"Hei berhenti! " Teriak seseorang dari arah belakang. Para preman itu sontak menghentikan kegiatan mereka yang hendak menarik keluar tubuh Naina. Naina yang tadi meringkuk ketakutan mengangkat wajahnya melihat kebelakang. Ia memencet ponselnya dengan tangan yang gemetar dan mata yang sembab karena menangis. Ia menelpon polisi dan memberitahu kan kejadian yang ia alami dan dari dalam mobil Naina melihat para preman itu berkelahi dengan perempuan yang berteriak tadi. Perempuan itu sungguh hebat karena tidak satupun pukulan preman tersebut mengenai dirinya karena perempuan itu dengan lincah menghindar dari serangan para preman. Ketika giliran perempuan itu menyerang, para preman keok terkena serangan beruntun yang dilakukan perempuan itu secara bertubi-tubi dan membuat para preman tersebut langsung terkapar di jalanan. Ketika hendak melangkah, tiba-tiba datang mobil polisi dengan suara sirine yang kencang. Pak polisi segera membekuk preman yang pingsa
"Ada apa Kak? Apa ada yang sakit? Dimana sakitnya Kak? " tanya Farida dengan wajah panik. "Gak ada apa-apa.. Gak ada yang sakit. Kakak lupa kalau kakak ada meeting dengan klien di cafe jalan xxx. " jawab Naina dengan santai. "Jadi kakak teriak tadi cuma lupa ada meeting? Begitu? " ucap Farida menyakinkan lagi. "Iya... " jawab Naina menganggukkan kepalanya. "Astaga.. " ucap Farida sambil menepuk jidatnya. Naina hanya cengengesan di balik cadarnya, dan Farida kembali ke arah motornya parkir tadi. "Ayo Kak naik! Biar mobilnya di ambil bengkel aja! Ida antar kakak sampai ke cafe, lagian gak jauh juga. " ajak Farida sambil menyerahkan helmnya. "Ok tunggu sebentar! " jawab Naina sambil mengambil tasnya di dalam mobil. Naina menaiki motor matic Farida, kemudian memasangkan helm di kepalanya. "Untung tadi aku pake celana gak pake gamis, jadi gampang banget kalau naik motor begini. " gumam Naina pe
Begitu tahu kalau Naina tidak ada di rumah, Nyonya Reni dan Diana mulai menunjukkan taringnya. Mereka memaksa pelayan menyiapkan makanan untuk mereka dan kebetulan sekali Bi Ijah lagi pergi dengan dua orang pelayan berbelanja kebutuhan semua penghuni rumah untuk satu minggu ke depan. Sudah memang kebiasaan dari dulu kalau setiap minggu Bi Ijah akan berbelanja membeli kebutuhan semua penghuni rumah termasuk para pelayan. Diana dengan angkuh mendorong seorang pelayan wanita yang tidak mau melayani nya sehingga membuat pelayan tersebut jatuh terduduk di lantai dapur. "Heh.. Dasar pelayan bodoh! Sudah tau babu masih juga belagu. Heh.. Derajat gue lebih tinggi dari elo, gue adik dari suami pemilik rumah, yang pastinya gue juga bos elo, ngerti gak lo! " bentak Diana dengan telunjuk menoyor kepala pelayan tersebut. Pelayan tersebut terduduk sambil menangis, sedangkan Nyonya Reni hanya menonton perlakuan putri nya sambil memakan cemilan di sofa d
Nadin segera berlari ke luar memanggil penjaga untuk membantunya mengangkat Yuni ke kamarnya. Mereka langsung mengikuti Nadin masuk ke dalam rumah dan tanpa di suruh lagi langsung mengangkat Yuni ke kamarnya. "Terimakasih ya Mang! " ucap Nadin dengan lega. "Sama-sama Non.. Kami keluar dulu Non.. " jawab kedua Mamang penjaga itu dengan ramah. Setelah kedua penjaga itu keluar dari kamar Yuni, Nadin pergi ke ruang perlengkapan untuk mengambil kotak p3k dan membawa nya ke kamar Yuni. Terlihat jika Asti dan temannya berupaya membuat Yuni sadar dengan menggosokkan minyak kayu putih di hidung, perut dan telapak tangannya. "Jelaskan apa yang terjadi? Mengapa Yuni bisa pingsan begini? " ucap Nadin dengan tajam. Mereka berdua langsung menundukkan kepala, tidak berani menatap Nona mereka dan Asti menangis kesegukan dengan posisi masih menunduk. "Semua tidak akan selesai jika kalian hanya menangis saja!" ucap Nadin kembali dengan suara
