Share

Bab 15

Author: Gina
Alis Romeo berkerut. Violet mau melepaskan kesempatan mereka bisa berduaan yang bagus ini?

Seingatnya, kalau Violet tahu dia mau pergi bertemu dengan Evelyn, Violet pasti akan marah.

"Bukankah kamu mau mengantar Evelyn ke rumah sakit? Kenapa kamu diam saja?"

Violet ingin sekali Romeo segera pergi.

Kalau lebih malam lagi, dia takut Charles sudah tidur. Dia juga tidak tahu apa Nyonya Besar Fernandez ada mengatur hal lain lagi atau tidak besok.

"Pelan-pelan makannya."

Romeo melirik makanan di atas meja yang hampir dihabiskan oleh Violet, lalu dia tiba-tiba merasa sedikit jengkel.

Violet sudah bersusah payah membuatnya tinggal di rumah, tapi alhasil Violet hanya mementingkan makanannya?

Setelah melihat Romeo pergi, Violet bergegas mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Charles.

"Halo? Tadi aku ada urusan. Sekarang aku pergi ke sana, ya."

"Santai saja."

"Sampai jumpa!"

Pada saat yang sama, di Grup Airlangga, Charles sedang berdiri di depan jendela kantor dan menurunkan ponselnya.

William bangun dari sofa kantornya, kemudian bertanya, "Di mana Violet? Sudah jam berapa kini, kenapa dia belum datang?"

"Tadi dia ada urusan."

"Apa urusannya menahannya seharian?" William meregangkan tubuhnya, lalu dia tiba-tiba menyadari sesuatu. "Kami nggak menunggu seharian di sini, 'kan? Apa kamu ada bergerak?"

Apa yang terjadi di luar pintu masuk Grup Airlangga bisa terlihat dengan jelas dari jendela ini.

Charles tersenyum.

William mendengus. "Hari ini aku telah melihat sesuatu yang mengejutkan! Ada apa? Apa kamu sudah bosan menjadi dewa perang, jadi kini kamu ingin menjadi dewa cinta?"

"Boleh juga."

William tidak pernah melihat ekspresi itu di muka Charles.

Selama ini dia mengira jatuh cinta pada pandangan pertama hanya ada dalam dongeng. Dia tidak menyangka suatu hari itu akan terjadi pada sahabatnya.

Tak lama kemudian, Violet memarkir mobilnya di luar pintu masuk Grup Airlangga.

Saat satpam melihat Violet, dia bertanya, "Permisi, apa Anda adalah Nona Violet?"

"Ya."

Violet menganggukkan kepalanya.

"Silakan."

Satpam itu berinisiatif mengambil tas Violet, kemudian menuntunnya ke lift.

Violet melihat sekeliling. Seharusnya dari tadi karyawan Grup Airlangga sudah pulang kerja, tapi semua lampu Grup Airlangga masih menyala.

Ternyata William lumayan kaya.

Di kantor presiden, William melihat semua lampu gedungnya menyala. Dia pun menghela napas, lalu berkata, "Apa kalian tahu berapa biaya listrik yang harus kubayar untuk cinta? Bang ...."

"Bang?"

Kebetulan Violet membuka pintu. Kemudian, dia menatap William dengan bingung.

"Hari ini cuacanya bagus."

Violet makin bingung.

Saat ini, Charles berkata dengan datar, "Bukankah kamu datang untuk menemuiku?"

"Aku ingin bertanya apa Jeffry membeli tanah itu untukmu?"

Charles duduk di kursi, lalu bertanya, "Apa maksudmu?"

Violet berpikir sejenak.

Bagaimanapun juga, Jeffry seorang termasuk pengusaha kelas menengah. Dia masih bisa mengeluarkan beberapa triliun. Akan tetapi, kalau dia mau menggunakan seluruh kekayaannya untuk membeli sebidang tanah di area pembuangan limbah, itu sama dengan cari mati.

Mungkin Charles yang membutuhkannya.

Violet berkata, "Kalau tanah di area pembuangan limbah mau digunakan untuk perdagangan, limbahnya harus dibersihkan dan itu akan membutuhkan banyak uang. Aku menebak kamu menginginkan tanah itu karena kamu mau satu saluran lagi untuk pencucian uang. Dengan begitu, kamu dapat memindahkan aset gelapmu yang di luar negeri dengan lebih baik, 'kan?"

