Apa mungkin kemarin adalah satu drama terbarunya? Tidak! Aku berharap, itu hanya pikiran tidak baik yang sempat menyergap diri. Selebihnya, Anne berubah ke arah yang memang jauh lebih baik.
"Mikirin apa sih? Serius banget," cetus Putra. Duduk di sampingku, dengan sesekali menghela napas.
"Ahh, sayang. Kamu udah pulang? Maaf, lagi sibuk tadi." Takzim, aku mencium punggung tangannya. Lantas, ia balik mengusap kepalaku tak kalah lembut.
"Ya, aku tahu itu. Kamu, serius bukan karena nontonin TV. Tapi, karena ada pikiran lain. Ada apa sih? Ceritalah," terkaan Putra. Memang benar, aku mengulas senyum. Meletakan remote, berniat untuk bercerita.
"Anne, Mas. Dia ke mana ya? Kok, nggak lagi datang?" tanyaku, dengan gund
Semua Demi AdikDadaku semakin sesak, kala ijab qobul usai diucapkan. Semua hadirin bersorak riang, bertolak belakang dengan hatiku yang sedang tercerai berai.Seharusnya, hari ini menjadi hari paling bahagia untukku. Bisa menikah dengan Angga, pria tampan yang sangat digilai kaum hawa.Namun, lagi-lagi Anne mengambil segalanya dariku. Sakit yang dia rasa, seolah dijadikan senjata untuk bisa memikat hati semua orang.Mami bilang, aku perempuan cantik, kuat, sehat, dan bisa mendapatkan apapun yang lebih dari Anne. Tetap saja, sebuah kenyataan hari ini cukup membuat hati merasa terkoyak.Bahuku terguncang, isak tangis tak dapat lagi ditahan. "Anna, maafkan Mami sayang."Dulu, pelukan Mami selalu menjadi obat paling mujarab dikala hati sedang gundah gulana. Sekarang, semu
Ada Yang CemburuPlakPlakPlak"Puas kamu Ann? Lihat, karena kelakuanmu Anne kambuh dan mungkin nggak akan bisa diselamatkan." Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup, Mami menamparku hingga tiga kali pukulan.Jangan tanya gimana rasanya! Hatiku jauh lebih sakit, dan kata maaf tidak akan mampu untuk menyembuhkan hingga ke akar-akarnya.Andai masih ada Papi, beliaulah orang yang selalu hadir di depan. Kala Mami mulai pilih kasih, sayang, takdir yang begitu kejam harus memisahkan kami."Kamu boleh marah sama aku, Ann. Tapi, jangan lampiaskan semua sama Anne! Seharusnya, kamu lebih tahu gimana kondisi dia." Angga, berucap dengan sedikit nada tinggi. Kupikir ucapan dan ta
Tusukan KesedihanSedari tadi, aku terus merenung. Memikirkan jalan hidup, yang sama sekali tak pernah berpihak.Mami terus memaksa, agar aku tetap tinggal di rumah sakit. Menyaksikan keintiman Anne dengan sang suami, Angga ... Kini hatiku tengah diselimuti keresahan.Kenapa semudah itu, kamu dekat dan terlihat sayang dengan tulus terhadap Anne?Masih adakah, secuil rasa untukku? Ke mana cinta yang sering kamu agungkan? Bisikan kata rindu, yang seolah terucap dari bibir.Mengepalkan tangan dengan kuat, aku mencoba berdiri. Berniat keluar, tak ingin menjadi serangga pengganggu untuk mereka.Mami bilang, Anne kambuh lagi karena aku. Mana buktinya? Sedari tadi dia hanya diam, merajuk dengan menyebalkan pada Angga.Untuk apa cob
Pergi Dari Rumah"Ke mana Mami sama kak Angga?" tanya Anne, lagi merajuk dengan gayanya yang sok imut."Ada di rumah, katanya ada surprise untuk kamu." Menjawab dengan malas, dan rasa sedih. Aku terus menuntun Anne, penuh kehati-hatian. Kalau tergores sedikit saja, tamatlah riwayatku!Aku nggak tahu, surprise apa yang sedang Mami dan Angga persiapkan. Hanya saja, mereka terlalu berlebihan.Lagi-lagi aku tak bisa membantah, selain takut kualat juga masih ada rasa kasihan dan juga sayang sama Anne.Tuh, kurang baik apa coba? Udah disakiti, tapi, aku masih saja baik. Seharusnya kalian sadar, terlebih kamu Anne.Terus berperang ucapan dalam diri, rupanya kami telah sampai mobil. Yang telah dipersiapkan sebelumnya, tentu untuk Putri