"Bi, Sekarang yang kita lakukan adalah menghubungi Kak Naina! Nadin gak mau kita gegabah mengadili Tante Reni dan anaknya itu! Nadin gak mau nantinya yang kita lakukan menjadi senjata mereka untuk menekan kita. " ucap Nadin dengan penuh pertimbangan. "Bibi juga berfikir begitu Non, tapi tetap saja Bibi gak Terima jika mereka bersikap semena-mena di rumah ini layaknya sang pemilik rumah. " jawab Bi Ijah dengan geram. "Bibi tenang aja! Setelah kita menghubungi Kak Naina, kita akan beri mereka pelajaran yang tidak akan mereka lupakan! " sahut Nadin dengan menyeringai devil. "Sekarang mendingan Bibi masak aja ya, Nadin mau makan dulu soalnya lupa kalau belum makan He... He... He... " ucap Nadin lagi sambil cengengesan. "Ya udah, Non Nadin makan aja dulu! Bibi mau beresin barang-barang dulu! Belum beres semuanya. " jawab Bu Ijah sambil menepuk pelan bahu Nadin. Nadin pun memakan makanannya yang tadi di pesan bersama, ia makan dengan
"Banjir... Banjir... " teriak Diana langsung loncat dari kasurnya. Mendengar teriakan Diana, Nyonya Reni juga reflek ikutan loncat dari tempat tidur nya. Ia mengusap wajahnya yang basah kuyup karena air dan langsung memasang wajah garang ketika melihat Asti dan Minah yang masih memegang ember di tangannya. "Dasar babu sialan! Beraninya kau menyiram kami berdua dengan air! Bosan hidup kau ya?? " maki Nyonya Reni dengan mengangkat tangannya hendak menampar Asti. "Turunkan tangan mu Nyonya! " teriak Nadin dengan kencang. Nyonya Reni langsung menoleh ke belakang di ikuti oleh Diana yang ikut menoleh ke belakang nya. Mereka langsung ciut ketika melihat Nadin dan Bi Ijah duduk dengan santai di belakang mereka berdiri tadi dengan tatapan tajam. "Kalian memang tidak bisa di beri tahu baik-baik rupanya ya? Ternyata kalian mau main kasar? Oke kalau begitu! Kita terima niat kalian! " ucap Nadin dengan geramnya. "Heh.. Anak pungut! Gak
Naina sekarang berada di rumah Farida begitu urusannya dengan Tian selesai. Ia berusaha membujuk Farida dan Ibunya Fatimah untuk tinggal bersama di rumahnya. Apalagi jarak dari rumah Farida ke tempat ia bekerja cukup jauh dan Naina tidak ingin nasib yang ia alami terjadi lagi dengan Farida. Walaupun Farida bisa membela diri, tapi ia tetap seorang wanita yang masih bisa di kelabui musuh. "Tante, ayolah ikut Naina pulang ke rumah. Apa tante gak kasihan dengan Ida yang pergi kerja dengan jarak jauh seperti ini? Emangnya Tante mau nasib Ida kayak Naina tadi? " bujuk Naina dengan wajah memelas. "Ida gak mau Buk.. Ida juga malas berkumpul lagi dengan Bude Reni dan Diana di rumah itu. " ucap Farida menolak. "Tante, ayo dong Tan.. Demi kebaikan Ida juga loh Tan.. " rayu Naina lagi dengan mata puppy eyes-nya. Ia memang melepas cadarnya kerena tidak ada laki-laki bersama mereka saat ini. Karena di bujuk terus oleh Naina, akhirnya Tante Fatimah
Dzaki yang baru saja pulang dari bersenang-senang dengan Sania terbelalak kaget melihat Mama dan adiknya terbaring di lantai kamar mereka dengan wajah lelah dan pakaian yang amat kotor dan bau. "Ma, kenapa Mama sama Diana tidur di sini? Kenapa baju kalian kotor dan bau sekali? " tanya Dzaki sambil menutup hidungnya. Mendengar suara anak kesayangan nya, mata Nyonya Reni langsung terbuka lebar. Ia langsung memainkan perannya sebagai orang yang teraniaya. "Hiks... Hiks... Mama sama Diana di perlakukan kurang ajar di rumah ini Ki? Adik ipar mu itu menyiksa Mama dan Diana, dan babu di rumah ini juga ikutan menyiksa Mama dan Diana.. Hiks... Hiks... Tolong Mama Ki, masa kamu tega Mama dan adikmu di perlakukan seperti ini? " ucap Nyonya Reni dengan air mata buayanya. "Apa?? Kurang ajar sekali mereka! Beraninya berbuat seperti itu kepada Mamaku, mertua majikan mereka. Mama tenang saja, aku akan minta keadilan untuk Mama dan Diana kepada Naina. " ucap Dzaki marah dengan wajah merah padam.