"Kalau begitu, aku pergi dulu Kakek!"
Andrew menyaksikan saat cucunya dengan riang keluar dari ruangannya setelah mereka selesai bicara berdua. Senyum yang semula terlihat samar bibir Andrew benar-benar hilang, saat pintu ruang kerjanya kembali tertutup rapat."James, kamu di sini kan?"Dari balik bayang-bayang, James keluar lalu membungkuk hormat pada tuannya. "Saya ada di sini," ujarnya dengan nada hormat. Alis Andrew berkerut dari waktu ke waktu, saat pikiran cucunya yang tiba-tiba berubah benar-benar menganggu pikirannya saat ini."James, siapa yang bertugas mengikuti Ariana saat dia mengunjungi istana?" tanya Andrew."Itu Valencia dan dua orang kesatria bernama Luke dan Cale. Apa saya perlu memanggil mereka ke sini?"Andrew mengangguk dan James langsung menjalankan perintahnya. Tidak butuh waktu lama sebelum orang-orang yang dipanggil berlutut di hadapan Andrew. Mereka semua menyapa Andrew dengan hormat, sebelum kembali berdiri saat Andrew sudah mengijinkannya."Katakan padaku, apa saja yang Ariana lakukan selama kalian menemani gadis itu ke istana?""Menjawab, Yang Mulia. Seperti biasa, Nona Aria menemui Ratu dan Putra Mahkota Emilio lalu menghabiskan waktu untuk makan bersama. Karena Putra Mahkota sendiri orang yang sibuk, Nona Aria segera berpisah dengan Ratu dan Putra Mahkota setelah mereka selesai makan siang bersama. Nona Aria sempat bermain di taman kerajaan selama beberapa waktu, sebelum kami akhirnya kembali ke kediaman Duke lagi."Tidak ada yang aneh sama sekali dengan rutinitas Ariana saat mengunjungi istana. Namun tidak peduli berapa kali Andrew mencoba memikirkannya, pria itu tetap curiga karena Ariana ditemukan tenggelam di kolam belakang setelah dia kembali dari istana."Kalian bisa pergi."Orang-orang itu menunduk lalu kembali menjalankan tugas mereka masing-masing saat Andrew telah selesai dengan mereka. Tatapan pria tua itu kini beralih pada James, yang terus saja mengawasi pembicaraan mereka dari awal sampai akhir."Ini terlalu aneh," kata Andrew tiba-tiba."Di tidak pernah seberani hari ini saat menatapku atau bicara padaku. Dia yang biasanya selalu menempel pada Ratu dan Putra Mahkota juga secara mengejutkan berusaha memutuskan hubungan pertunangan mereka. Anak itu sangat keras kepala sampai dia rela berjanji padaku untuk mewariskan teknik pedang keluarga selama dia bisa memutuskan pertunangannya. Dia hanya seorang gadis kecil. Mengapa dia harus sekeras kepala ini untuk sesuatu yang bahkan belum dia mengerti dengan baik?""Tindakan Nona Aria setelah dia bangun juga sedikit membingungkan, Tuan. Dia makan dengan cara yang sempurna, dan tidak canggung sama sekali saat mengajak saya untuk bicara. Nona Aria juga tiba-tiba meminta maaf pada saya. Wajahnya tampak sedih, dan saya tidak mengerti mengapa dia sampai harus melakukan itu untuk orang seperti saya."Karena Ariana berasal dari satu-satunya keluarga dengan memiliki kedudukan yang hampir setara dengan keluarga kerajaan, sifatnya sudah seperti iblis kecil sejak dia dimanja oleh orang tuanya. Dia menolak untuk belajar seperti seorang Lady, dia tidak pernah peduli pada siapa yang melayaninya, dan Ariana bukan tipe orang yang bersedia minta maaf bahkan jika dia memang melakukan kesalahan. Belum lagi Ariana melakukannya pada seorang pelayan, yang hanya gadis itu anggap sebagai pesuruhnya di masa lalu.Andrew sempat terdiam sejenak. "Lanjutkan laporanmu," ujarnya saat dia melihat bahwa James masih memiliki sesuatu untuk dikatakan padanya."Lalu saya mendengar dari pelayan yang lain, bahwa saat Nona Aria menunggu sampai Tuan mengijinkannya datang, dia berkenalan dengan sebagian besar pelayan dan berbicara akrab dengan mereka.""Dia juga tidak mungkin melakukan itu di masa lalu bukan? Anakku selalu memanjakan Ariana melebihi apa pun. Para pelayannya selalu diganti setiap bulan, jadi anak itu selalu