Suara rintihan Elena membuat langkah Arion terhenti. Dan ketika berbalik, ia mendapati Elena jatuh di tangga terakhir.
Arion memutar bola mata malas, sebelum akhirnya ia membantu Elena untuk berdiri. “ Lain kali perhatikan langkah mu ketika berjalan!” perintah Arion tegas.
Wajah Elena sudah terlihat sayu dengan mata yang berkaa-kaca. Ia yang tiba-tiba terpeleset hingga membuat kakinya terkilir, sungguh di luar prediksinya. Tapi hal itu membuat Arion mau mendengarkannya.
Saat Arion membantunya untuk berjalan, Elena benar-benar merasakan sakit di kakinya. Bulir bening nan hangat itu menetes dari pelupuk mata Elena, membuat Arion merasa iba dan akhirnya menggendong Elena untuk duduk.
“Jangan pergi,” seru Elena sambil menarik ujung jas Arion saat melihat pria itu hendak beranjak pergi.
“Aku akan mengambil obat untuk kaki mu,” balas Arion dan melepaskan cekalan Elena.
Ketika menunggu Arion, Elena baru menyadari ia tidak melihat keberadaan ayah mertuanya. Entah kemana perginya pria paruh baya itu.
Suara Arion membuyarkan lamunan Elena. “Luruskan kaki mu,” perintahnya dan menyimpan kaki Elena di atas pahanya.
“Kemana Papah?” akhirnya pertanyaan itu terlontar dari mulut Elena.
“Sedang ada urusan di kantor pusat,” jawab Arion singkat.
Tangan Arion dengan terampil memijat kaki Elena yang mulai memerah. Tangan hebat yang selain bisa menghasilkan miliaran dolar itu ternyata bisa memberikan pijatan yang nyaman juga.
Elena mulai merasakan sakit, ketika Arion menekan bagian yang terkilir. “Aaww! Sakiit!” rintih Elena secara tidak sadar langsung meremas tangan Arion yang tengah memijatnya.
Elena tidak bohong ataupun sandiwara. Wajahnya mulai memerah menahan sakit, suaranya pun ikut tersendat-sendat membuat Arion segera meyelesaikan pijatannya.
Namun, tiba-tiba Lucas muncul dihadapan mereka.Wajahnya nampak begitu cemas dan langsung menghampiri Elena yang sedang kesakitan. “Elena, kau kenapa sayang?” tanya Lucas dengan tak tahu malunya.
Arion langsung menepis tangan Lucas yang terulur untuk menghapus air mata Elena. “Jaga batasan mu!” tegas Arion dengan muka yang tidak bersahabat.
Elena terkejut dengan kemunculan Lucas yang tiba-tiba. Bukankah yang seharusnya menghampirinya saat ini adalah Azalea? Mengapa Lucas ada di sini? Apa karena ia telah mengubah beberapa peristiwa membuat peristiwa lainnya pun ikut berubah?
Semua pertanyaan itu memenuhi benak Elena. Ia kembali tersadar saat ibu jari Arion bergerak mengusap air matanya. “ Apa yang kau cari? Jika kau datang untuk mencari kakek mu, maka dia tidak ada!” seru Arion tegas.
Rahangnya yang tegas mulai nampak mengeras menunjukan bahwa ia tidak ingin bertemu dengan keponakan sialannya itu. Arion mengangkat tubuh Elena, menegaskan status gadis itu pada pria di depan mereka.
Ia berjalan meninggalkan Lucas dengan Elena di pangkuannya. Langkahnya terhenti sejenak saat mendengar perkataan Lucas. “Aku di sini untuk menemui paman,” ucap Lucas.
“Tunggulah,” balas Arion dengan senyuman licik.
Keduanya memasuki kamar, dengan sengaja Arion tidak menutup rapat pintu kamarnya. Ia yakin, Lucas akan mengikuti mereka sampai depan kamar.
Setelah membaringkan Elena di tempat tidur, Arion pergi untuk berganti pakaian. Kini pakaian yang ia gunakan nampak lebih santai.
Tubuh Arion yang atletis begitu terlihat sangat jelas ketika ia hanya mengenakan kaos oblong biasa. Wajah Elena tersa panas dan jantungnya berdetak duua kali lebih cepat. Mungkin setelah ini ia harus memeriksa kesehatan jantungnya.
“Aaakk!...” Elena tiba-tiba berteriak karena terkejut. Saat ia sibuk dengan lamunan yang melanglang buana, Arion kembali memijat kakinya yang belum selesai.