"Tapi, sekarang tanah itu ada di tanganmu."

Ini juga hal yang tidak dimengerti Charles.

Kalau membeli tanah itu seharga beberapa triliun memang sangat sepadan, tapi membelinya seharga 20 triliun itu rugi besar.

"Sebenarnya, aku juga nggak takut memberitahumu. Keluarga Gloria bukan lagi Keluarga Gloria ketika ayahku masih hidup. Sekarang Keluarga Gloria hanyalah cangkang kosong. Aku perlu uang untuk perputaran, jadi tanah itu harus kumiliki."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Heni Artika
semangat Vio
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kesempatan Kedua: Terlahir Kembali   Bab 1831

    Violet heran dari siapa putrinya belajar itu.Berbohong saja tidak pandai."Mami, sebenarnya ada yang ingin kutanya.""Kamu ingin tanya bagaimana aku bisa menemukan distributornya begitu cepat?""Mami, kamu sangat hebat! Bagaimana kamu bisa tahu apa yang kupikirkan?""..."Violet memegang keningnya.Tampaknya benar-benar ada masalah dengan didikannya dan Charles.Hal ini bisa terlihat dengan jelas, tapi bisa-bisanya Amara tidak tahu."Papi dan Mami ada cara sendiri. Anak kecil jangan ikut campur."Violet pun tidak menjelaskannya.Namun, Amara tetap berkata, "Ravi terus bilang kalau Papi dan Mami adalah orang paling hebat di Kota Poseidon, tapi menurutku, kalian hanya lebih hebat sedikit daripada orang tua lain. Ravi bilang aku yang nggak mengerti dan bodoh, jadi aku ingin bertanya apa rumor tentang kalian itu benar?"Violet melihat ekspresi penasaran putrinya, lalu dia berjalan keluar dari kamar mandi untuk mengelap mukanya sebelum berkata, "Ya, semuanya benar.""Ha? Papa Romeo benar-b

  • Kesempatan Kedua: Terlahir Kembali   Bab 1830

    Amara tercengang saat mendengar itu.Mereka sudah menemukannya?Namun, dia baru menemukan penjual narkoba ini setengah jam yang lalu.Dalam setengah jam, bagaimana orang tuanya sudah menemukan sumbernya?Ketika Amara memikirkan itu, dia langsung menunjukkan ekspresi penasaran dan matanya juga menjadi berbinar-binar. "Paman Jordan ...."Sebelum Amara sempat mengatakan apa-apa, Jordan sudah tahu apa yang ingin ditanya Amara."Jangan tanya hal yang nggak patut Nona tanya. Nona hanya perlu tahu selama orang tuamu masih hidup, tugas Nona cuma pulang ke rumah dan tidur. Besok pagi Nona masih perlu pergi ke sekolah."Jordan langsung menolak Amara.Namun, Amara malah makin penasaran.Dia benar-benar ingin tahu bagaimana orang tuanya bisa menemukan sumbernya.Tak lama kemudian, pemilik toko dan bawahannya sudah dibawa pergi oleh polisi.Amara dan Ravi dimasukkan ke dalam mobil.Mereka terpaksa pulang ke rumah Keluarga Griffin.Sepanjang jalan, Amara tidak menyangka ternyata orang tuanya bisa me

  • Kesempatan Kedua: Terlahir Kembali   Bab 1829

    Dia langsung sadar kalau mereka berdua bukanlah murid biasa.Benar juga.Murid biasa mana yang pandai berkelahi?"Adik-adik, kami hanya melakukan bisnis kecil dan nggak mengganggu kalian. Kenapa kalian enggan melepaskan kami? Kalau kalian juga mau mencari sedikit untung, aku bisa memperkenalkan kalian. Kalian nggak perlu memukul kami sampai seperti ini, 'kan?"Pemilik toko merasa sangat sedih.Dia sudah begini tua, tapi bisa-bisanya dia dihajar oleh dua anak SMA.Hal ini sangat memalukan."Aku ingin dari mana pasokan kalian dan biasanya siapa yang kalian hubungi?"Nada Ravi terdengar sangat tegas.Pemilik toko langsung menjadi waspada. "Kamu bukan polisi, 'kan? Kalau kamu polisi, nggak ada yang perlu dibicarakan lagi! Kalau kamu mau menangkapku, tangkap saja!"Pemilik toko tampak bertekad.Di industri mereka, kalau mereka mengkhianati orang sendiri, mereka pasti akan kena balasan nanti.Jadi, mereka lebih memilih untuk diam. Kalaupun mereka masuk penjara, hidup mereka lebih tenteram di