terbiasa mengabaikan siapa pun yang melayaninya."Semakin dipikirkan, semakin aneh pula tindakan Ariana pada hari ini. Andrew memejamkan katanya saat dia merenung. Dengan hati-hati, Andrew mencoba memikirkan apa alasan perubahan mendadak dari cucunya. Namun tiap kali dia berpikir, dia tidak bisa membantu tetapi mengaitkan perubahan Ariana dengan kedatangan terakhir cucunya itu ke istana. Saat itu Andrew tidak bisa menemani cucunya karena dia memiliki urusan mendesak untuk diselesaikan. Membiarkan anak berumur dua belas tahun untuk datang ke istana tanpa bimbingan dari keluarganya jelas merupakan keputusan yang salah. Bahkan jika Andrew menyiapkan banyak pelayan dan kesatria untuk Ariana, apa yang bisa mereka lakukan di hadapan keluarga kerajaan?Andrew menggeram. Dia benar-benar harus bicara dengan raja setelah ini. Tidak peduli sekecil apa pun gangguan yang menimpa cucunya, Andrew tidak akan diam saja saat seseorang di luar sana mungkin melakukan sesuatu pada cucunya itu.Karena bukan hanya Ariana adalah pewaris terakhir yang bisa diandalkan di keluarganya, gadis itu juga merupakan satu-satunya cucu yang bisa dia sayangi dan manjakan.Andrew bersandar di kursi kerjanya saat dia akhirnya membuat keputusan. "Kirim surat pada mata-mata kita yang ada di istana. Untuk sementara waktu, mereka bisa fokus hanya pada pergerakan Ratu dan Putra Mahkota saja. Akan lebih baik jika mereka bisa tahu apa saja yang Ariana bicarakan dengan mereka saat dia berkunjung ke istana. Lalu, segera laporkan padaku ketika mereka mendapatkan kemajuan apa pun."Mata Andrew memancarkan kilatan berbahaya saat dia melanjutkan kalimatnya. "Dan jangan ijinkan Ariana keluar kediaman ini untuk sementara waktu. Aku harus membuat alasan untuk memutuskan pertunangannya dengan Putra Mahkota. Kamu yang akan bertanggung jawab untuk menjaganya mulai sekarang. Setelah sekarang dia memilih jalan yang paling sulit untuk mewarisi gelar Duchess, dia membutuhkan pendamping yang cakap untuk membimbingnya di jalan yang benar."James mengangguk patuh mendengar perintah Andrew. "Saya akan mengabari mereka tentang perintah baru ini. Dan untuk masalah yang lain ... Saya akan segera memanggil Jimmy untuk kembali dan menggantikan saya untuk melayani Tuan."Jimmy merupakan anak James yang sering keluar kediaman Duke untuk melaksanakan misi khusus di bawah perintah Andrew. Ketika James diminta fokus untuk melayani Ariana, pelayan itu tahu dia membutuhkan orang lain untuk memenuhi posisi dia sebagai tangan kanan Andrew. Jimmy adalah pilihan yang tepat. Di tempat di mana siapa pun bisa membahayakan keluarga Alison, Andrew hanya bisa mempercayakan beberapa orang untuk berada di sisinya."Lalu ... Beri tahu Albert untuk datang ke ruanganku. Aku ingin menugaskannya sebagai guru pedang Ariana mulai sekarang."Bagi Ariana yang tidak pernah memiliki dasar berpedang sebelumnya, belajar pedang di usia dua belas tahun mungkin akan terlalu berat untuk dia jalani. Namun Andrew tidak ragu sedikit pun tentang keputusan ini. Dia bisa tahu keinginan cucunya. Di mata penuh semangat itu, Andrew tahu Ariana memiliki semangat untuk melakukan segalanya secepat mungkin."Tentang gurunya yang lain, apa kita harus menggantinya?" tanya James memastikan. Andrew lalu menggeleng sebagai jawaban. "Mereka secara khusus kupilih dari keluarga yang telah bersumpah setia pada keluarga kita. Tidak ada pergantian rencana. Aku yang akan secara pribadi mengirim surat pada para keluarga itu."Demi masa depan cucunya, Andrew tidak akan membiarkan ada sesuatu yang salah tentang hal ini.Andrew dipanggil Yang Mulia karena gelarnya sebagai seorang Duke. Panggilanya mungkin terlihat sama dengan panggilan untuk para pangeran. Namun kalau dalam Bahasa Inggris, dia dipanggil Your Grace yang berbeda dengan Your Highness. (Tolong koreksi kalau ada kesalahan panggilan.)