“Diamlah, dan jangan pergi kemana-mana,” ucap Arion dengan datar, dan meninggalkan Elena sendirian begitu saja.
Elena masih menijat-mijat kakinya yang masih sedikit pegal. Walaupun ia akui pijatan Arion membuat kakinya memabaik tai ia masih kesal karena diperlakukan kasar.
Sebenarnya tidak masuk hitungan kasar, mengingat memang pria itu selalu bersikap datar.
Melihat Arion yang keluar menghampiri Lucas membuat Elena merasa penasaran apa yang mereka bicarakan. “Apa yang sedang mereka bicarakan,” gumam Elena yang masih penasaran dan akhirnya ia memilih untuk melihat.
“Apa maksud Paman aku tidak pantas!” Hardik Lucas, jari telunjuknya teangkat menunjuk wajah Arion dengan marah.
Lucas datang untuk membicarakan tentang kenaikan jabatannya sebagai CEO kantor cabang. Walaupun dewan komisaris adalah kakeknya, tapi jika menyangkut tentang perusahaan cabang maka keputusan berada di tangan Arion sebagai yang bertanggung jawab juga pewaris utama.
“Lalu, menurut mu apakah kau pantas?” cibir Arion. Terdengar nada meremehkan dalam ucapannya.
Kedua tangan Lucas sudah terkepal kuat, bersiap untuk melayangkan pukulan pada Arion. Tapi, semua kemarahannya hanya bisa ia tahan. Jika ia membuat perkara dengan pamannya itu, maka takkan ada yang membela sekalipun itu ayahnya.
“Emmh...” Arion segera menghampiri ranjang sang istri saat melihat pergerakan wanita itu. Elena mengerjapkan matanya berkali-kali, kepalanya masih terasa sakit. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah khawatir Arion. “ Sayang, apa yang kau rasakan? “ tanya Arion. Elena berusaha untuk duduk, ia ingin bangun namun kepalanya masih terasa sakit. “ Kepala ku masih sakit. “ lirih Elena. Air mata wanita itu tiba-tiba kembali mengalir, tidak seperti biasanya entah mengapa dirinya lebih sering merasa sedih akhir-akhir ini. Arion menarik tubuh mungil itu ke pelukannya dan mengusap lembut surai hitam itu. “ Sayang, terimakasih. “ ucap Arion ambigu. Kalimat itu terasa ambigu di telinga Elena saat Arion mengucapkan nya dengan tiba-tiba. “ Kau hamil, sayang. “ sambung Arion yang membuat Elena terdiam. Isak tangis itu seketika berubah menjadi tangis bahagia. Gejolak dalam hatinya semakin berbunga-bunga saat mendengar kalimat itu. Kalimat yang selama ini Elena tunggu, akhirnya
“ Nona, Tuan Miller dalam keadaan kritis dan diambang kematian. “Ponsel dalam genggaman tangannya segera terjatuh sebelum kalimat itu diselesaikan. Elena mempercepat langkahnya menelusuri koridor menuju ruang perawatan sang ayah. Air mata tumpah ruah tanpa bisa tertahan lagi.“ Pah, kumohon jangan membuat ku takut. “ lirih Elena sambil menyeka air matanya.Pikiran wanita itu sudah melanglang buana, ia tidak bisa berpikir logis lagi. Suara langkah kakinya terdengar menggema di koridor yang ramai.“ Catat tanggal kematian pasien. “Brukh!Seketika kakinya berubah lemas, seolah tak sanggup lagi menopang beban tubuhnya. “ Pah? Kau benar-benar meninggalkan ku? ““ Sayang, tenanglah. “ seru Arion. Beruntung pria itu berada cepat dibelakang Elena dan menopang tubuh istrinya.Mata Elena terpaku menatap seorang yang terbujur kaku di ruangan tepat ia berdiri.“ Elena, ayo cepat pasti bisa! ““ Elena putriku, kau segalanya. ““ El, maafkan papa. “Rasa sesak memenuhi seluruh ruang hampa dalam