Masih Cinta"Apa kabar? Lama nggak jumpa," tanya dokter Adi, sok akrab dan sok manis pula.Aku memutar bola mata dengan malas, kalau bukan karena ancaman Mami. Mana sudi datang ke rumah sakit, hanya untuk mengambil obat untuk Anne.Lagi, aku tak bisa menolak. Merasa terlalu bodoh, selalu diperalat oleh Mami dan Anne. Kalau bukan karena ikatan keluarga, malas sekali rasanya.Baru dua hari aku merasakan kebebasan yang haqiqi, Mami kembali menelpon. Bilang, kalau Anne kehabisan obat. Dan hanya ingin aku yang mengambilnya, dengan dalih Angga dan Mami sibuk.Sebenarnya maksud Anne apa sih? Kesannya kayak sengaja banget, buat hatiku geram tak berkesudahan.Apa nggak cukup, dia mendapat Angga. Kasih sayang Mami yang se
Mengabaikan Perintah Mami"Anne sakit, apa kamu nggak mau jenguk dia?" Mami datang, tanpa sempat bertanya tentang kabarku sama sekali.Apa dia nggak tahu, dengan kejadian terakhir saat aku berkunjung ke rumah?Mati-matian aku menekan rasa cinta yang masih membumbung tinggi, terhadap Angga. Lagi, Mami datang dengan membawa kabar perihal sang adik."Entar juga sembuh 'kan? Udah biasa itu, aku lagi nggak ada mood bagus untuk ke sana.""Ayolah Ann, sedikit saja kamu mengalah." Mami berdecak kesal. "Mami pusing, capek juga menghadapi kamu yang akhir-akhir ini nggak bisa diatur."Jelas saja, cinta yang membuat diriku sadar Mi! Kehilangan Angga, membukakan mata hati atas ketidak adilan Mami selama ini?Mami boleh sukses membangun butik dengan
"Anne ... Papi tahu kamu memang punya penyakit bawaan sedari kecil, tapi, jangan dijadikan alasan! Apalagi, ada hati yang jelas terluka."Bisa kulihat dengan jelas, bagaimana reaksi Anne dan Mami saat ini. Berjengit kaget dengan kedatanganku bersama Papi, ya kini aku bisa berdiri kokoh bersama cinta pertamaku.Papi masih hidup, hanya saja sudah berkeluarga bersama seorang wanita yang tak pernah kusuka.Tante Mita, begitu jutek. Dengan terang-benderang ia memperlihatkan semua itu, di depan Papi.Dan ... Seperti biasa, Papi hanya bisa pasrah. Begitulah, terkadang cinta mampu membutakan mata hati seseorang.Itulah sebabnya, aku mati-matian menahan untuk tidak menemui Papi. Tapi, hari ini aku sedang butuh bantuan."Lama tidak bertemu, rupanya kamu ada sia
Dengan tubuh bergetar hebat, Papi sedikit memaksaku untuk ikut masuk ke dalam rumahnya.Apa nanti tanggapan Tante Mita, perihal kedatanganku kali ini? Setelah sekian purnama, yang jelas banyak yang berubah dala diri.Ya benar, Anna Pratama Dewi. Bukan lagi perempuan penakut seperti dulu, akan kutunjukan sedang bersama siapa mereka berhadapan.Pintu terbuka lebar, saat seseorang membukanya dengan wajah ditekuk. Belum juga apa-apa, tapi, sudah merasa diajak perang."Masih ingat kamu sama Papi ... Hebat bener, datang disaat dia sedang berjaya," ucap Tante Mita ketus.Aku menelan ludah, berpegang tangan dengan kuat. Merasa ketar-ketir, dia lebih buas dari Mami Dewi.Dan yang paling penting, dia hanya Mami tiri. Ahh, bukankah sama saja? Aku tak perna