengar suara tutup pintu yang sangat pelan.Valencia duduk di tempat dengan ekspresi muram. Dia membuka laci, lalu mengeluarkan obat tidur yang dibuka Rachel. Dia menelan beberapa butir, lalu kembali berbaring. Tiba-tiba terdengar suara t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status