  • Kesempatan Kedua: Terlahir Kembali   Bab 1828

    Sebelum pemilik toko bisa mengangkat tangannya, Amara sudah mulai berteriak, "Tolong, tolong! Cepat lihat! Bapak ini mau pukul orang! Permen yang dijual bapak ini palsu dan mematikan! Sekarang dia bahkan ingin memukul seorang siswa!"Orang yang berlalu-lalang menoleh.Saat ini Amara sangat tidak tahu malu."Hei, apa kamu tahu siapa aku? Kamu berani menipuku?!"Pemilik toko tampak lebih galak. Dia terlihat tidak takut pada Amara."Pokoknya, kakakku jadi sakit gara-gara kamu. Kamu harus memberi kami penjelasan. Kalau nggak, kami akan lapor polisi biar tokomu ditutup!"Amara tampak bertekad mau membuat keributan.Melihat Amara keras, pemilik toko tiba-tiba berubah dan berkata, "Oke, oke. Kalian hanya murid, sedangkan aku pedagang yang jujur. Kalau kalian benar-benar sakit karena makan jualanku, aku pasti akan memberi kalian kompensasi. Begini, buat keributan di luar kurang bagus. Kalian masuk ke tokoku. Aku sudah panggil ambulans dan sebentar lagi mereka sampai. Kamu juga nggak bisa membi

  • Kesempatan Kedua: Terlahir Kembali   Bab 1827

    "Eh? Sepertinya memang nggak ada.""Amara ... aku benar-benar pusing dibuatmu."Ravi benar-benar tidak bisa mendeskripsikan mental Amara.Dia berkata, "Kalau kamu lebih pintar sedikit saja, seharusnya kamu tahu kita harus memperhatikan toko-toko di sekitar sekolah terlebih dahulu.""Benar juga! Ide bagus!"Amara menarik lengan Ravi sambil berlari ke arah toko kecil itu.Ravi pasrah dan hanya bisa mengikuti Amara.Hanya dalam beberapa detik, dua orang itu sudah berdiri di depan toko kecil tersebut.Pemilik toko memberikan satu per satu siswa barang yang diambilnya dari etalase kaca.Itu adalah camilan kecil yang dikemas dengan indah dan tersedia dalam berbagai warna, namanya Permen Cita-Cita.Slogan iklannya adalah "Mau nilai tinggi? Makan Permen Cita-Cita.""Pak, kasih kami dua bungkus. Aku mau yang warna merah muda."Amara sangat suka bungkusan yang warna merah muda.Ravi terkejut dan melihat Amara.Warna merah muda?Ravi hampir naik darah. "Kamu masih bisa memilih?""Maaf, kami nggak

  • Kesempatan Kedua: Terlahir Kembali   Bab 1826

    Hal-hal seperti menghukum orang jahat sebaiknya ditangani oleh orang dewasa.Untuk apa anak kecil campur tangan?"Aku juga ingin tahu siapa yang sudah mengajar putriku."Violet mengatakan itu sambil melihat Howard.Howard merasa sedikit bersalah. Dia berdeham sebelum berkata, "Ini nggak ada hubungannya denganku. Itu pasti karena dia terlalu dekat dengan putranya William. Anak itu bukan anak baik.""Kamu yang sudah mengajar putriku yang nggak-nggak dan aku masih belum menghajarmu, ya. Setelah masalah ini kelar, kamu tunggu saja.""..."Howard merasa difitnah.Kapan dia menjadi begini pengecut?Langit perlahan-lahan menggelap.Amara dan Ravi sudah keluar dari rumah Keluarga Griffin.Biasanya saat ini adalah jam pulang sekolah, tapi karena terjadi kasus penculikan di sekolah hari ini, dia dan Ravi pulang lebih awal.Saat ini pedagang paling mungkin muncul di sekitar sekolah."Cepat! Kamu terlalu lambat."Amara berjalan di depan dan sesekali menoleh ke belakang.Ravi merasa sedikit malu."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status