Share

2. Kembali ke Masa Lalu (Part 1)

Ketika Ariana membuka matanya lagi, dia malah mendapati bahwa dia masih bernapas dan terbaring di kasur empuk yang sudah lama tidak dia rasakan. Alis Ariana langsung berkerut ketika dia merasakan perasaan aneh pada tubuhnya sendiri. Jatuh dari ketinggian itu seharusnya menghancurkan tubuhnya sampai tidak berbentuk. Namun kali ini, bukan hanya dia tidak lagi merasakan perasaan tidak nyaman apa pun di seluruh tubuhnya, Ariana juga sadar bahwa dia kembali bisa menggerakkan bagian tubuhnya yang seharusnya lumpuh karena racun yang dia konsumsi.

Apakah jatuh dari ketinggian bisa menyembuhkan racun yang bersarang di tubuhnya? Ariana pikir itu tidak mungkin. Ariana tidak pernah tahu bahwa ada metode semacam itu untuk menetralkan racun yang bahkan tidak bisa disembuhkan dokter terbaik. Belum lagi tubuhnya terlalu baik-baik saja untuk seseorang yang baru saja jatuh dari ketinggian. Ariana mencoba bangkit, saat secara kebetulan pintu di ruangan itu dibuka oleh seseorang.

"Anda sudah sadar, Nona Aria. Tolong ijinkan saya memanggil dokter terlebih dahulu."

Tidak ada yang bisa menggambarkan rasa terkejut Ariana saat dia melihat pelayan setia kakeknya, James masuk ke kamarnya sebelum pria itu akhirnya keluar lagi. Pria itu seharusnya sudah meninggal tidak lama setelah kakeknya meninggal. Ariana melihat dengan matanya sendiri saat mayatnya dimasukan ke dalam peti mati. Sedikit harapan muncul di hati Ariana saat dia melihat pria itu. Mungkin, Ariana pikir. Dia tengah berada di akhirat dan benar-benar bertemu dengan keluarganya lagi.

Ariana tidak terburu-buru bangun saat dia menunggu pria itu untuk kembali ke kamarnya lagi. Sambil menunggu, Ariana akhirnya memiliki kesempatan untuk menatap tubuhnya dengan seksama. Tubuh dewasanya mengecil dan kembali saat dia berusia dua atau tiga belas tahun. Dulu orang tuanya selalu bercerita bahwa orang yang sudah meninggal akan berubah menjadi sosok di tahun paling bahagianya. Ariana semakin tidak meragukan tebakannya, saat dia mulai percaya bahwa dia benar-benar sudah mati dan menjadi roh saat dia masih muda saat ini.

Pintu dibuka kembali dan James masuk bersama dengan seorang dokter di belakangnya. Walaupun Ariana sedikit aneh karena dokter bahkan ada di akhirat, dia tetap tidak menolak saat dokter tersebut mulai memeriksanya dan melakukan pekerjaannya dengan ekspresi serius. Masih dalam keadaan linglung, Ariana menatap wajah James dengan tatapan rindu. Di rumah kakeknya yang dingin, hanya James yang selalu berusaha untuk membuatnya nyaman di tempat itu. Sayang Ariana begitu buta untuk menyadari usaha orang-orang yang sayang padanya di masa lalu. Ariana terlalu fokus dengan usahanya untuk menarik perhatian sang kakek, sampai mengabaikan bahwa James juga peduli padanya selama pria itu masih hidup.

"Maafkan aku, James."

Tiba-tiba mendapatkan ucapan maaf dari nona kecilnya, James tersenyum lembut saat dia menepuk lembut tangan kecil gadis tersebut. "Tidak apa-apa, Nona Muda. Saya yakin, Nona sendiri terkejut dengan semua yang terjadi akhir-akhir ini. Ini salah saya karena kurang memerhatikan Nona. Saya harap, Nona masih mau memaafkan kekurangan pelayan ini."

Mata Ariana menyendu saat dia mendengar ucapan James. "Ya, aku benar-benar terkejut," bisiknya lemah saat dia mengingat lagi momen terakhir sebelum kematiannya. Segalanya tiba-tiba terbongkar semudah itu sebelum kematiannya. Emilio dan ibunya yang mengkhianati keluarganya, wilayahnya yang sengsara setelah dia diracuni, dan fakta bahwa kematian keluarganya terjadi karena adanya campur tangan dari pihak ketiga.

Air mata tanpa sadar menggenang di mata Ariana saat dia mengingat semua itu. Dia benar-benar malu dengan dirinya sendiri. Terbutakan oleh cinta, dia bahkan tidak mampu melihat skema jahat orang yang dia percaya pada keluarganya.

Melihat nona kecilnya tiba-tiba menangis lagi, James merasa hatinya teriris saat dia menatap Ariana dengan tatapan sedih.

"Apa Nona merasa tidak nyaman? Ini akan segera berakhir. Bagaimana jika kita membuat kue coklat kesukaan Nona saat Anda sudah sembuh nanti? Kita bisa membuatnya bersama-sama. Saya selalu ingat bahwa kue coklat buatan Nona adalah yang terenak di seluruh kerajaan."

