“Lihat, aku cantik kan?” tanya Elena yang meminta pendapat suaminya. Ia berputar, memperlihatkan penampilannya yang selalu modis dan elegan.Arion tersenyum manis melihat istrinya, “ Kau selalu cantik sayang. Apalagi di atas ranjang,” seru Arion. Tentu, kalimat terakhir hanya Elena yang bisa mendengar. Wajahnya seketika memerah malu, Elena tidak menyangka Arion akan mengatakan itu.Ia mengalihkan perhatian dengan menanyakan akan pergi kemana mereka, “ Kita mau kemana, sayang?”“Ke tempat Louis.”Wajahnya berubah datar saat mengetahui hal itu. Elena pikir Arion akan membawanya jalan-jalan menikmati musim semi ini, atau setidaknya mereka pergi ke taman untuk piknik.Tapi, ternyata tebakannya salah. Menemui Louis langsung membuatnya tak bersemangat, Arion bisa melihat jelas itu, “ Setelah ini kita akan jalan-jalan, sayang.”Meski begitu, Elena tetap kesal, “ Iya, iya, baiklah. Terserah kau saja!” sarkas Elena. Ia berjalan terlebih dahulu meninggalkan Arion.Arion menepuk dahinya, saat k
“Astaga, untuk apa mereka datang kemari.”Elena memutar bola matanya malas melihat Jeff dan Vero yang datang ke kediaman mereka, pasalnya ini adalah akhir pekan. Ia sudah bosan melihat wajah mereka selama enam hari penuh.Dan, sekarang. Ia masih harus bertemu mereka lagi, sepertinya niat ingin berduaan dengan Arion akan gagal lagi. Elena baru sadar, dua orang di depannya ini secara tidak langsung mereka juga pengganggu.Arion terkekeh pelan melihat wajah Elena yang ditekuk. Ia dengan sengaja mencubit gemas pipi berisi sang istri, “ Awh! Sakit, Arion!” “Haha. Sudah jangan marah, aku yang memanggil mereka.” balas Arion sambil menciumi pipi sang istri yang begitu menggemaskan di matanya.Pria itu tak peduli dengan tatapan kesal dan jengah dari Vero maupun Jeff. Ia tetap menebar kemesraan di hadapan manusia manusia lajang itu.“Vero juga?” tanya Elena yang dibalas anggukan kepala oleh Arion.“Iya, kita akan pergi. Sebaiknya kau segera bersiap.” Elena melihat dirinya yang masih mengenaka
“Vero, tunggu!”Vero mengerutkan keningnya melihat Jeff menyusul ke parkiran, Bakan pria itu lupa memakai sandal, “ Iya?”Jeff yang melihat arah pandang Vero seketika sadar, ia pura-pura tidak melihat dirinya yang telanjang kaki, “ Tuan meminta mu untuk datang ke kediamannya.”“Baiklah.”Sementara itu, di kediaman utama Mauren. Berita Lucas yang mengetahui kebenaran itu, kini sampai ke telinga Nyonya Lia.Seorang bawahan kepercayaannya baru saja melaporkan, ia yang kesal hampir saja tertusuk gunting tanaman yang ia pegang, “ Lancang! Beraninya kau!”Pria di depannya menunduk takut, Nyonya Lia yang melihat Azalea keluar segera meminta bawahannya pergi.Azalea sibuk berkirim pesan di ponselnya, ia bahkan tak memperhatikan sang ibu yang sedang merapikan tanaman.“ Lea, Kau mau kemana?” seru Nyonya Lia sedikit berteriak.Azalea menghentikan langkahnya, ia menoleh seraya tersenyum, “ Aku ada urusan, Ma. Aku pergi dulu, ya. Daah...!”“Ehh...”Ia pergi sebelum Nyonya Lia berbicara apapun. T
“ Aku yakin, dia teman mama. Tapi, siapa?”Pagi sekali Arion sudah bangun dan berada di uang kerjanya dengan layar yang sudah menyala, bahkan matahari di luar sana masih belum terbit.Rasa penasarannya terhadap wanita yang ada di dalam foto yang Elena tunjukan, membuat ia tak bisa tidur nyenyak.Jari-jarinya bergerak di atas papan ketik, mencari semua informasi yang mungkin dapat ia jangkau dan dapatkan, “ Kenapa sulit sekali, apa ada yang berusaha menyembunyikan ini...”Arion bergumam dan berpikir keras. Sementara itu, disisi lain. Lebih tepatnya dimana Lucas berada, pria itu tersenyum licik.Tangannya memutar-mutar pena di ujung jari, senyum itu lama-lama berubah menjadi tawa jahat. Bahkan suaranya memenuhi ruangan tempat ia berada, “ Hahaha! Elena, kau takkan bisa lari dari ku!”Satu sudut bibirnya terangkat, ia yakin Arion juga saat ini sedang mencari hal yang sama. Tapi, sayangnya ia sudah bergerak satu langkah lebih cepat.“Kau takkan menemukan nya, Arion! Sampai kapan pun Elena
Pagi menyapa, Vero mengerjapkan matanya berkali-kali saat merasakan hembusan napas yang menerpa wajahnya. Ia juga merasakan sebuah tangan besar yang menjadi bantalannya saat ini, ketika menoleh ia semakin di buat terdiam, “ Astaga, bagaimana bisa Jeff di samping ku.”Vero yang terkejut segera bangun dari posisi tidurnya. Mereka berada di sofa panjang dengan posisi saling berhadapan dan tangan Jeff sebagai bantalan nya.“Akh!” suara Jeff yang terkejut karena Vero menginjak kakinya.Vero yang gugup meminta maaf berkali-kali dan merasa serba salah, “ Maaf, maafkan aku, Jeff. Aku tidak sengaja.”Jeff masih meringis dan mengusap-usap kakinya, sebenarnya itu tidak terlalu sakit. Tapi, karena ia yang tidur dan bangun dengan terkejut membuatnya terasa sakit.“Astaga, ternyata ini yang kalian lakukan saat berdua!”Degh!Kepala keduanya langsung memutar ke arah sumber suara. Di depan pintu Vio berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan dada, “ Cih, dasar orang tua.”Setelah mengatakan itu,
“Jangan sungkan, anggap ini rumah mu sendiri.”Vio tersenyum pada wanita setengah baya di depannya ini. Wanita itu adalah ibu dari kekasihnya, saat ini Vio memang berada di rumah Dito.Dito Wilmer, pria berusia 25 tahun yang berprofesi sebagai seorang Dokter saraf. Ia sudah mengencani Vio hampir satu tahun, bahkan sebelum dia menyelesaikan pendidikannya.Saat ini Dito masih menjalani coas di rumah sakit pusat kota. Pria bertubuh kekar dengan garis wajah yang tegas membuatnya banyak dilirik oleh wanita seusianya.Tapi, meskipun begitu. Tetap Vio yang berhasil mencuri hatinya, wanita berusia tiga puluh tahun itu selalu yang terbaik di matanya, “ Ibu benar, anggap saja ini seperti rumah mu.”Tangan besar Dito mengusap lembut kepala Vio, menyalurkan kehangatan pada diri wanita itu. Seolah dinginnya hujan di luar sana tak berarti bagi keduanya.Sang ibu yang melihat kedekatan mereka membuatnya tersenyum simpul, “ Sudah, ayo makan. Sampai kapan kalian akan bermesraan.”Ia terkekeh geli, sem