Ariana kembali ke kamarnya setelah dia selesai bicara dengan sang Kakek. Sebelum berbicara, Ariana sudah tahu bahwa dia tidak bisa menyembunyikan segalanya dari sang Kakek. Ariana sudah beruntung dia bisa mencapai kesepakatan dengan mudah kali ini. Menggunakan alasan tentang belajar ilmu pedang memang merupakan pilihan yang tepat untuk Ariana. Selama dia terus menentang kebijakan kerajaan dan bertindak seenaknya, Ariana yakin bahkan raja sekalipun tidak akan protes saat keluarga mereka memutuskan untuk membatalkan pertunangannya dengan Putra Mahkota Emilio. Tentang konsekuensi yang mungkin mereka dapat dari melawan perintah istana, Ariana yakin dia bisa menggunakan alasan jatuhnya untuk berpura-pura bertindak di luar akal sehat. Di kehidupan sebelumnya, Ariana ingat benar bahwa baik ratu, putra mahkota, maupun raja sangat terkejut saat mendengar berita bahwa Ariana dengan sengaja menjatuhkan dirinya ke kolam setelah kembali dari istana kerajaan. Walaupun kejadian itu belum tentu ter
Ariana berjalan dengan hati-hati saat dia memutuskan untuk menghabiskan waktu luangnya dengan mengecek halaman belakang tempat dia jatuh beberapa hari yang lalu. Walaupun Ariana sendiri tidak yakin dia akan menemukan petunjuk di tempat itu, gadis itu setidaknya ingin mencoba dan mengenyangkan rasa penasarannya. "Eh, di mana kolamnya?"Namun ketika Ariana sampai di tempat itu, dahinya berkerut saat dia tidak bisa melihat kolam apa pun sejauh mata memandang. Valencia yang mengikuti Ariana mengikuti arah pandang gadis itu, lalu segera mengerti dengan apa yang sebenarnya dipikirkan oleh gadis itu. "Ah, kolam belakang telah diratakan dan diganti dengan kebun bunga setelah Dike Andrew menganggap tempat tersebut berbahaya untuk Nona Aria. Setelah Duke Andrew melakukan renovasi besar-besaran pada taman belakang, sekarang tempat ini telah dinyatakan aman sebagai tempat bermain Nona Aria."Ariana tahu dia salah. Jika dia tahu kakeknya akan merubah taman itu setelah kecelakaannya, dia lebih me
Tanpa Ariana sadari, dia telah tertidur sambil memeluk kotak peninggalan dari orang tuanya di depan lemari pakaian yang ada di kamarnya. Tidur hanya dengan gaun tidurnya, Ariana tanpa sadar meringkuk untuk membuat tubuhnya terasa lebih hangat sepanjang malam. Hanya ketika Andrew masuk ke kamar Ariana di pagi hari, dia akhirnya melihat bahwa cucunya tidur dalam kondisi menyedihkan itu sambil memegang satu-satunya peninggalan paling berharga dari orang tua Ariana. Dengan hati-hati, Andrew memindahkan Ariana untuk tidur di kasur besarnya. Tatapan pria itu dipenuhi jejak ketidakberdayaan, saat pria itu tahu dia bertindak sangat jahat dengan memaksa gadis semuda Ariana untuk memikul beban sebagai pewaris satu-satunya gelar Duke yang dimiliki keluarganya secara turun-temurun. Gadis yang ada di depannya ini masih sangat muda, sampai dia bisa tertidur setelah menangis sambil memeluk peninggalan dari orang tuanya. Gadis seperti Ariana seharusnya mendapatkan apa yang dia mau dan bahagia, sebag
Di sebuah taman yang indah, seorang wanita cantik tengah asik menatap putranya yang tengah belajar berpedang bersama dengan guru pedangnya. Di wajahnya yang cantik, terpasang ekspresi serius saat matanya enggan meninggalkan gerak-gerik putranya yang tengah berusaha sekuat tenaga untuk mengimbangi pelajaran gurunya. Rasanya wanita cantik itu enggan berkedip, karena dia takut dia melewati sesuatu ketika dia memejamkan matanya. "Baginda Ratu."Hanya ketika pelayan kepercayaannya memanggil, wanita itu sedikit mengalihkan pandangannya. Wajahnya tetap sedingin biasanya, saat dia menatap pelayan itu tanpa mengatakan apa pun. "Duke Andrew datang menemui Baginda Raja hari ini. Tidak ada yang tahu apa yang mereka bicarakan. Namun hari ini raja telah membuat pengumuman bahwa karena kesehatan Nona Ariana yang memburuk setelah kecelakaan, keluarga kerajaan memutuskan untuk memutuskan pertunangan antara Putra Mahkota Emilio dengan Nona Ariana.""APA?!"Karena teriakan tajam wanita itu, bahkan anak