Ariana mencoba yang terbaik untuk menghentikan air matanya saat dia melihat James dengan susah payah berusaha untuk menghiburnya. Ungkapan bahwa kuenya merupakan kue terenak di kerajaan selalu berhasil menghibur Ariana di masa lalu. Bohong jika Ariana mengatakan bahwa dia tidak merindukan hiburan kecil semacam itu. Bibirnya berusaha menampilkan sebuah senyum, saat gadis itu melakukan yang terbaik untuk mengangguk pada James.

"Tuan, Nona Aria sudah berada dalam kondisi yang stabil untuk saat ini. Tolong pastikan saja Nona Aria tidak kelelahan dan memakan makanan yang ringan bagi perut untuk sementara. Saya akan datang untuk memeriksa Nona Aria lagi nanti."

"Baiklah. Terima kasih."

Ariana menyaksikan saat James mengantar dokter yang ikut bersamanya untuk keluar dari ruangan yang Ariana gunakan. Gadis itu baru saja hendak mencari posisi yang nyaman untuk berbaring, saat sosok lain ikut memasuki kamarnya dengan momentum yang kuat.

Melihat wajah dingin pria yang baru saja memasuki kamarnya, Ariana tidak bisa menahan air matanya lagi saat dia tersenyum pahit sambil menatap pria itu. Pria itu adalah orang yang menjaganya setelah kematian orang tuanya di masa lalu sekaligus pria sama yang selalu disalahpahami oleh Ariana di masa lalu. Kakeknya, pemegang gelar Duke of Alison pada masa hidupnya.

Melihat cucu kecilnya menangis saat anak itu melihatnya, pria itu sedikit tidak senang saat dia segara menatap James yang masih membungkuk kecil di sebelahnya.

"Apa yang terjadi di sini?"

"Nona Aria secara tidak sengaja jatuh ke kolam saat dia tengah bermain di halaman belakang. Nona Aria demam selama tiga hari sebelum dokter akhirnya menyatakan bahwa Nona sudah baik-baik saja sekarang. Untuk sementara waktu ... Ada baiknya jika kita membiarkan Nona Aria beristirahat sebanyak-banyaknya dan makan makanan yang tidak akan membebani perutnya."

Alis Ariana sedikit berkerut saat dia mendengar penjelasan dari James. Rasanya, kejadian semacam ini pernah terjadi juga di masa lalu. Ariana tengah mencoba untuk menggali ingatannya, saat suara dingin kekeknya kembali menyapa indra pendengarannya.

"Jika dia baik-baik saja, mengapa dia langsung menangis saat dia menatap wajahku? Apa orang tuamu pernah mengajarkanmu untuk bertindak kurang aja begitu padaku?"

Kali ini, kalimat terakhir langsung ditunjukan pada Ariana yang terus saja diabaikan sejak tadi. Gadis itu dengan cepat menggeleng untuk menanggapi pertanyaan kakeknya. "Tidak mungkin. Aku hanya senang bisa bertemu dengan Kakek lagi," jawab Ariana dengan jujur. Senyumnya tidak dapat Ariana tahan lagi, saat dia menatap wajah tegas kakeknya itu dengan tatapan rindu.

Hanya setelah kematian kakeknya, dia baru sadar bahwa orang yang selalu tegas dan tampak membencinya itu sebenarnya selalu menjadi pelindung terkuatnya di masa lalu. Pria itu selalu melindunginya dari balik layar. Sang Kakek juga tidak pernah membenci Ariana seperti yang gadis itu pikirkan di masa lalu. Andrew, kakeknya itu hanya kesulitan untuk menunjukan kasih sayangnya pada orang lain. Ditambah dengan ekspresinya yang dinilai kaku, Ariana kecil selalu berpikir bahwa pria itu tidak pernah suka dengan keberadaannya di rumah itu.

Andrew sendiri, pria itu termenung saat cucunya yang biasanya nakal dan menatapnya seperti dia adalah musuh terbesarnya, tiba-tiba saja tersenyum pahit seakan tubuh kecil itu memiliki penyesalan yang berat padanya di masa lalu. Dia kembali dari tugasnya dengan terburu-buru karena mendengar cucu satu-satunya yang dia miliki kembali mencoba melukai dirinya sendiri dengan melompat ke kolam yang ada di belakang rumahnya. Melihat kebiasaan lama cucunya, Andrew lebih suka jika Ariana menangis dan mengatakan bahwa dia membencinya seperti biasa. Namun perasaannya tidak enak saat cucu kecilnya hanya tersenyum setelah dia menangis. Tatapan gadis kecil itu seperti tatapan orang sudah sudah lelah dengan segalanya. Alis pria tua itu berkerut, saat dia mendekati Ariana untuk duduk di sebelahnya.

"Kamu bahkan bisa bicara dengan manis sekarang. Jangan membuat masalah lagi. Aku bisa gila jika kamu terus membuat masalah seperti ini."

Ariana tersenyum lalu mengangguk walaupun dia masih terlalu sedih untuk menanggapi ucapan kakeknya. Hatinya menghangat saat kakeknya mengusap rambutnya dengan lembut. Pria itu mungkin masih memiliki wajah enggan dan terkesan jijik melihat tangisannya. Namun kelembutan yang dia salurkan dalam usapannya, jelas mewakili perasaannya yang sebenarnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
masih belum sadar ternyata Aria
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status