Elena berdiri mematung di belakang suaminya saat melihat sosok wanita setengah baya di hadapannya saat ini.Wanita itu memiliki garis wajah yang mirip dengan dirinya, ia bagaikan melihat cerminan dirinya di masa tua.Mereka berdua terlihat akrab, sejenak Elena larut dalam lamunannya. “ Ah, iya kenapa? “ tanya Elena saat sadar dari lamunannya.“ Dia ibumu, sayang. “ ucap Arion memperkenalkan wanita di hadapan mereka.Rasa tak percaya mendera pikiran Elena, namun keyakinan mendominasi. Ia menoleh tak percaya pada suaminya.Arion mengangguk mengiyakan, sementara wanita di hadapan mereka juga terdiam. “ Dia ibu Emily, ibumu. “ ucap Arion lagi meyakinkan.Emily tertunduk saat Elena tak percaya dengan ucapan Arion. Ada rasa senang dalam hatinya, sebab akhirnya ia bisa melihat putrinya dengan sangat dekat.Degh!Jantung Emily berdetak dua kali lebih cepat saat ia merasakan pelukan hangat dari putrinya. “ Ibu, akhirnya aku bisa bertemu dengan mu. “ lirih Elena pelan." Elena... anakku. Maafka
Berita kejahatan Lucas kini telah diketahui media dan menyebar begitu cepat. Rencananya yang ingin mengakuisisi Dominic dan Mauren membuat namanya buruk di mata publik.Banyak yang memutuskan kerja sama dengannya, ia kini sedang dalam pencarian pihak kepolisian. Keberadaan nya yang menghilang tiba-tiba menjadi suatu kejanggalan.Semua itu sampai ke telinga Maria, membuat kondisinya semakin memburuk. “ Bukan salah anakku. Tidak! “ teriaknya yang diakhiri dengan tawa.Beberapa hari ini dirinya sudah berada di rumah sakit jiwa, keadaannya memang dinyatakan tak baik-baik saja. “ Anak ku tidak salah. “ ucapnya lagi.Hanya kalimat itu yang selalu di ucapkan Maria, kejadian itu yang menjadi pemicu keadaannya saat ini. Sungguh tragis nasib wanita itu, siapa yang akan menyangka.Ia ditinggal suami, juga dikhianati putra satu-satunya. Semua tak ada yang tahu masa depan, yang jelas semua akan menjalani masa ini.Sementara itu, di rumah sakit pusat kota. Elena tengah mengemasi beberapa barang Ari
Tiga hari telah berlalu, kini keadaan Arion telah membaik. Pria itu sudah bisa duduk dan menghirup udara segar taman meskipun di rumah sakit.Seperti saat ini, Arion berada di taman rumah sakit bersama istrinya. Ia duduk di kursi roda, sementara Elena di bangku taman di sampingnya.Arion meraih tangan Elena, istrinya itu masih melamun. “ Sayang, kau masih memikirkan papa? “ tanya Arion pelan.Elena menolehkan kepalanya, mengangguk pelan dengan helaan napas berat. “ Iya, aku tidak bisa tenang karena papa masih koma. Tapi, setidaknya keadaan mu sudah membaik. “ jawab Elena dengan senyum di wajahnya.Arion mengusap-usap kepala wanitanya itu, membuat Elena mencondongkan tubuhnya memeluk sang suami. “ Apakah yang kulakukan kali ini benar-benar tak termaafkan? “ tanya Elena pelan.Arion tersenyum, tahu apa yang memenuhi isi kepala istrinya itu. “ Kau hanya manusia biasa, sayang. Aku juga tahu alasanmu melakukan semua ini. “ balasnya memberikan pengertian.Tak jauh dari sana, Lovi menatap d
Berita ditangkapnya Nyonya Lia sampai ke telinga Lucas, ia mulai merasa dirinya tidak aman.Notifikasi bermunculan di layar ponselnya, penangkapan para anak buahnya yang sengaja Elena kirimkan pada pria itu. “ Tidak, dia tidak akan bisa menangkap ku! “ seru Lucas dengan yakin.Kali ini dirinya terlihat begitu ketakutan, matanya semakin membola sempurna melihat perusahaan ilegal yang dirinya bangun sudah ada di tangan Elena.Wanita itu benar-benar menebas habis semua yang selama ini berdiri kokoh secara ilegal. “ Selanjutnya adalah dirimu, Lucas! “ tulis Elena dalam pesannya.Lucas melemparkan ponselnya sembarangan, ia segera mengemasi barang pentingnya. Saat ini Everbloom bukan tempat yang aman baginya.Sementara itu, di kediaman utama Mauren. Tuan Miller menatap mobil polisi yang baru saja keluar dari kediaman dengan nanar. “ Kau yang melaporkan ibumu? “ tanya Tuan Miller tanpa menoleh.Elena yang berdiri di belakang ayahnya tertunduk tanpa kata selama beberapa detik, sebelum ia kemb