"Baginda Raja, saya akan masuk ke dalam."Karena Melisa tidak mendapatkan balasan, wanita itu langsung membuka pintu kamar suaminya tanpa permisi. Begitu Melisa masuk ke dalam, dia bisa melihat Raja Alexius berbaring di kasurnya dengan wajah yang sangat pucat. Napasnya tersegal-segal. Ketika pria itu melihat Ratu Melisa yang baru masuk ke kamarnya, matanya yang sudah tidak fokus menunjukkan raut wajah yang terlihat sedikit sedih. Sejak awal mereka menikah, Ratu Melisa tidak akan memasuki kamarnya jika dia tidak memiliki urusan yang mendesak. Dan kedatangannya kali ini, Raja Alexius sudah bisa menebaknya secara garis besar. "Baginda, Anda terlihat kurang sehat hari ini."Setelah melihat kondisi buruk suaminya, Ratu Melisa tersenyum ketika dia mengambil tempat di sebelah tubuh suaminya yang bergetar hebat. Tangannya dengan lembut menyapu rambut Raja Alexius yang basah oleh keringat, sebelum dia menarik tangannya lagi dan menatap Alexius dengan tatapan dingin. "Ini yang akan terjadi ji
"Ya ampun ... Nona Aria manis sekali dengan pakaian ini ...."Setelah berhari-hari bersama para pelayannya, Ariana akhirnya mulai terbiasa ketika gadis itu mendengar mereka memuji apa pun yang dia pakai. Ariana mencoba melakukan gerakan-gerakan peregangan dengan pakaian barunya. Gadis itu tidak menyangka. Walaupun bahan dan model pakaiannya masih terlihat cantik, Ariana tetap bisa bergerak dengan bebas ketika dia menggunakan baju latihan baru yang dipesan secara khusus oleh sang Kakek. Awalnya, kakeknya membuatkan Ariana baju itu agar Ariana bisa berlatih berkuda. Namun karena Ariana tidak pernah mau mendengarkan ucapan kakeknya di masa lalu, baju cantik tersebut dibiarkan saja terus berada di lemari pakaian tanpa pernah dipakai sekali pun. Mengingatnya saja sudah cukup membuat Ariana malu. Pantas saja orang-orang menyebutnya Duchess boneka di kehidupan terakhirnya. Ariana yang dulu, benar-benar tidak berguna dan hanya tahu bagaimana cara membahagiakan ratu dan putra mahkota. "Nona
Ketika Ariana sampai ke ruang latihan, dia menemukan bahwa seseorang telah tiba di sana lebih awal dari dirinya sendiri. Di tengah ruang latihan, berdiri seorang pria berusia tiga puluhan dengan zirah bergambar singa yang menjadi simbol keluarga Alison. Di bagian pundak, zirahnya secara khusus memiliki warna hitam, tanda bahwa dia merupakan kapten dari kesatria yang bersumpah untuk melayani keluarga Alison. Melihat sikap pahlawan yang ditunjukan oleh pria itu, Ariana tanpa sadar menunjukan senyum sedihnya. Pria yang mendedikasikan hidupnya untuk keluarga Alison ini harus mati secara tragis karena berusaha memberi keadilan bagi Ariana di kehidupan sebelumnya. Melawan semua peringatan yang diberikan oleh orang-orang di sekitarnya, pria itu terus menyelidiki pelaku yang memberi Ariana racun di hari penobatan Putra Mahkota Emilio. Akhir dari pria yang dipenuhi rasa keadilan sudah bisa ditebak setelah itu. Di suatu malam, rumahnya terbakar dan menewaskan pria itu beserta seluruh keluargan
"Nona Muda, tolong jangan berlari terlalu jauh dari kami!"Mengabaikan teriakan pelayan dan kesatria yang bertugas untuk menjaganya, Ariana berjalan cepat di lingkungan istana yang sangat luas. Kaki kecilnya membelah pepohonan besar yang mengelilingi istana. Layaknya seorang putri, Ariana memang sangat hafal tentang seluk beluk istana. Dia sengaja membuat pelayan dan kesatria kesulitan untuk mengejarnya, dan menyelinap untuk tiba di kastil besar yang tersembunyi di tengah rimbunnya pepohonan. "Tuan Peri, aku datang untuk menemuimu lagi hari ini!"Dengan susah payah, Ariana mencoba mengetuk pintu kastil yang terlalu besar untuk dirinya sendiri. Walaupun dia tidak langsung mendapat jawaban atas panggilannya, gadis itu tidak berhenti memanggil sambil mengetuk pintu besar tersebut. Ariana memanggil sampai beberapa kali, sebelum seorang anak lelaki keluar dari kastil besar tersebut. "Kamu datang lagi."Ariana tersenyum lebar saat dia melihat sosok anak laki-laki yang ada di hadapannya. Ke